Mencoba Bertahan di Tengah Pandemi, Khozin Ubah Paralon Jadi Karya Seni

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Wednesday, 06 May 2020 06:15 WIB

Mencoba Bertahan di Tengah Pandemi, Khozin Ubah Paralon Jadi Karya Seni

CANTIK: Jam dinding dan vas bunga hasil karya Khozin ini dibuat dari paralon. Warga Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo ini tetap berkarya di tengah pandemi corona.

Pandemi corona virus disease (covid-19) berdampak buruk hampir di semua sektor. Begitupun bagi Khozin yang seorang guru honorer. Di tengah pandemi, ia mencoba bertahan dengan menjual karya seni.

TANGAN kreatif Muhammad Khozin, 26, lincah meliuk-liuk di atas paralon berwarna putih. Mengikuti pola yang telah dibuat sebelumnya, ia memotong paralon menggunakan alat pemotong. Pipa berwarna putih itu pun mulai terlihat cantik. Sesekali Khozin menghentikan gerakan tangannya, memeriksa apakah ia mengikuti pola yang sudah benar.

Warga RT 5, RW 1, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo ini tekun bekerja dari rumah. Ia mengubah paralon menjadi barang sehari-hari yang bernuansa seni. Jam dinding, celengan, vas bunga hingga lampion, ia hasilkan dari kreatifitasnya.

Khozin mengaku terinspirasi membuat kerajinan tangan ini sejak dirinya berkuliah  di STIPsi (Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi) Yogyakarta. Pada tahun 2016 lalu, ia kerap melihat beberapa pameran yang sering dilakukan di Kota Gudeg tersebut. Kisahnya di Yogya sempat terhenti pada tahun 2017 saat menengok ayahnya yang sakit. Sang ayah kemudian meninggal dunia. Peristiwa ini membuat dirinya memutuskan untuk menetap di Probolinggo dan bekerja di SMP IT (Islam Terpadu) sebagai guru honorer.

"Alhamdulillah diterima menjadi guru honorer di SMP IT," ujar pria kelahiran Probolinggo, 29 Juni tahun 1994 itu.

Tahun 2019 lalu, tiba-tiba ada pemberitahuan dari kampus, untuk segera menyelesaikan tugas skripsinya. Ia pun mengerjakan tugas akhir untjk merampungkan perkuliahannya. Sayangnya, merebaknya virus corona memaksanya pulang kembali ke Probolinggo.

"Saya dapat surat dari kampus, jadi saya ke Yogyakarta kembali dan cuti dari pekerjaan untuk menyelesaikan perkuliahan saya. Tapi kondisi yang tak terduga membuat saya kembali ke Probolinggo," tambah anak ketiga dari 6 bersaudara ini.

Ketika menunggu situasi mereda, anak dari pasangan alm. Hasbullah dan Tubayana ini memberanikan diri membuat instalasi seni rupa yang laku dijual. "Sebenarnya sudah lama saya kerjakan tapi tidak sempat. Akibat terbentur pekerjaan dan kuliah ini. Jadi ketika kondisi pandemi covid-19 ini, saya berkarya kembali," imbuhnya.

Khozin memanfaatkan alat yang mudah ia dapatkan membuat karya dengan alat sederhana. Seperti grinder portable, alat pemanas, hairdryer, waiting riper, amplas dan obeng. Semula ia terpikir menggunakan kayu, namun ia kemudian memilih paralon karena lebih mudah didapat. Karyanya berupa jam dinding, vas bunga, lampion dan celengan pun bisa ia buat dengan harga merakyat.

"Membuat hiasan dinding itu agak memakan waktu. Bisa 3 hari karena membuat sendiri. Kalau celengan bisa 1 hari. Soal kesulitan pembuatan tergantung dari apa yang dibuat, tidak menentu mas," jelasnya.

Sementara itu, penjualan yang dilakukan dengan cara online di media sosial Facebook melalui grup-grup jualan.

"Lumayan pembelinya. Harganya Rp 20 ribu untuk celengan kecil ukuran 15 cm, celengan besar 20 cm seharga Rp 50 ribu dan kotak tisu Rp 35 ribu,"  ujarnya. (ang/hvn)


Share to