Mengunjungi Kampung Lukis, Miniaturnya Banyuwangi

Dian Cahyani
Dian Cahyani

Tuesday, 09 Jun 2020 23:31 WIB

Mengunjungi Kampung Lukis, Miniaturnya Banyuwangi

3 DIMENSI: Lukisan monyet yang membawa kamera ini tampak nyata. Seolah memotret pengunjung di bawahnya.

“Kampung lukis” begitulah papan nama yang terpampang di gang sempit Kelurahan Panderejo, Kecamatan/ Kabupaten Banyuwangi. Berkunjung ke sini, Tadatodays.com menemukan kisah menarik di balik terciptanya kampung lukis.

 

DIAN. CAHYANI, Wartawan Tadatodays.com

 

MENUJU kampung lukis, artinya masuk ke salah satu pemukiman padat penduduk di Banyuwangi. Ketika Tadatodays.com di kampung itu ada wajah tua berhadapan dengan virus yang dilukis pada dinding luar rumah milik salah satu warga. Kalimat “Lawan Covid-19” tertulis di bawahnya. Gambar ini seolah menjadi tanda bahwa Warga Kampung Lukis tak menyerah melawan virus yang kini emnjadi tokoh utama pandemi tahun ini.

Di kampung yang kerap disebut sebagai miniaturnya Banyuwangi itu ada ekitar 80 KK. Kampung ini sempat menyandang kampung kumuh, kotor. Warganya tidak disipilin menjaga kebersihan. Lagi, perkampungan ini ditepi sungai jurusan Kalilo. Sungai ini pula yang menjadi pembatas dengan kampung tentangga.

Saban hari, warga membuang sampah di sungai. Bau busuk dan pemandangan tak elok kerap dijumpai kala masuk ke perkampungan tersebut. Namun kini pemandangan dan citra kotor kampung tersebut terhapus. Sebab, remaja dan warga setempat kompak menjadikannya sebagai kampung lukis.

Melalui pemberadayaan Karang Tarunalah masalah lingkungan di kampung tersebut teratasi. Karang taruna merekrut anggota mulai dari SD sampai dewasa. Mereka melakukan gerakan awal dengan melakukan pembersihan lingkungan yang rutin, sembari mengajak tetangga setepat melakukan bersama secara gotong royong.

Ketua RT Kampung Lukis, Slamet Riyadi menuturkan, gerakan pembersihan lingkungan kampung dan mempercantiknya melalui lukisan dilakukan sejak 2015 silam. Awalnya masyarakat masih sangsi dengan inisiatif tersebut. Para remaja dan inisiator pun tak surut untuk meyakinkan warga. Mereka memulai mempercantik tembok- tembok rumahnya dengan lukisan 3 dimensi.

Lambat laun, masyarakat terketuk untuk ikut melukis dinding luar rumahnya. Tentu bukan setiap invidu yang melukisnya. Namun, ada remaja dan warga yang memiliki bakat melukis dan mendukung sekilgus berperan serta melukis objek 3 dimensi di rumah-rumah warga.

 “Sekarang beberapa warga sampai mau mengecat tembok dalam rumahnya dengan warna-warna artistik dan dengan motif- motif yang menarik,” ungkap Slamet Riyadi sambil mengarahkan Tadatodays.com mengamati salah satu rumah yang segala ruanganya di lukis dengan tema mozaik.

Selain menawarkan lukisan tiga dimensi berbagai genre, kampung lukis juga memeberikan tawaran wisata pertunjukan kesenian Banyuwangi. Misalnya, seni gandrung, seblang, barong dan lainnya.

Bila ada rombongan turis yang datang, biasanya warga setempat telah menyiapkan pertunjukan atraksi seni. Penampilannya pun tak hanya satu macam, tapi semua macam kesenian. Tak heran, kampung lukis dijuluki sebagai miniaturnya Banyuwangi.

 “Kalau ada rombongan turis biasanya, kami siapkan penampilan kesenian yang umumnya hanya digelar satu tahun di Banyuwangi. Di sini semuanya ada,” ungkapnya lagi.

Selama pandemi, kampung lukis ditutup selama dua bulan. Tentu hal ini mempengaruhi masyarakat setempat yang menjajakan makanan untuk wisatwan. Sebelum pandemi penyerang, wisatawan yang datang di Kampung Lukis minimal terdiri 15 orang setiap harinya. Baik wisatawan lokal hingga manca negara. (dee/hvn)


Share to