Mocoan Lontar Yusup, Tradisi Folklor yang Masih Dianggap Mantra dan Sihir

Dian Cahyani
Dian Cahyani

Thursday, 30 Jul 2020 10:13 WIB

Mocoan Lontar Yusup, Tradisi Folklor yang Masih Dianggap Mantra dan Sihir

KEKAYAAN BUDAYA: Aktivitas Mocoan Lontar Yusup oleh pemuda di Desa Kemiren, Banyuwangi yang masih eksis hingga saat ini.

BANYUWANGI, TADATODAYS.COM - Mocoan Lontar Yusup merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi, terutama di Desa Kemiren, Dusun Mondoluko- Tamansuruh dan Kampung Cungkin-Mojopanggung.

Tradisi lontar Yusup ini berupa pembacaan naskah kuno kisah nabi Yusuf yang ditulis menggunakan huruf pegon. Pembacaannya dengan ditembangkan dalam ritual tradisi selamatan bersih desa, kelahiran, sunatan, maupun perkawinan. Mocoan Lontar Aktivitas ini dilakukan selesai Salat Isya menjelang Subuh.

Pada tahun 2019, Mocoan Lontar Yusup ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sayangnya, aktivitas Mocoan Lontar Yusup masih dianggap aji-aji mistis oleh beberapa kalangan anak muda. Masih ada sebagian orang yang menggunakan syair lontaran yusup untuk jaran goyang. Bahkan, ada yang menggunakan penggalan syair lontar yusup sebagai mantra.

Naufal Anfal, 22, salah satu pemuda yang rutin membaca lontaran yusup, membenarkan tentang hal tersebut. Teman- temannya kerap memberikan stigma negatif perihal aktivitas mocoan lontar Yusup yang ia ikuti. “Teman-teman ada yang ngaggep mistis. Tapi, ya sudah ya saya senyumin aja,” ungkapnya saat ditemui di Rumah Budaya Osing, Selasa (28/7/2020).

Sekretaris Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Osing Banyuwangi Wiwin Indiarti senada dengan Naufal. “Memang masih ada, tapi orang-orang tertentu saja. Semua serba bisa kalau kita meyakini,” kata alumnus Universitas Gajah Mada itu.

Lebih lanjut, Wiwin mengungkapkan bahwa kini kegiataan mocoan lontar Yusup mengalami pergeseran. Esensi Mocoan Lontar Yusup bagi kalangan tua adalah untuk mencari keberkahan dari kisah nabi Yusuf. Kebanyakan kalangan ini melakukan mocoan lontar Yusup tanpa tahu maknanya.

“Pokoknya ditembangkan untuk mencari berkah nabi Yusuf,” imbuh  Wiwin. Sedangkan, kini kalangan muda yang melek budaya Banyuwangi mulai mempelajari lontar yusup beserta maknanya. Karena itu, pembaca mampu meresapi setiap makna dari syair lontar Yusup.

“Ketika saya membaca, rasanya tenang, sampai beberapa hari rasanya. Ketenangan itulah yang saya dapatkan karena mengerti maknanya,” papar Naufal. Wiwin berharap, geliat aktivitas mocoan lontar Yusup terus berkobar di kalangan muda- mudi Banyuwangi. Sehingga, dapat mengikis anggapan miring bahwa yang terlibat dalam mocoan lontar yusup untuk keperluan sihir. (dee/sp)


Share to