Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) bersama Anggota Komisi VIII DPR RI Hj. Dini Rahmania

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Thursday, 09 Oct 2025 08:43 WIB

Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) bersama Anggota Komisi VIII DPR RI Hj. Dini Rahmania

DIALOG: Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj. Dini Rahmania menanggapi aspirasi yang disampaikan para peserta "Ngopi" program peningkatan mutu pendidikan Islam.

Jangan Menganaktirikan Madrasah 

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi NasDem Hj. Dini Rahmania sukses menggelar Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi) dengan program peningkatan mutu pendidikan Islam. Acara “Ngopi” ini digelar Rabu (8/10/2025) di aula lantai dua MTs/MA Nahdlatul Ulama Kraksaan.

Hadir pada kegiatan tersebut anggota Komisi VIII DPR RI Hj. Dini Rahmania, S.IAN., M.M., dan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang Dr. H. Muhammad Walid, MA. Sedangkan peserta "Ngopi" ialah segenap guru madrasah lembaga-lembaga di bawah nauangan Yayasan Kesejahteraan Pendidikan Islam (YKPI), Lembaga Pendidikan Maarif Kraksaan, Pengurus Cabang Jam'iyatul Qurra' Wal Huffadz Kota Kraksaan, dan para guru TPQ di Kota Kraksaan.

“Ngopi” digelar dengan konsep workshop atau seminar oleh narasumber anggota DPR RI Hj. Dini Rahmania dan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Berikutnya dibuka diskusi tanya jawab oleh tiga penanya dari peserta.

Sekretaris YKPI Kraksaan Muhammad As'ad, M.Pd menyampaikan terima kasih kepada anggota DPR RI Hj. Dini Rahmania yang telah mempercayakan kepada YKPI untuk melakukan aktivitas yang sangat luar biasa ini. "Mudah-mudahan beliau selalu semangat bisa bertemu langsung menyapa langsung dalam rangka menyambut aspirasi apa yang menjadi keinginan harapan dari masing-masing peserta ‘Ngopi’," terangnya.

As'ad juga berharap kehadiran Doktor Walid juga dapat memberikan hikmah ilmu. Sehingga ilmu yang nanti akan didapatkan semuanya, menjadi ilmu barokah yang bermanfaat untuk dikembangkan di lembaga masing-masing. "Pendidikan Islam itu kalau sekarang bukan sunnah, tetapi wajib. Karenanya lembaga harus bermutu. Mutu pertama adalah harus bermuara kepada pendekatan akhlakul karimah. Hari ini sudah tidak boleh ada lagi anak-anak kita yang putus sekolah," ujarnya.

Sementara, anggota Komisi VIII DPR RI Hj. Dini Rahmania menyampaikan program Ngopi ini merupakan program bagaimana madrasah di Kabupaten Probolinggo bermutu. Pasalnya Komisi VIII DPR RI bermitra dengan Kementerian Agama RI." Maka sudah menjadi kewajiban saya untuk bisa menyapa para bapak ibu guru madrasah hari ini. Saya senang sekali rasanya bisa berjumpa dengan bapak ibu di sini semoga banyak manfaat," harapnya.

PAPARAN: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maliki Malang, Dr. H. Muhammad Walid memaparkan materi peningkatan mutu pendidikan Islam kepada para guru madrasah dan TPQ di Kabupaten Probolinggo.

Hj. Dini melihat dan juga mendengar selama satu tahun ia menyapa bahwa pendidikan islam di bawah Kementerian Agama ini sedikit mendapatkan diskriminasi. Karena memang benar adanya dan sampai sekarang masih belum belum terselesaikan dan belum ada solusinya. "Saya melihat tidak hanya kesenjangan pada sarana, tetapi juga kegiatan guru maupun para murid-muridnya. Di sini saya mencatat dan menyerap aspirasi," tegas politisi asal Kabupaten Probolinggo itu.

Wanita berjilbab ini mengungkapkan bahwa ia sebagai jembatan antara lembaga atau pesantren untuk bisa ia sampaikan kepada Kementerian Agama. Komisi VIII selalu memperjuangkan kegiatan para guru madrasah.

"Jangan menganaktirikan madrasah. Pendidik ini sama dalam undang-undang, baik di sekolah umum maupun sekolah madrasah, yaitu sama-sama mencerdaskan anak bangsa. Sama-sama menciptakan karakter. Maka dari itu hari ini kami ingin bisa berbagi sedikit ilmu, berbagi sedikit inspirasi bagaimana pendidikan Islam ini seharusnya jangan sampai ketinggalan zaman," ungkapnya.

Lanjut Hj. Dini, pendidikan Agama Islam bukan pilihan kedua. Akan tetapi kalau bisa jadi pilihan pertama. Maka dari itu profesionalismenya ditingkatkan, kompetensi guru juga harus di-upgrade, Kurikulum Pendidikan Islam pun juga harus terus disesuaikan dengan perubahan zaman. Namun sekali lagi tanpa meninggalkan nilai-nilai tauhid. "Maka dari itu sinergi antara madrasah, kampus, para alim ulama adalah kunci untuk bisa membangun pendidikan Islam yang unggul," jelasnya.

Perempuan yang juga menjabat ketua DPC NasDem Kabupaten Probolinggo ini berharap kegiatan pada hari ini bisa melahirkan gerakan nyata, tidak hanya hadir di acara ini saja taapi pulangnya juga bisa membawa manfaat.

"Madrasah yang unggul selanjutnya menjadi pilihan pertama bagi orang tua. Kami harap madrasah-madrasah ini juga bisa membekali ilmu, iman serta karakter kepada para siswanya, kita bersama-sama berkomitmen untuk bisa menjaga marwah pendidikan Islam," ujarnya.

DISKUSI: Salah seorang pengajar TPQ di Kabupaten Probolinggo menyampaikan aspirasinya kepada Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj Dini Rahmania.

Sementara Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maliki Malang, Dr. Muhammad Walid menuturkan bahwa pentingnya kerjasama baik itu pemerintah, lembaga pendidikan dan juga masyarakat untuk peningkatan mutu pendidikan islam.

"Ibu Hj. Dini Rahmania mewakili pemerintah, kami dan Bapak Ibu yang ada di berbagai lembaga pendidikan juga memiliki peran yang sangat mutlak dan masyarakat itu turut bekerjasama. Sehingga ini bisa memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan pendidikan Islam," terangnya.

Doktor Walid menyampaikan bahwa sistem pondok pesantren pertama kali berkembang di Indonesia di wilayah tapal kuda. Selanjutnya pondok pesantren melakukan adaptasi terhadap kurikulum pemerintah. Pondok pesantren yang seperti ini dengan kondisi sekolah yang anak didiknya mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak sesuai dengan undang-undang dasar Republik Indonesia 1955 itu jumlahnya hanya separuh dari semua yang mendapatkan pendidikan yang ada.

"Itulah yang kemudian menjadikan ketimpangan-kertimbangan, padahal pondok pesantren telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan bangsa dan negara dari zaman sebelum kemerdekaan sampai dengan kemerdekaan," ungkapnya.

Adapun peningkatan mutu pendidikan Islam bisa melalui pembelajaran pendidikan keteladanan. Bapak ibu guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pembelajaran tanpa adanya satu proses keteladanan. Sehingga memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran menjadi penting dimana perkembangan teknologi saat ini tidak bisa dihindarkan.

"Perkembangan teknologi sudah mulai dirasakan sejak dari anak-anak yang membutuhkan tentang alat tersebut ini. Mereka melalui media video digunakan dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Baik melalui aplikasi-aplikasi yang sekarang banyak tersedia,” katanya.

Lanjut Doktor Walid bahwa penggunaan teknologi itu dengan tujuan utamanya adalah menyampaikan ilmu yang sebelumnya kurang efektif tanpa teknologi. Pasalnya dahulu bapak kiai mengajarkan akhlak dengan cerita nabi-nabi, seperti Nabi Adam dan lainnya.

"Penyampaian akhlak-akhlaknya bisa sangat mudah melalui media media pembelajaran. Oleh karena itu para guru diharuskan aktif menggunakan teknologi. Termasuk ilmu pengetahuan lainnya, baik ilmu yang berhubungan dengan keterampilan dan lain sebagainya," jelasnya.

Peserta didik kemudian dilibatkan dalam proses pembelajaran. Cara pembelajaran yang terlalu didominasi oleh ceramah, itu kurang efektif. "Bukan nggak boleh ceramah, namun ada juga diskusi untuk mengajarkan pada peserta didik bagaimana itu bekerja sama, empati, toleransi. Ada karakter komunikasi dan ada karakter bekerja," paparnya. (*/hla/why)


Share to