Nguri-Nguri Seni Budaya, Diskominfo Kabupaten Probolinggo Gelar Festival Jaranan Tengger

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Thursday, 31 Aug 2023 07:45 WIB

Nguri-Nguri  Seni Budaya, Diskominfo Kabupaten Probolinggo Gelar Festival Jaranan Tengger

PERTUNJUKAN RAKYAT: Pementasan seni jarananan dan reog sukses menghibur masyarakat di Festival Jaranan Tengger.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Rangkaian Pertunjukan Rakyat (Pertura) menghadirkan Festival Jaranan Tengger digelar Rabu (30/8/2023) siang di Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Selain untuk memperingati HUT ke-78 Kemerdekaan RI, Pemkab Probolinggo melalui Diskominfo, Statistik, dan Persandian Kabupaten Probolinggo menyelenggarakan kegiatan ini untuk nguri-nguri (melestarikan) seni-budaya.

Festival Jaranan Tengger ini diikuti oleh lima kelompok kesenian jaranan dari lima desa di Kecamatan Sukapura. Masing-masing adalah Desa Ngadisari, Desa Wonotoro, Desa Jetak, Desa Ngadas dan Desa Ngadirejo.  

Hadir pada festival tersebut, Asisten Pemerintahan dan Kesra Heri Sulistyanto; Plt. Asisten Administrasi Umum Hudan Syarifuddin; Kepala Diskominfo Yulius Christian; Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Sugeng Wiyanto; anggota DPRD Kabupaten Probolinggo Supoyo; dan para kepala desa, serta peserta Festival Jaranan Tengger.

DOA BERSAMA: Tokoh agama Desa Jetak melakukan ritual doa bersama sebelum Festival Jaranan Tengger dimulai.

Sebelum festival dibuka dan dimulai, serangkaian kegiatan karnaval Tengger juga digelar di hari yang sama. Para peserta karnaval yang meliputi masyarakat Kecamatan Sukapura itu start dari Desa Ngadisari dan finish di Desa Jetak. 

Adapun doa bersama sebelum festival digelar juga dilaksanakan dan dipimpin tokoh agama atau dukun setempat. Selanjutnya Festival Jaranan Tengger yang bertemakan “Sewu Sego Pincuk Kembul Bujana Andrawina Mangan Mareng,” ini dimeriahkan dengan seni jaranan dan reog, serta lagu campursari. Jaranan dan reog, ini semakin indah saat diiringi alat music tradisional gamelan dan gong.

Kepala Desa Jetak Ngantoro mengatakan dalam sambutannya, maksud tema festival ini yaitu diibaratkan masyarakat yang berkumpul bersama jadi satu pada hari ini, dari enam desa kawasan tengger. Jumlahnya kurang lebih 1000 orang.

“Inilah wujud dijadikan satu pincuk. Tidak memandang sebelah mata kepada yang lain, dan tidak membeda-bedakan. Semua ini adalah ciptaaan yang maha kuasa. Wujud bhineka tunggal ika, berbeda-beda, tetap satu jua. Siapapun tidak membeda-bedakan ” terangnya.

Sesuai tema tersebut, diharapkan agar festival ini menyatukan budaya adatnya, menyatukan umat dan masyarakat, khususnya yang ada di kawasan Tengger. Kades Ngantoro juga mengucapkan terimakasih kepada semua warga Tengger yang animonya tinggi untuk mengikuti festival tersebut. Baik mulai dari anak didik tingkat PAUD, sampai dewasa guyub dan rukun, meramaikan HUT RI ke-78.

Sedangkan Kepala Diskominfo Yulius Christian dalam sambutannya berharap kedepan festival ini dapat berlangsung terus menerus. Mudah-mudahan diteruskan oleh camat Sukapura. Sedangkan nantinya lokasi penyelanggaraanya bisa berpindah-pindah di tiap desa peserta. “Acara ini mengawali. Mudah-mudahan acara ini terus menerus,” harapnya.

Yulius menjelaskan kesenian jaranan di Tengger Sukapura adalah milik masyarakat setempat. Yulius ingin masyarakat asli di Sukapura memiliki kesenian asli Gunung Bromo.

PUKUL KENONG: Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo, Heri Sulistyanto (tengah) resmi membuka Festival Jaranan Tengger yang ditandai dengan pemukulan kenong bersama.

“Adanya kesenian jaranan, ini kita bukan hanya melihat, tetapi bagaimana kita bisa pentas, dan bisa mengembangkan seni serta budaya. Kita harapkan nanti dengan adanya kegiatan ini, mulai dari organisasinya teman-teman grup jaranan, itu sudah berbenah. Nanti bila ditanggap, itu ijinnya lengkap. Sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Demikian juga untuk peralatan, mudah-mudahan nanti juga bisa disempurnakan,” tegasnya.

Yulius mengatakan, Festival Jaranan Tengger ini selanjutnya dapat berdampak pada pariwisata. Mudah-mudahan grup jaranan di Sukapura bisa berbenah. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi yang ada di Tengger. “Jadi, ini juga merupakan potensi wisata. Jangan kalah dengan jaranan yang di Wonosobo. Saya kira, Sukapura Tengger punya potensi. Saya yakin itu bisa,” jelasnya.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Heri Sulistyanto yang membuka festival tersebut juga mengatakan pada sambutannya bahwa wajib sebagai warga Indonesia, melestarikan, nguri-nguri budaya. Heri mengaku merasakan kebahagiaan, kebanggaan, dan terharu. Pasalnya uri-uri seni budaya jaranan dan reog Tengger, ini ditangani oleh para generasi muda.

“Saya bersyukur pesertanya muda-muda semua. Hanya pasukan singo manggolo diperankan oleh orang agak tua seusia saya. Tapi yang lainnya, baik yang reogan, kuda lumping, maupun jathilan, itu saya lihat masih anak-anak generasi muda,” terangnya.

Heri berharap kegiatan yang diinisiasi Diskominfo Kabupaten Probolinggo, ini bisa dilaksanakan secara istikamah di kawasan Tengger ini. “Atas nama pemerintah, kami mengapresiasi kepada seluruh kepala desa  , serta penggiat seni dan budaya yang ada di sekitar kawasan Tengger. Apalah artinya pak Yulius, manakala disini tidak menyambut dengan tangan terbuka dan penuh semangat. Artinya kegiatannya Pak Yulius akan berjalan begitu saja, akan hambar dan sebagainya. Tetapi didukung dengan semangat kebersamaan, semangat untuk nguri-nguri budaya Jawa, saya yakin ke depan reog Ponorogo yang dikembangkan di kawasan Tengger ini akan semakin berkembanng dan berkibar. Mudah-mudahan akan mengalahkan tuan rumah reog aslinya di Ponorogo,” ucapnya.

Heri berharap para kepala desa di kawasan Tengger berkomitmen mendukung melalui pendanaan yang bersumber dari dana desa maupun yang lain. Terutama dalam rangka melestarikan dan turut menjaga, serta mengembangkan kesenian budaya lokal daerah ini. (*/hla/why)


Share to