Pameran "Kobessah" Hadirkan Narasi Warung Kopi Tradisional Bondowoso

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Sabtu, 01 Feb 2025 07:53 WIB

Pameran "Kobessah" Hadirkan Narasi Warung Kopi Tradisional Bondowoso

KOPI: Pameran bertajuk Kopi Bendebessah (Kobessah) di toko kopi Sini Suka Bondowoso.

BONDOWOSO, TADATODAYS.COM - Kolektif Kulon Project menghadirkan pameran bertajuk Kopi Bendebessah (Kobessah) pada Jumat (31/1/2025) malam. Pameran ini menunjukkan hasil riset yang berlangsung selama tiga bulan kebelakang

Wildan Ariyanto, salah satu penyelenggara pameran, menyebut bahwa pameran ini menyoroti warung kopi tradisional di Bondowoso menampilkan sejarah, cita rasa, dan proses sangrai kopi sebagai bagian dari identitas budaya lokal. Tujuannya adalah menawarkan pembacaan ulang perihal warung kopi tradisional yang sudah melekat sejak lama dengan masyarakat.

"Yang dalam presentasinya memberikan informasi dan catatan ingatan kolektif yang kami rasa penting untuk diketahui masyarakat khususnya Bondowoso," katanya.

Riset ini melibatkan sebelas warung kopi sederhana, yang kemudian difokuskan pada empat warung utama. Masing-masing ialah Warung Kopi Mbah Ndin di Wringin, Warung Kopi Pak RI di Jl. Mandiro, Warung Kopi Bu Mraksin di Pasar Hewan Selasaan, dan Warung Kopi Bu Herlina di Pasar Induk Bondowoso.

Keempat warung itu dipilih, lanjut Wildan, lantaran dinilai dapat mewakili nilai historis. Interaksi sosial ruang kopi dan empat warung ini mempunyai ciri khas yg kuat.

Misalnya saja dari cara sangrai yang masih tradisional. Rata rata menggunakan tungku, ada pula yang masih menggunakan beras jagung untuk campuran kopinya. "Dari situ akhirnya kami memilih keempat warung kopi yang tersebar dibeberapa titik di Bondowoso itu," sambungnya.

Latar belakang riset ini berangkat dari oleh promosi Kabupaten Bondowoso sebagai "Republik Kopi," yang selama ini lebih menonjolkan festival dan event berskala besar. Sedangkan warung kopi tradisional justru kurang mendapat perhatian.

Kobessah hadir untuk membaca ulang peran warung kopi sebagai institusi budaya yang sarat makna, bukan sekadar ruang transaksional. Harapannya narasi kecil yang sudah terhimpun ini dapat memberikan sudut pandang baru bagi para penikmatnya.

"Bahwa narasi penting bukan hanya ada pada ruang yang besar, tokoh-tokoh penting dan momen yang bersifat gigantik, namun juga ada di sekitar kita, orang-orang terdekat, tetangga dan lingkungan kita," urainya.

Pameran ini disajikan dalam tiga medium utama. Pertama, fotografi yang menggambarkan ruang, aktivitas, dan benda-benda historis di warung kopi. Kedua, instalasi audio-visual yang menghadirkan suasana dan percakapan khas warung kopi.

Ketiga, terbitnya majalah atau buklet kecil yang diterbitkan secara independen dan beredar dalam jumlah terbatas (Zine) yang berisi catatan wacana, cerita kecil, serta ingatan kolektif dari pemilik warung dan pengunjung.

Pameran Kobessah sendiri bakal diselenggarakan selama empat hari, mulai 31 Januari hingga 3 Februari 2025 bertempat di Toko Kopi Sinisuka. Selain pameran, terdapat dua kegiatan pendukung, yaitu lokakarya pembuatan zine mandiri pada 2 Februari dan diskusi pada 3 Februari 2025 nanti.

Sebagai penutup kegiatan, diskusi ini akan mengangkat narasi kecil dan ingatan kolektif yang mengitari warung kopi, mempertegas perannya dalam kehidupan sosial masyarakat Bondowoso. "Pameran Kobessah menjadi upaya mendokumentasikan dan menghidupkan kembali warung kopi tradisional sebagai bagian dari sejarah dan identitas lokal yang layak diapresiasi," ujarnya. (dsm/why)


Share to