Pasutri di Probolinggo Punya Wisata Petik Anggur, Memetik sambil Belajar

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 22 Dec 2024 14:51 WIB

Pasutri di Probolinggo Punya Wisata Petik Anggur, Memetik sambil Belajar

PASUTRI: M. Joko Hasbullah dan istrinya, Ika Novianti.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Anggur yang disebut sebagai buah ikonik Probolinggo, berusaha dilestarikan oleh pasangan suami istri (pasutri) di Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Mereka sukses mengembangkan wisata petik anggur sebagai sarana edukasi untuk pengunjung. 

Pasutri tersebut adalah Muhammad Joko Hasbullah dan Ika Novianti. Keduanya bercita-cita tak ingin anggur punah sebagai ciri khas dan ikon Probolinggo. 

Berawal dari cerita temannya di Kesultanan Brunei yang menyebut ada wisata strawberry sembari diedukasi, hati Joko tergerak untuk membuatnya di depan rumahnya. Jadilah, di tahun 2017 ia mulai mengoleksi beberapa bibit anggur dan menanamnya. 

Di sisi timur halaman rumahnya, ditumbuhkan anggur yang di atasnya terdapat atap kaca dengan penyangga aluminium. Kini, sudah ratusan wisatawan lokal dan manca negara mengunjungi wisata yang dinamai Kebun M. Jok-Jok. 

WISATA ANGGUR: Joko mengecek buah anggurnya.

Saat ditemui pada Jumat (20/12/2024) siang, Joko menuturkan bahwa sudah ada 100 jenis tanaman anggur. Meliputi jenis Jupiter, Portugis drim, makaon, heliodok, orano, enigma, dan gosfi. Semua bibit sudah pernah berbuah di kebun Joko.

Ia mematok harga Rp 100 ribu setiap satu pengunjung. Menurutnya, harga tersebut sudah paket lengkap dengan edukasi tentang anggur, dan anggur yang dipetik sebanyak satu kilogram. "Pelanggan ada aja setiap minggunya ke sini," ucapnya. 

Bukan sekedar soal uang. Joko sangat senang apabila kedatangan pelanggan. Sehingga ia bisa berbagi ilmu tentang anggur. "Pelanggan itu kan awam ya rata-rata. Saya pasti nyerocos kalau kedatangan pelanggan," ujarnya.

Meski senang menanam anggur, Joko juga sering kali mengalami kesulitan. Terlebih di musim kemarau. Sebab, desanya akan kesulitan air jika memasuki musim kemarau. "Anggur ini buah yang membutuhkan air, tapi harus tahu kadarnya, " tuturnya. 

Selain air, ia merawat tanaman anggurnya dengan mengekstraksi kunyit dan laos. Kedua ramuan itu diperas dan disiramkan pada tanah, tempat pohon anggur tumbuh. Itu ia lakukan untuk menjaga tanamannya. 

Kepada wisatawannya ia menjelaskan, menanam anggur itu hal yang mudah. Namun perlu kejelian. Sebab, meski disebut tanaman yang membutuhkan air, jika tidak mengetahui kadar kebutuhan, maka tanamannya bisa saja gagal. 

Selain menjual buah anggur, ia juga menjual bibit yang ia punya. "Disini itu kan mulai dari bibit ada. Saya edukasi juga. Terus ada orang yang mau beli, kami kasih kalau itu layak dijual. Biasanya bibit usia 3 bulan setengah," ucapnya. 

Nah, istrinya menjual peyek daun anggur. Seperti proses peyek lainnya, daun anggur pilihan digoreng dengan baluran tepung. Rasanya renyah, namun ada sensasi kecut. "Bagi kami, kami ingin mempertahankan ikon anggur sebagai ikon Probolinggo," katanya.

Saking cintanya pada anggur, Joko bercerita, pernah suatu hari anak-anak sekolah yang lewat di depan rumahnya tiba-tiba mendatangi kebunnya. Ia tidak melarangnya. Justru ia mempersilakan anak-anak tersebut memakan buah anggur miliknya. "Kebun saya gak saya kunci. Kalau ada yang mau ambil, justru saya senang. Berarti orang itu tertarik pada anggur," ucapnya. 

Saat ini Joko tergabung dalam Komunitas Pecinta Anggur di Kopling atau Komunitas Peduli Lingkungan Probolinggo. Joko menjadi ketua umumnya. Di komunitas ini, pembudidaya anggur bersemangat mempertahankan anggur sebagai ikon Probolinggo. "Harapannya, kami terus istikamah dan anggur tetap tumbuh di tanah Probolinggo," tuturnya. (alv/why)


Share to