Pedagang Pusat Oleh-Oleh Ketapang Kota Probolinggo Mengeluh Sepi, Begini Tanggapan Wali Kota

Alvi Warda
Alvi Warda

Tuesday, 13 May 2025 17:24 WIB

Pedagang Pusat Oleh-Oleh Ketapang Kota Probolinggo Mengeluh Sepi, Begini Tanggapan Wali Kota

SEPI: Pusat Oleh-Oleh Ketapang Kota Probolinggo yang kini sepi pembeli.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pusat Oleh-Oleh Ketapang yang eksis sejak tahun 2000-an, kini kehilangan pamor. Pedagangnya mengeluh sepi pembeli, bahkan sejak tahun 2018 lalu. Wali Kota Probolinggo dr Aminuddin menyatakan akan mencarikan solusi.

Penyebab sepinya Pusat Oleh-Oleh di Jalan Raya Soekarno Hatta itu beragam. Mulai dari banyaknya pusat oleh-oleh yang berdiri di Kota Probolinggo. Kemudian faktor pembangunan jalan tol yang membuat kendaraan wisatawan tidak lagi melewati pusat oleh-oleh.

Padahal, berbagai macam makanan dan minuman dijual. Seperti tape dan aneka olahan fermentasi lainnya, aneka krupuk, jajanan jadul seperti dodol, minuman olahan anggur, dan lain-lain.

Sufian, pedagang yang sejak 10 tahun menempati salah satu bedak di pusat oleh-oleh mengatakan, sehari-hari hanya menunggu pembeli datang. "Sepi sekarang dah. Gak kayak dulu, tiap hari ada saja bus atau mobil yang datang," ujarnya saat ditemui pada Selasa (13/5/2025) pagi.

Sufian mengingat terakhir ramai di tahun 2018. Saat itu, setiap bulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta. "Karena udah ada tol itu ya, jadi udah jarang travel lewat sini. Kalau dulu, tiap bulan saya untung terus," katanya.

Makanan dan minuman di bedaknya jika sudah tidak bisa dikonsumsi, terpaksa akan ia buang. "Terutama makanan basah kayak tape itu gampang basi. Ya terpaksa tak buang," ujarnya.

Hal serupa juga terjadi pada Dini, yang berdagang sejak tahun 2001. Menurutnya, pusat oleh-oleh ini mulanya adalah warung-warung kopi. "Ini kan memang tanah saya. Awalnya warung kopi disini banyak," katanya.

Kemudian, karena banyaknya wisatawan yang masuk ke Kota Probolinggo, banyak pedagang beralih menjadi toko oleh-oleh. "Akhirnya sama Pak Buchori (mantan wali kota, red) boleh jualan asal jaga kebersihan," ucapnya.

Dini juga mengatakan sepinya pembeli sejak tahun 2018 hingga pandemic Covid-19 menyerang Indonesia. "Dari sejak itu ya sudah sehari-hari nunggu pembeli, itupun kalau ada. Dulu, sehari saya bisa dapat uang Rp 500 ribu sehari," ujarnya.

Namun kini, uang Rp 500 ribu bisa menjadi penghasilannya dalam sebulan. "Semoga saja wali kota yang baru punya solusi dan dukungannya. Mau kerja apa lagi, sudah tahunan jualan," ucapnya.

Sementara, Wali Kota Probolinggo dr Aminuddin saat dikonfirmasi mengatakan, pemkot akan mencarikan solusi. Program Koperasi Merah Putih (KMP) menjadi pertimbangan.

"Ya kalau kita lihat memang di sana bukan lagi tempat transit jalur utama yang sekarang pindah ke pintu tol. Ke depan harus dicari mode penjualan skala grosir. Yang sedang dikembangkan melalui Koperasi Merah Putih," tuturnya melalui pesan singkat. (alv/why)


Share to