Pemandian Tamansari, Sumber Air dan Legenda Tiga Dewi Majapahit

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Monday, 07 Mar 2022 13:46 WIB

Pemandian Tamansari, Sumber Air dan Legenda Tiga Dewi Majapahit

ALAMI:Sumber air Tamansari dipercaya sebagai tempat pemandian tiga orang putri dari kerajaan Majapahit. Karena itu, sumber air tersebut lebih dikenal dengan nama Pemandian Tamansari.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Sebuah kolam alami berada di Dusun Krajan, RT 01 RW 01 Desa Tamansari, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Kolam tersebut mempunyai cerita legenda tempat mandinya tiga orang dewi, dan diberi nama Pemandian Tamansari.

Kolam tersebut seluas 20x60 meter persegi. Konon, kolam tersebut merupakan tempat pemandian tiga orang putri bersaudara dari kerajaan Majapahit. Yakni, Dewi Nawang Sari, Dewi Nawang Wulan dan Dewi Nawang Sih. Ketiganya mandi di kolam tersebut saat hendak melakukan peribadatan di Candi Jabung, Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton. Diketahui, Desa Jabung Candi berbatasan langsung dengan Desa Jabung Tamansari.

Legenda tersebut diceritakan oleh Sekretaris Desa Tamansari, Abdul Hadi. Ia mengatakan, ketiga putri tersebut datang dari kerajaan Majapahit dan hendak melakukan ibadah di Candi Jabung. Namun sebelum tiba di lokasi, ketiga putri bersama para pengawalnya singgah sejenak untuk melepas lelah di lokasi Pemandian Tamansari. Jaraknya, sekitar 1 kilometer dari Candi Jabung.

Saat singgah itulah, ketiga putri ingin menyegarkan tubuhnya sekaligus melakukan pensucian tubuh sebelum ibadah. Alhasil, mereka memutuskan untuk mandi di kolam alami dengan empat sumber itu.

Tempat yang rindang dan air yang jernih membuat mereka mandi berlama-lama di kolam tersebut. Sampai akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Candi Jabung.

Tetapi tidak ada yang tahu pasti berapa kali ketiga putri itu mandi di kolam tersebut. Namun menurut cerita masyarakat, putri-putri Majapahit itu mandi di kolam tersebut selama berada di Candi Jabung.

Menurut Abdul Hadi, nama Tamansari sendiri diambil dari nama Dewi Nawang Sari, yang merupakan kakak tertua dari ketiga putri kerajaan Majapahit itu. Hingga akhirnya warga setempat menamakan pemandian itu dengan nama Tamansari, yang artinya tempat pemandian Dewi Nawang Sari.

Abdul Hadi menuturkan, keberadaan kolam alami itu sudah ada sebelum terbentuknya Desa Tamansari. Sehingga nama desa yang ia tempati saat ini, diambil dari nama Pemandian Tamansari itu sendiri.

Ia mengaku bahwa kolam yang saat ini dijadikan taman tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karena air dari Pemandian Tamansari digunakan untuk mengaliri sawah sekitar, hingga membuat tanaman menjadi subur. Baik pada musim hujan ataupun musim kemarau. "Mulai saya kecil sampai sekarang ini, tidak pernah surut," terangnya pada tadatodays.com, Minggu (6/2/2022).

Ia mengatakan, Pemandian Tamansari juga menyimpan cerita misteri yang sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar. Dahulu, pernah ada warga sekitar yang hendak menebang salah satu pohon bernama pohon kelompang di area kolam Tamansari. Tapi setelah ditebang, ternyata pohon itu kembali berdiri hingga akhirnya kembali roboh.

Ada juga cerita tentang jin penunggu yang bertapa di dekat pohon beringin. Konon, jin penunggu itu merupakan jelmaan dari seorang pengawal putri Dewi Nawang Sari yang ditugaskan menjaga tempat pemandian. Hingga akhirnya ia meninggal dunia, dan dimakamkan di dekat lokasi kolam Tamansari. "Makamnya ada di pojokan sana," ucapnya sambil menunjuk ke arah timur, lokasi makam.

Karena sederet peristiwa mistis itu, warga setempat rutin melakukan doa dan pembacaan sholawat bersama saban Kamis sore menjelang petang, di lokasi Pemandian Tamansari. Dengan harapan mencari keberkahan agar sumber air Tamansari terus menyuburkan pertanian setempat.

TERBENGKALAI: Pemerintah desa setempat pernah mengembangkan keberadaan Pemandian Tamansari menjadi tempat wisata. Namun, langkah itu terhenti sejak pandemi melanda. Tak ayal, fasilitas seperti gazebo pun dibiarkan tanpa adanya perawatan.

 

Kurang Terawat Sejak Pandemi

MESKI Pemandian Tamansari memiliki cerita yang melegenda, namun keberadaan sumber air itu kurang mendapat perhatian. Kondisi airnya saja sudah mulai keruh, tak sebening saat Dewi Nawang Sari mandi di kolam tersebut.

Hadi menuturkan, sebenarnya Pemandian Tamansari sempat dilakukan perawatan dan dikelola oleh pemerintah desa setempat untuk dijadikan tempat wisata. Itu dilakukan pada 2019 menggunakan anggaran dari Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), dengan berdirinya gazebo dan pembuatan taman bunga.

Saat itu sudah banyak pengunjung yang berdatangan. Warga setempat pun juga memanfaatkannya dengan berdagang di lokasi pemandian. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, karena pada Maret 2020 pandemi Covid-19 melanda Kabupaten Probolinggo. Pemerintah desa setempat pun menutup tempat wisata tersebut. "Sehingga terbengkalai seperti ini," katanya.

Padahal pada tahun 2020 itu pihaknya sudah melakukan penganggaran untuk renovasi taman itu. Sayangnya, semua yang sudah dianggarkan tidak sesuai dengan harapan, karena harus dialihkan untuk penanganan covid-19. Dengan itu ia berharap corona segera berakhir.

"Sehingga bisa dianggarkan lagi, dan bisa segera renovasi," ujarnya.

Ia berharap, Pemandian Tamansari kembali dikelola secara maksimal dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. (zr/don)


Share to