Pendapatan Pengrajin Sangkar Burung di Dawuhan Mangli Turun 50 Persen

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Sabtu, 17 Sep 2022 15:11 WIB

Pendapatan Pengrajin Sangkar Burung di Dawuhan Mangli Turun 50 Persen

SANGKAR: Pengrajin sangkar burung di Desa Dawuhan Mangli, Jember, efek domino kenaikan harga BBM. Penghasilannya menurun sampai 50 persen.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Dampak  kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) sejak Jumat (3/9/2022) lalu turut dirasakan oleh para pengrajin sangkar burung di Desa Dawuhan Mangli, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember. Kepada tadatodays.com, pengrajin mengaku penghasilannya menurun hingga 50 persen.

Desa Dawuhan Mangli terkenal sebagai sentra kerajinan sangkar burung. Namun, sejak kenaikan harga BBM, pendapatan pengrajin sangkar burung jadi merosot jatam.

Ini salah satunya diungkapkan Sisil, seorang pengrajin sangkar burung di Desa Dawuhan Mangli. “Pendapatan saya menurun sampai setengahnya,” ujarnya saat ditemui tadatodays.com, Sabtu (17/9/2022) siang.

Menurutnya, sebelum kenaikan harga BBM, ia bisa mendapat keuntungan Rp 10 ribu dari setiap sangkar burung yang dibuatnya. Tetapi setelah terjadi kenaikan harga BBM, keuntungannya tinggal Rp 5-7 ribu saja.

Lalu, ia menjelaskan bahwa salah satu bahan baku pembuatan sangkar burung ialah BBM. Gunanya  sebagai campuran untuk kalsium yang dipakai melapisi atap sangkar. “Otomatis dampaknya besar,” jelas Sisil sambil menghaluskan permukaan sangkar burungnya.

Dalam kondisi begini, kata Sisil, pihaknya tidak menaikkan harga jual sangkar. Itu demi menjaga daya beli masyarakat. “Kalau (harga, red) naik, nanti kan bisa sepi pembeli,” ujarnya.

Padahal, tambah Sisil, tidak hanya BBM sebagai bahan baku yang harganya naik. Bahan baku lainnya juga turut naik harga, mengikuti kenaikan harga BBM.

Di sisi lain, Sisil justru harus menaikkan gaji dua pegawainya dari Rp 20 ribu per hari menjadi Rp 25 ribu rupiah. “Dua pegawai saya juga naik gajinya,” katanya. 

Sisil kemudian menjelaskan bahwa pengrajin sangkar burung di Kabupaten Bondowoso mendapatkan bantuan berupa alat kerajinan. “Kalau yang di Bondowoso dapat bantuan alat. Saya di sini tidak dapat,” katanya. (iaf/why)


Share to