Podcast Kesehatan "Ngobras" Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Integrasi Layanan Primer

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Tuesday, 17 Sep 2024 19:18 WIB

Podcast Kesehatan "Ngobras" Dinkes Kabupaten Probolinggo Bahas Integrasi Layanan Primer

INTEGRASI LAYANAN: Kepala Desa Tambakrejo -Tongas, Arifin dan Ketua TP PKK Desa Tambakrejo-Tongas, Yeni Wulandari menjadi narasumber "Ngobras" Dinkes Kabupaten Probolinggo bahas ILP.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo kembali menggelar Podcast Kesehatan (Podkes) "Ngobras", ngobrol asik dan sehat. Kali ini topik "Integrasi Layanan Primer (ILP)," dibahas bersama narasumber Kepala Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Arifin, S.E. dan Ketua TP PKK Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas Yeni Wulandari, A.Md.Kep.

Kepala Desa Tambakrejo Arifin menyampaikan bahwa sebelum ada ILP, Posyandu terpisah-pisah pelayanannya. Terdapat posyandu balita, posyandu lansia, dan posyandu remaja, serta pemeriksaan penyakit tidak menular.

MONITORING EVALUASI: Dinkes Kabupaten Probolinggo melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Posyandu ILP di Desa Tambakrejo-Tongas.

"Kalau sekarang jadi satu, namanya posyandu keluarga atau ILP. Jadi posyandu ibu hamil, itu dari usia bayi dalam kandungan. Begitu melahirkan, itu posyandu balita. Selanjutnya posyandu remaja. Setelah posyandu remaja, ada posyandu lansia dan posyandu untuk penyakit tidak menular. Jadi (posyandu, red) dilakukan bersama-sama dalam satu hari," terangnya.

Sedikitnya terdapat lima posyandu keluarga atau ILP di Desa Tambakrejo. Karena di Tambakrejo terdapat lima dusun. Pelayanan ILP otomatis dalam satu kartu keluarga (KK), itu dilayani semua. "Selama yang bersangkutan hadir di posyandu. Mulai bapak, ibu, anak, kalau pas libur sekolah. Kalau posyandu remaja, kita kebentur jam sekolah. Jadi mulai balita, kemudian ibunya, itu diperiksa. Bapaknya kalau mau hadir ya monggo, embahnya kalau ada. Jadi kita skrining satu keluarga," tegasnya.

Semua dusun di Desa Tambakrejo, saat ini sudah ikut posyandu ILP. Jadi semua anggota keluarga diperiksa. Sedangkan jumlah warga Desa Tambakrejo berjumlah sekitar 5 ribu jiwa. Respon warga antusias dengan posyandu ILP. Tingkat kehadiran untuk balita 90 persen sampai 100 persen.

Bahkan tingkat kehadiran posyandu lansia 100 persen. "Kita terkendala di posyandu remaja atau usia produktif, karena bersamaan dengan jam sekolah dan jam kerja, tingkat kehadiran sekitar 60 persen," ungkapnya.

Posyandu ILP itu dilaksanakan satu bulan satu kali. Sedangkan jadwalnya menyesuaikan dengan kesepakatan dari tenaga kesehatan desa bersama kader desa. Sementara, kader posyandu ILP, itu seharusnya ditambah dua kader. Karena terbentur anggaran, kader posyandu ILP diambil dari kader posyandu yang sudah ada. "Untuk honornya, kita memakai anggaran yang ada. Tahun depan mungkin kita bisa merekrut dua kader lagi," jelasnya.

Desa Tambakrejo, sebelumnya telah ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo sebagai pilot project Posyandu ILP. Selanjutnya Arifin menyatakan untuk menjalankan program tersebut dahulu, sedangkan kandalanya bisa diatasi bersama sambil jalan. "Kita yang ditunjuk kemudian kita yang menularkan. Kebetulan ada enam desa di bawah tanggungjawab Puskesmas Curahtulis. Jadi kita yang diminta untuk menularkan ke desa lainnya," tuturnya.

TUMBUH KEMBANG: Kader Posyandu ILP Desa Tambakrejo-Tongas mengukur lingkar kepala seorang balita.

Layanan posyandu ILP berjalan seperti biasa posyandu dahulu. Hanya bedanya, semua anggota keluarga dalam satu KK itu diperiksa atau diskrining. "Mereka kita undang. Untuk lansia, kita anggarkan 30 orang. Tiap bulannya kita ganti, kita rolling tiap RT. Nanti kalau ada yang perlu dirujuk dan menderita sakit yang menahun seperti sakit DM, kita kunjungi rumah. Kita harus bisa hadir tiap bulan. Kalau tidak hadir nakes atau kader melakukan kunjungan rumah," ujarnya. 

Posyandu ILP ini otomatis melakukan skrining awal. Sehingga warga mengetahui sakit yang diderita. Apakah sakit DM atau hipertensi. Jadi kalau dirujuk ke Puskesmas, itu sudah diketahui riwayatnya. "Setelah direkap nakes puskesmas, warga kebanyakan hipertensi dan DM. Malah ada yang masih muda menderita DM. Karena setiap posyandu kita cek gula darahnya," ungkapnya.

Kades Arifin mengatakan, kalau ada warga membutuhkan bantuan terhadap penyakit yang dideritanya, selama masih bisa ditangani di Puskesmas Pembantu, maka ditangani oleh nakes desa. Kalau tidak bisa ditangani, maka akan dirujuk ke Puskesmas. "Kalau tidak bisa di Puskesmas ya kita rujuk ke rumah sakit. Dari data di Posyandu ILP, itu sudah ketahuan riwayat penyakitnya," jelasnya.

Adapun Ketua TP PKK Desa Tambakrejo Yeni Wulandari mengaku, penunjukan desanya sebagai pilot project bukan berdasarkan warga yang rentan kesehatan. Sebab, memang penilaian penunjukan pilot project tersebut dari Puskesmas Curahtulis. "Mungkin karena layak untuk dinaikkan menjadi pilot project itu kita," terangnya. (*/hla/why)


Share to