Pupuk Mahal, Pemdes Kertonegoro Inisiasi Pembuatan Pupuk dari Kotoran Sapi

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sabtu, 26 Dec 2020 19:26 WIB

Pupuk Mahal, Pemdes Kertonegoro Inisiasi Pembuatan Pupuk dari Kotoran Sapi

INOVASI: Salah satu perangkat Desa Kertonegoro saat memantau pupuk organik berbahan kotoran sapi. Inovasi tersebut diharapkan meringankan beban petani di tengah pupuk yang sulit dan mahal.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pemerintah Desa Kertonegoro, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, menginisiasi pembuatan pupuk kandang berbahan kotoran sapi. Selain memanfaatkan kotoran sapi yang terbuang percuma, juga untuk menghemat pengeluaran petani karena pupuk saat ini mahal.

Abdul Rahman, Kades Kertonegoro mengatakan, 300 kepala keluarga (KK) di desanya memang memelihara sapi. Setiap KK bahkan memiliki 2 hingga 3 ekor sapi. Tentu, kotoran yang dihasilkan juga banyak.

Limbah kotoran sapi itu ketika tidak dimanfaatkan, justru menimbulkan polusi udara. Bau kotoran sapi pun merebak ke mana-mana. Belum lagi saat hujan turun, tanah kemudian berwarna kehijauan akibat bercampur dengan kotoran sapi.

“Karena itu, kami mencoba alternatif pupuk kandang dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi tersebut,” terangnya. Sebelumnya, pihak desa pernah mencoba membuat pupuk kandang bekerjasama dengan sebuah perguruan tinggi yang saat itu melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Namun, program itu tidak dilanjutkan saat ini. Karena itu, ketika kondisi saat ini, pihak desa ingin kembali menghidupkan program tersebut. Total ada 12 orang dari perangkat desa yang dilibatkan dengan dibantu Dinas Pertanian. “Saya juga ikut dalam pembuatan itu,” kata Abdul Rahman.

Selain kotoran sapi, pembuatan pupuk organik ini juga dicampur dengan tetes, M4, serbuk kayu, dan katul. Bahan-bahan itu didapat dari toko. Sementara untuk campuran lain, yakni daun-daunan, didapat dari pohon yang sudah roboh atau mati. Seluruh bahan kemudian dicampur dan difermentasi selama 15 hari.

"Untuk sasaran penjualannya itu warga Desa Kertonegoro sendiri. Ini kan masih baru dipakai. Kalau nanti hasilnya bisa terlihat bagus, akan saya buat lebih besar. Setiap warga nantinya akan disarankan untuk membuat,” jelasnya.

Ia berharap, inovasi tersebut dapat bermanfaat untuk warga. Sehingga tidak lagi bergantung pada pupuk kimia yang saat ini sudah mulai mahal dan sulit didapat. (zr/don/sp)


Share to