Ramadan, Lampion Kaligrafi dari Paralon Banyak Dipesan

Alvi Warda
Alvi Warda

Sunday, 26 Mar 2023 17:22 WIB

Ramadan, Lampion Kaligrafi dari Paralon Banyak Dipesan

RAMAI PESANAN: Erwin dan Yusak yang sedang membuat lampion kaligrafi. Di bulan Ramadan 1444 Hijriyah ini pesanan mereka tembus 600 lebih lampion.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Ramadan 1444 H memberi berkah bagi dua pemuda asal Randupangger, Kota Probolinggo, Yusak dan Erwin. Lampion kaligrafi berbahan paralon buatan mereka, banyak dipesan. 

Mereka memproduksi lampion paralon kaligrafi di rumah Yusak, tepatnya di Jl. Serma Abdurrahman Gang 9, Kelurahan Wiroborang Kecamatan Mayangan. Keduanya duduk di lantai, memproses satu demi satu step pembuatan lampion.

Di samping mereka, ada sebuah rak tempat lampion yang selesai dibuat. Ada beberapa macam. Mulai dari lampion kaligrafi tunggal; kaligrafi lafadz Allah dan Muhammad; sampai lampion hias yang bukan kaligrafi.

LAMPION: Produk lampion kaligrafi bikinan Erwin dan Yusak.

Ditemui di hari keempat Ramadan, Minggu (26/3/2023) mereka berdua tengah asyik membuat lampion kaligrafi. Peralatan seperti bor, ampelas, dan obeng bergantian mereka pegang. Tentu saja, benda utama yang mereka gunakan adalah paralon.

Proses pembuatan per lampion, hanya memerlukan beberapa jam. Yusak bertugas mengeprint gambar sesuai pesanan. Kemudian, ia menempelkannya pada paralon lalu menyablonnya. Setelah selesai digambar, ia pun melubangi garis gambar dengan bor.

Sementara Erwin bertugas finishing, seperti merapikan bubuk paralon yang masih menempel, kemudian mengecat jika ada permintaan pelanggan. Lalu ia memberinya lampu. Namun, tugas keduanya kadang mengalir dengan melihat apa saja yang perlu mereka lakukan. 

Karena kemahiran keduanya, sehari mereka bisa membuat 10 lampion. itu pun di hari biasa. Namun, sejak Februari 2023, pesanannya mereka sudah terhitung 600 lebih. Pelanggan mereka banyak memesan lampion kaligrafi. Menurut Erwin, hal ini terjadi karena menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

Mereka sudah empat tahun yang lalu, memiliki usaha lampion dari paralon ini. saat itu, Ayah Erwin yang seorang penggali sumur menjadi inspirasi dan ide awal untuk Erwin. Katanya, ayah Erwin sering membawa pulang paralon sisa sanyo sumur. “Daripada hanya jadi barang bekas, nggak terpakai mending dibuat sesuatu,” kata Erwin.

Sampailah, ia memiliki ide membuat lampion. kemudian, ia mengajak Yusak. Kedua pemuda itu merupakan mantan pembuat tato. Sehingga, untuk seni melukis sudah tidak diragukan lagi keahliannya.

Awal membuat, mereka bahkan menggunakan bahan seadanya, seperti cutter dan paralon bekas dari ayahnya. Kata Erwin yang masih ingat awal merintis bercerita, ia harus memanaskan cutter pada api sehingga bisa membolongi paralon. Kemudian ia mencari pelanggan. ”Sampai uangnya kekumpul, kami beli bor,” ujarnya.

Otodidak ia mempelajari kaligrafi. Menurutnya, ia akan sepenuh hati akan menggambar dengan tangan. Tanpa bantuan mesin. Karena itulah yang menjadikan lampion bikinan Erwin dan Yusak istimewa.

Ternyata, lampion bikinan mereka bisa melejit setelah satu tahun berjalan. Yusak bercerita, ia bahkan jarang tidur. Jika pesanan meningkat, ia hanya bisa tidur dua jam dalam sehari. Hal itu harus ia lakukan, demi mengejar target.

Berjam-jam ia duduk di lantai. Tentu saja ada kopi dan rokok yang menemani mereka. Setiap pesanan, mereka menarget dua hari. Namun, mereka juga membicarakannya dengan pelanggan. “Kadang kan disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Ada juga yang meminta tiga hari,” tutur Yusak.

Setelah beres membuat pesanan, mereka mengemasnya. Pesanan pun siap dihantar ke pelanggan. Lampion bikinan dua pemuda ini tersedia di beberapa marketplace. (alv/why)


Share to