Ratusan Warga di Lumajang Padati Jalan Menyaksikan Atraksi Ogoh-Ogoh

M. David Firmansyah
M. David Firmansyah

Monday, 11 Mar 2024 14:50 WIB

Ratusan Warga di Lumajang Padati Jalan Menyaksikan Atraksi Ogoh-Ogoh

MERIAH: Ratusan warga antusias menyaksikan atraksi arak-arakan ogoh-ogoh.

LUMAJANG, TADATODAYS.COM - Ratusan warga Kabupaten Lumajang antusias menyaksikan arak-arakan ogoh-ogoh di depan Pura Mandhara Giri Semeru Agung Kecamatan Senduro, Lumajang, Minggu (10/3/2024). Arak-arakan ini dalam rangka menyambut Tahun Baru Saka atau Hari Raya Nyepi 1946.

Tercatat sebanyak 15 patung raksasa ogoh-ogoh berupa sosok besar menyeramkan menjadi daya tarik dan hiburan bagi masyarakat di Lumajang. Ratusan warga bahkan terlihat memadati rute yang menjadi jalur arak-arakan ogoh-ogoh.

Pak Wira, tokoh umat Hindu Kecamatan Senduro mengatakan, arak-arakan ogoh-ogoh menjadi puncak acara yang menjadi tradisi umat Hindu sebelum merayakan Hari Raya Nyepi yang tepat jatuh pada Senin (11/3/2024).

Selain itu, arak-arakan ogoh-ogoh memiliki makna penggambaran sosok Bhuta Kala menurut kepercayaan umat Hindu konon sebagai makhluk yang selalu mengganggu umat manusia. Nantinya, ogoh-ogoh akan dikumpulkan dan dibakar yang dipercaya dapat menghilangkan keburukan agar umat manusia bisa hidup tenteram.

"Arak-arakan Ogoh-Ogoh menjadi puncak acara bagi kami umat Hindu sebelum Hari Raya Nyepi. Makna ogoh-ogoh adalah gambaran Bhuta Kala yang selalu mengganggu kehidupan manusia. Nantinya akan dimusnahkan dengan cara dibakar dengan tujuan agar manusia dapat hidup tenteram," terang Pak Wira, Minggu (10/3/2024) pukul 20.00 WIB.

Di sisi lain, masyarakat selain umat Hindu juga ikut terlibat dalam pembuatan ogoh-ogoh. Pun, dalam arak-arakan yang digelar pada malam hari cukup kondusif karena dibantu pengawalan oleh pihak aparat kepolisian, TNI, dan Banser setempat.

"Karena di Senduro sendiri toleransi sudah terbangun dengan baik. Maka pembuatan patung ogoh-ogoh juga melibatkan warga selain umat Hindu. Dibantu juga saat proses arak-arakan" lanjutnya

Salah satu warga yang menyaksikan, Betari, 27, mengatakan, ia bukan umat Hindu dan tidak ikut merayakan. Namun, Betari mengaku senang dengan perayaan yang digelar. Setiap tahun ia selalu menyaksikan arak-arakan ogoh-ogoh.

"Senang, meskipun bukan umat Hindu dan tidak ikut merayakan. Tetapi, setiap tahun selalu menyaksikan ogoh-ogoh ini," terangnya.

Sementara itu, bagi Brenda dan Tita, ini merupakan kedua kalinya menyaksikan arak-arakan ogoh-ogoh. Selain menjadi hiburan, menyaksikan perayaan umat Hindu juga menjadi bentuk toleransi antar umat beragama.

"Menjadi hiburan juga toleransi antar sesama umat beragama. Selain itu, ogoh-ogohnya bagus-bagus. Ini kedua kalinya menonton. Tapi, sebelumnya tidak sampai akhir," jelas Brenda diangguki Tita. (dav/why)


Share to