Refleksi Hari Koperasi ke-74; Berkembang Pesat dalam Satu Dekade, Jadi Tameng Perekonomian Rakyat

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Monday, 12 Jul 2021 16:37 WIB

Refleksi Hari Koperasi ke-74; Berkembang Pesat dalam Satu Dekade, Jadi Tameng Perekonomian Rakyat

BERKEMAJUAN: Kepala DKUPP Kota Probolinggo Fitriawati, menyebut perkembangan koperasi di Kota Probolinggo mengalami perkembangan dalam sepuluh tahun terakhir. Baik perkembangan dari segi kualitas, jumlah, maupun profesionalitas manajerial.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, potret koperasi di Kota Probolinggo terus menunjukkan perkembangan dan peningkatan, baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun profesionalitas manajerial. Terbukti, dengan berjalannya waktu, koperasi di kota berjuluk mangga anggur ini telah memiliki Nomor Induk Koperasi (NIK).

Hal itu merupakan salah satu indikator bahwa secara kualitas koperasi terus dimodernisasi oleh unsur koperasi, yakni anggota, pengurus dan pengawas. Jika terus digaungkan dengan aktif, maka peran koperasi dapat menjadi tameng perekonomian rakyat yang sehat dan aktif.

Maka dari itu, munculnya koperasi baru menandakan kebutuhan masyarakat terhadap koperasi. Hal itulah yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo Fitriawati, saat ditemui tadatodays.com, Selasa (6/7/2021) lalu.

Perempuan yang karib disapa Fitri ini menerangkan, DKUPP dan koperasi di Kota Probolinggo bersekapat untuk melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan rutin mendaftarkan NIK yang berlaku 2 tahun sekali.

Menurutnya, kegiatan tersebut dapat memaksimalkan DKUPP sebagai fasilitator untuk memberikan pembinaan dan pengawasan secara internal dan eksternal. Secara bertahap, koperasi juga diarahkan memaksimalkan digitalisasi. "Tentunya untuk pengelolaan keuangan koperasi dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.

Seemntara, dalam peningkatan perekonomian rakyat untuk penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Probolinggo, koperasi dinilai belum cukup siginifikan. “Akan diupayakan,” kata Fitri.

Fitri menyebutkan, berdasarkan Data Keragaan ODS, koperasi di Kota Probolinggo yang terdata berjumlah 221. Dengan rincian, 160 koperasi masuk kategori aktif, termasuk di dalamnya 89 koperasi yang bersertifikat NIK. Sementara 61 koperasi lainnya tidak aktif.

Dikatakannya, banyak faktor yang jadi penyebab koperasi aktif ataupun tidak aktif. Pertama, sumber daya pengelola koperasi minim. Kedua, pemahaman prinsip dan nilainya sangat rendah. Ketiga, anggota juga bertindak sebagai pengguna jasa.

Kemudian, keempat, administrasi koperasi belum tertata secara profesiona. Terakhir, peraturan khusus, Standart Operasional Manajemen (SOM) dan Standard Operasional Prosedur (SOP) belum dibuat. "Koperasi yang tidak aktif ini juga dikarenakan tidak melaksanakan RAT," terangnya.

Dengan mengetahui masih banyak koperasi tidak aktif, DKUPP mengambil langkah dengan cara memverifikasi domisili koperasi, pendekatan secara persuasif antar unsur koperasi, revitalisasi koperasi, melaksanakan pembinaan, pendampingan dan pengawasan serta pembubaran koperasi jika tak jelas domisili dan anggotanya.

Menurutnya, di era saat ini, kendala dunia koperasi adalah kurangnya unsur di dalam koperasi itu sediri dalam mengoperasionalkan digitalisasi, regenerasi pengurus dan kurangnya modernisasi persaingan dengan lembaga keuangan baru yang menawarkan kredit dengan bunga rendah. "Itu khusus koperasi yang bergerak di bidang simpan-pinjam. Rata-rata pengurus dan anggota umumnya berusia lanjut," katanya.

Pihaknya berharap, pada momentum Hari Koperasi Nasional Ke-74, masyarakat, terlebih bagi anggota dan pengurus koperasi, untuk mengubah pola pikir tentang koperasi sebagai jasa pengguna. Ia mengajak untuk bersama-sama berperan aktif dalam mengembangkan koperasi dengan menyusun strategi manajemen dan inovasi dengan layanan digital.

PEDULI: Dekopinda Kota Probolinggo tidak hanya mendorong koperasi untuk tetap bertahan di tengah pandemi. Dekopinda juga peduli dengan kondisi masyarakat terdampak dengan memberikan bantuan sembako.

Gencar Edukasi untuk Tekan Praktik Rentenir

PEMAHAMAN akan pentingnya koperasi masih banyak tak disadari oleh masyarakat, termasuk oleh anggota dan pengurus koperasi itu sendiri. Bahkan, praktik rentenir dan koperasi bodong masih banyak ditemui di tengah masyarakat. Karena itu, berbagai unsur yang fokus mengurusi perkoperasian gencar dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi terkait peran strategis koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia.

Ketua Dewan Koperasi Daerah (Dekopinda) Kota Probolinggo Agus Litanta, menyebut bahwa sebetulnya masyarakat telah hidup secara berdampingan dengan koperasi. Bahkan, pihaknya meyakini masyarakat telah melakukan kegiatan koperasi dalam kehidupannya.

Ia mencontohkan, kebutuhan modal usaha dan pemenuhan kebutuhan biaya hidup, masyarakat dipenuhi dari koperasi. Namun sayang, koperasi yang mereka ikuti adalah koperasi yang tidak jelas alias abal-abal dan lebih mengarah pada rentenir.

Menurut Agus, masyarakat sejatinya mengerti pentingnya koperasi tapi belum memahami sepenuhnya koperasi yang benar sesuai aturan yang berlaku. “Hal Itulah yang menyebabkan masyarakat masuk dalam praktik rentenir dan koperasi bodong,” kata Agus, Minggu (4/7/2021).

Oleh karena  itu, kegiatan sosialisasi dan edukasi sangat penting dilakukan untuk menyadarkan masyarakat bahwa koperasi sangat dibutuhkan. Seperti yang diharapkan founding father koperasi Indonesia sekaligus Wakil Presiden RI pertama, Drs. Moh. Hatta.

Karenanya, Agus tetap yakin bahwa koperasi adalah sokoguru perekonomian Indonesia. Sebab menurut Agus, koperasi merupakan penggerak ekonomi kerakyatan yang paling cocok untuk bangsa Indonesia.

Tapi karena masih banyaknya masyarkat yang tidak memahami pentingnya berkoperasi, maka ia menganalogikan bahwa koperasi merupakan raksasa yang sedang tidur. "Jika bisa dibangunkan dan dimanja dengan baik, bukan tidak mungkin akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa," ujarnya.

Lalu, bagaiman pandangan Agus terkait kondisi koperasi di Kota Probolinggo. Ia menyampaikan bahwa di koperasi di wilayahnya mulai berkembang. Hanya saja, koperasi di sektor pertanian dan nelayan belum maksimal. Ia berharap ada pendampingan dari instansi terkait agar pemetaan sektor pangan menjadi potensial.

Nah, di tengah pandemi covid-19, Agus mengakui kondisi ini menjadi kendala bagi perkoperasian di Kota Probolinggo. Apalagi, koperasi di Kota Probolinggo rata-rata bergerak di unit simpan pinjam. "Sementara ini persaingan simpan pinjam sangat berat, karena harus bersaing dengan bank dan pinjaman online yang semakin marak," katanya.

Ia berharap, sesuai dengan tema Hari Koperasi Ke-74 yakni "Transformasi Digital Koperasi Menuju Bisnis Modern yang Kuat dan Bermartabat", koperasi dapat melakukan transformasi digital dan dapat bersaing di era 4.0. “Koperasi harus bergerak dan mencari peluang agar tetap bisa bertahan di tengah pandemi covid-19,” ujar Agus.

SEJARAH: Rektor Universitas Panca Marga Probolinggo Abdul Haris Nasution, mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk terus sinergi membangun koperasi dan pengembangan UMKM. Setidaknya, mengembalikan kejayaan koperasi di era Mohamad Hatta.

Kejayaan Koperasi di Era Mohamad Hatta

BERKEMBANG dan meningkatnya koperasi di setiap daerah di Indonesia tak lepas dari dinamika di daerah itu sendiri. Semangat juang yang tinggi untuk berusaha membangkitkan dan mensejahterakan perekonomian rakyat, adalah salah satu tujuan koperasi.

Rektor Universitas Panca Marga (UPM) Probolinggo Prof. Dr. Abdul Haris Nasution, menceritakan bahwa koperasi didirikan pada tahun 1908. Kemunculan koperasi di Indonesia diawali dari suatu usaha masyarakat kecil yang ada di rumah-rumah.

Masyarakat kemudian nimbrung untuk membentuk sebuah perkumpulan, namun saat itu belum menjalankan sistem seperti yang dilakukan koperasi saat ini. Tepatnya pada tanggal 12 Juli 1908, Dr. Soetomo mencetuskan Hari Koperasi berserta aturan-aturannya.

Menginjak pada tahun 1927, sistem koperasi merebak ke setiap penjuru daerah di tanah air. Menurut pria yang karib disapa Haris ini, sejak saat itu koperasi berfungsi untuk membangun masyarakat, memperbaiki dan mencari potensi dalam proses pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat atau stakeholder terkait. “Khususnya sektor UMKM, tulang punggung usaha kecil,” kata Haris.

Karena pentingnya peran koperasi di awal pendiriannya, termasuk kejayaan koperasi pada tahun 1953, pencetus koperasi Indonesia yaitu Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden pertama RI. Yang pasti, ia juga didapuk sebagai Bapak Koperasi.

Sejak itulah, tokoh nasional yang karib disapa Bung Hatta itu memberikan gagasannya berupa sistem koperasi yang lebih modern. Kemudian pada tahun 1971, ia membentuk Badan Usaha Unit Desa (BUUD). "Itu adalah penggabungan koperasi kecil bermerger agar dapat menjadi koperasi yang lebih besar," katanya saat ditemui di kantornya, Senin (5/7/2021).

Selanjutnya, pada tahun 1993 dibentuklah Kementerian Koperasi untuk menaungi koperasi yang sudah banyak jumlahnya. Nah pada tahun 2020 lalu, Presiden RI Jokowi Widodo memberikan stimulus likuiditas kepada koperasi sebesar Rp 120 triliun. Besarnya stimulus itu menunjukkan bahwa betapa pentingnya koperasi di Indonesia saat ini.

Oleh karena itu, ia berpedapat bahwa peran pemerintah pusat dan daerah sangatlah penting untuk melindungi keberlangsungan koperasi, termasuk pengembangan UMKM. Jika 10 persen atau 25 juta masyarakat Indonesia dari jumlah total penduduk sekitar 250 juta membentuk koperasi, maka dapat mengurangi pengangguran. “Di Singapura, itu hanya 4 juta (penduduk)" tuturnya.

Karenanya, jika pemulihan ekonomi di masa pandemi diawali dari UMKM untuk mendorong daya beli masyarakat, maka perekonomian Indonesia tetap stabil. “UMKM juga harus berkolaborasi dengan  koperasi,” ujar Haris.

Pendapat akademisi UPM itu sesuai dengan UUD 1945 Pasal 3 ayat 1, yang menyebut bahwa perekonomian diatur sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Dilanjutkan, pada ayat 4 tertulis perekonomian nasional didasarkan atas demokrasi. " Yakni adanya inovasi, integrasui, efisien dan berkeadilan secara bersama untuk kemajuan bangsa," ujarnya.

Ia berharap pada momentum Hari Koperasi ke-74, para pelaku koperasi dapat bersaing dengan memanfaatkan era digitalisasi. Oleh sebab itu, koperasi jangan sampai tertinggal dalam memanfaatkan teknologi pada era 4.0. "Dulu pedagang dimanja, pembeli yang datang. Sekarang tidak begitu, pedagang yang mengantar," tuturnya.

PRODUK ANGGOTA; Bendahara Kopwan Mayang Bestari Tri Yulianik, menunjukkan beberapa produk milik anggotanya. Agar tetap bertahan di tengah pandemi, koperasi tersebut terus berinovasi dan meringankan angsuran anggotanya.

Kerja Sama, Kunci Kesuksesan Kopwan Mayang Bestari

DIKENAL dengan Koperasi Wanita (Kopwan) Mayang Bestari. Kopwan tersebut didirikan dan diinisiasi oleh perkumpulan ibu-ibu di Jalan Ikan Hiu Kelurahan/Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo pada tahun 2009 silam. Kini, kopwan yang telah memiliki Nomor Induk Koperasi (NIK) dan 120 anggota ini menjadi salah satu yang sehat dan aktif.

Saat ditemui di sekretariatnya di Jl. Ikan Hiu Kelurahan/Kecamatan Mayangan, bendahara Kopwan Mayang Bestari bernama Tri Yulianik, 51, menceritakan awal pendirian Kopwan Mayang Bestari dan perkembangannya.

Bermula, saat ibu-ibu di Jalan Ikan Hiu berkumpul setiap tanggal 13. Dalam rentan tahun 1990-2000, mereka yang mengikuti PKK itu menyepakati untuk melakukan kegiatan simpan pinjam dengan model simpanan hari raya dan simpanan wajib Rp 250.

Untuk memperkuat lembaga simpan pinjam itu, Ibu-ibu PKK yang mulanya hanya diikuti 50 an ibu-ibu RT tersebut membentuk badan usaha Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Mayang Bestari pada tahun 2001. “Diketahui berkembang, orang lain di luar (Mayangan) ikut," tutur perempuan yang juga pemilik UMKM Alhandi.

Tepatnya pada tahun 2009, bersamaan dengan program koperasi yang digagas oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo, LKM tersebut berubah menjadi koperasi. Karena saat itu memenuhi persyaratan program Pemprov Jawa Timur, Koperasi Mayang Bestari pun mendapatkan bantuan uang tunai sebesar Rp 25 juta.

Perkembangan Koperasi Mayang Bestari tidak hanya terlihat dari besarnya anggaran yang dikelola, tapi  juga jumlah anggota yang mulanya 50 orang menjadi 120 orang. Seluruh anggotanya mayoritas perempuan.

Tri menyebut, rata-rata anggotanya telah memiliki usaha. Seperti jualan online, membuka toko peracangan, makanan online, produksi kerupuk dan lainnya. Hal itu, tak lepas dari pola komunikasi yang baik di internal koperasi dan membangun sinergitas dengan pemerintah daerah dan pusat. Kondisi itu sangat membantu dalam hal pembinaan dan peningkatan keterampilan anggota. “Bulan Juni pelatihan batik," katanya.

Tak hanya mengikuti pelatihan keterampilan yang diberikan pemerintah, Kopwan Mayang Bestari juga mendapat tambahan ilmu tentang pengembangan usaha, pemasaran produk dan siasat atas kurangnya modal di masa pandemi. Diketahui, sebelum pandemi perputaran uang di Kopwan Mayang Bestari bisa mencapai Rp 100 juta setiap bulannya.

Menurutnya,kunci kesuksesan dalam koperasi tergantung kerja sama setiap unsur di dalam koperasi itu sendiri. Mulai dari antar anggota, pengurus, dan pengawas.

Lalu, bagaimana kondisi Kopwan Mayang Bestari di tengah pandemi covid-19, termasuk nasib usaha setiap anggota. Tri menyebut sangat berdampak. “Produksi mulai menurun,” katanya.

Karena itu, untuk mempertahankan usahanya, Kopwan Mayang Bestari mencari peluang usaha lainnya. "Supaya usaha berputar, jual minuman rempah,” tuturnya.

Tak hanya berinovasi produksi, kopwan tersebut juga meringankan besaran angsuran anggotanya selama pandemi. “Misal 100 ribu bayar, kalau tidak ada bisa 50 ribu dulu," katanya. (ang/don)


Share to