Regenerasi Gandrung Terop Banyuwangi Nyaris Macet

Dian Cahyani
Dian Cahyani

Monday, 04 May 2020 23:23 WIB

Regenerasi Gandrung Terop Banyuwangi Nyaris Macet

SENIOR: Temu Misti, saat ditemui di rumahnya. Ia berpose di depan banner dirinya saat menari gandrung.

BANYUWANGI, TADATODAYS.COM -Tari Gandrung menjadi identitas seni budaya Banyuwangi. Konon Tari Gandrung menggambarkan perjuangan masyarakat Banyuwangi dalam melawan penjajah sebelum tahun 1.800 silam. Salah satu penari Gandrung senior, Temu Misti (67) menuturkan, tari Gandrung Banyuwangi mulanya ditarikan oleh laki- laki sebagai upaya untuk melawan penjajahan.

Dalam  perkembangannya, gandrung dibedakan menjadi dua macam, yakni Gandrung Terop dan Gandrung Tari. Temu Misti menganggap gandrung asli adalah gandrung terop. “Gandrung terop yaitu gandrung yang mampu menari dan nggending (nyinden) semalaman dan menghibur para tamu,” tuturnya saat ditemui di teras sanggar tarinya.

Sementara itu, gandrung tari yakni para gandrung yang hanya mampu menari tanpa bisa nggending. Menurut Gandrung Temu, para penari baru yang muncul masih terbilang kurang total. Para penari- penari muda itu hanya mampu menari tanpa bisa nggending semalaman suntuk.

Pemilik sanggar tari ‘Sopo Ngiro’ di Desa Kemiren ini mengatakan bahwa Gandrung Terop dituntut untuk mampu menari dan nggending semalaman. Selain itu mereka juga harus miliki kesabaran ekstra untuk selalu tampil anggun dengan terus mengembangkan senyum cantiknya untuk menghibur, meskipun tidak sedikit para para penonton yang menggoda.

"Tak banyak yang sekarang ini bisa demikian," ujarnya. (dee/hvn)


Share to