Ribuan Warga Banyuwangi Padati Tradisi Adat Tumpeng Sewu Desa Kemiren

Mohamad Abdul Aziz
Mohamad Abdul Aziz

Friday, 30 May 2025 10:30 WIB

Ribuan Warga Banyuwangi Padati Tradisi Adat Tumpeng Sewu Desa Kemiren

TUMPENG SEWU: Warga Kemiren guyub rukun bersama pengunjung saat menyantap pecel pitik, Kamis (29/5/2025) malam.

BANYUWANGI, TADATODAYS.COM - Masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, memiliki ritual adat turun temurun yakni Tumpeng Sewu. Tradisi ini juga dijadikan festival yang digelar setiap tahun. Kamis (29/5/2025) malam, tradisi Tumpeng Sewu semarak digelar.

Sekitar pukul 17.00 WIB, ribuan warga berkumpul di sepanjang jalan Desa Kemiren. Warga duduk rapi memanjang. Di hadapannya ada hidangan Pecel Pitik yang disuguhkan dalam tradisi Tumpeng Sewu.

Mastuki, salah seorang warga Desa Kemiren mengatakan, seluruh warga Kemiren menyiapkan makanan besar setiap pelaksanaan Tumpeng Sewu. Salah satu menu wajibnya adalah Pecel Pitik.

"Biasanya, satu keluarga tidak hanya menyiapkan satu tumpeng. Bisa tiga, empat, atau lima. Karena saat Tumpeng Sewu, mereka biasanya akan mengundang kerabatnya yang berasal dari luar Kemiren," kata Mastuki.

Pecel Pitik adalah menu dengan bahan utama ayam kampung panggang yang dibumbui kelapa parut dan rempah. Menu ini adalah salah satu makanan khas Suku Osing.

Tradisi Tumpeng Sewu diawali pertunjukan Barong Kemiren. Diiringi lantunan musik khas dan pembawa obor, berjalan dari ujung desa menuju kantor desa.

Usai pertunjukan, warga mulai menyantap menu Tumpeng Sewu yang telah tersedia di lesehan masing-masing. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah. Suasana guyub menjalar, meski banyak di antara mereka yang baru pertama kali bertemu.

Ketua Lembaga Adat Osing Kemiren Suhaimi menjelaskan, tradisi Tumpeng Sewu adalah budaya leluhur sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. "Dalam Tumpeng Sewu, ada beberapa tradisi yang juga digelar oleh warga. Salah satunya Mepe Kasur (jemur Kasur, red) yang dilakukan pada pagi hingga siang hari," ujar Suhaimi.

Sementara, pada tengah malam, masyarakat melanjutkan kegiatan dengan Mocoan Lontar Yusup semalam suntuk. Lontar Yusup merupakan naskah kuno yang bercerita tentang kehidupan Nabi Yusuf. (azi/why)


Share to