Rowo Bayu, Petilasan Prabu Tawangalun yang Viral karena KKN di Desa Penari

Dian Cahyani
Dian Cahyani

Sabtu, 14 Mar 2020 15:41 WIB

Rowo Bayu, Petilasan Prabu Tawangalun yang Viral karena KKN di Desa Penari

JERNIH: Mata air yang dialirkan melalui pancuran ini bisa dinikmati warga secara langsung untuk diminum atau cuci muka.

Viralnya kisah KKN di Desa Penari di jagat maya menjadi hal yang tak disangka berdampak pada warga Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Babyuwangi. Meski ada sanggahan dari penulis, jika petilasan di Rowo Bayu hanya ilustrasi, namun tak menyurutkan kedatangan wisatawan ke telaga dengan air jernih itu.

ROWO memiliki arti rawa sedangkan bayu berarti angin. Danau ini seolah tersembunyi di bawah rimbunnya hutan di kaki Gunung Raung. Masyarakat setempat meyakini, Rowo Bayu merupakan sebuah kerajaan gaib yang juga sekaligus kampung penari tak kasat mata.

Memasuki area Rowo Bayu, pengunjung akan disambut dengan dengan sebelas air mancur yang yang terpisah. Konon, setiap air mancur itu memiliki fungsi dan makna mistis tersendiri. Kesebelas mata air itu dibagi dalam tiga area, Sumber Kamulyan, Sumber Rahayu dan Sumber Panguripan. Di area ini warga memanfaatkan air jernih tersebut untuk mencuci wajah dan kaki. Tadatodays.com mendengar dari salah seorang pengunjung, bahwa ada larangan menggunakan sumber air itu untuk mandi dan BAB.

Tak jauh dari mata air, terdapat petilasan Prabu Tawangalun yang dijaga kesakralannya. Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam tempat petilasan Prabu Tawangalun. Menurut penuturan masyarakat setempat, pada malam jumat legi banyak pengunjung berdatangan dari luar kota untuk bertapa, atau melakukan ritual tertentu.

PETILASAN: Lokasi yang diyakini menjadi petilasan Prabu Tawangalun untuk menyepi dan bertapa.

Ditambah saat ini, pengunjung yang berdatangan tidak hanya untuk keperluan ritual, namun juga menengok latar tempat cerita KKN Desa Penari. Sugiarto, Kepala Desa Bayu, membenarkan jika kisah tersebut identik dengan sejarah Rawa Bayu. Namun, adanya desa penari tidak dapat dilihat secara kasat mata. “Kalau sejarah, memang benar, dan Rawa Bayu sejarahnya masuk dalam wilayah sebuah kerajaan di mana di sana juga adalah kampung penari, itu tak kasat mata. Kalau ditanya desa penari itu dimana, kita tidak bisa menjawab, memang tidak ada secara real,” ungkapnya.

Bagi pengunjung yang datang dari luar kota, bisa memilih rute utara dan selatan. Rute utara pengunjung ke Banyuwangi melewati Kabupaten Situbondo dan menuju Kecamatan Rogojampi. Kecamatan Songgon, berada tak jauh dari Rogojampi. Pengunjung yang menempuh perjalanan dari Jember bisa melewati rute atau jalur selatan yang jauh lebih menantang. (dee/hvn)

JERNIH: Mata air yang dialirkan melalui pancuran ini bisa dinikmati warga secara langsung untuk diminum atau cuci muka.

Pengunjung Membludak, Warga Kecipratan Untung

KISAH misteri KKN di Desa Penari yang viral beberapa waktu lalu berdampak positif pada masyarakat di sekitar Rowo Bayu. Meski tidak dijelaskan secara gamblang namun Rowo Bayu yang terletak di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi diyakini sebagai lokasi KKN yang disebut dalam kisah mistis yang kini diangkat ke layar lebar itu. Lantaran hal itu pula, masyarakat pun kecipratan cuan.

Sugiarto, Kepala Desa Bayu, mengungkapkan jika karena viralnya KKN Desa Penari itu banyak wisatawan yang bertandang ke Rawa Bayu. “Kemarin ada empat bus, datang ke Rawa Bayu,” katanya.

DILARANG: Lokasi yang kerap didatangi orang yang ingin bertapa di Rowo Bayu. Tidak setiap pengunjung boleh masuk ke area ini.

Saat wartawan tadatodays berkunjung ke sana, Sugiarto menambahkan jika kunjungan-kunjungan yang memblundak menambah pundi- pundi pendapatan masyarakat. Beberapa warung yang berdiri di sepanjang jalan menuju Rawa Bayu juga semakin laris karena dijadikan tempat pemberhentian wisatawan.

Sebagaimana dikatakan, Solih, salah satu penjual bakso di Rowo Bayu. “Biasanya kita nyelep daging hanya beberapa, tapi kini bisa meningkat,” kata Solih.

Selain itu, warga juga mendapat keuntungan dari mengutip parkir. Sayangnya tidak ada petugas yang menjaga loket di pintu masuk. Pengunjung pun hanya membayar parkir yang pengelolaannya bersifat mandiri oleh warga.

Beberapa fasilitas di Rowo Bayu juga tak terawat. Spot-spot selfie meski terawat namun mulai terlihat usang. "Ada problem internal mengenai transisi kepenguruan di dalam. Ya, gak salah kalau bobrok,” pungkas Sugiarto. (dee/hvn)


Share to