Scooterist Kraksaan Bersatu, Komunitas Penggemar Vespa di Probolinggo, Tak Sekadar Hobi, Tapi Juga Wadah untuk Berbagi dan Mendalami Ilmu Agama

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sabtu, 23 Jan 2021 14:04 WIB

Scooterist Kraksaan Bersatu, Komunitas Penggemar Vespa di Probolinggo, Tak Sekadar Hobi, Tapi Juga Wadah untuk Berbagi dan Mendalami Ilmu Agama

KOMPAK: Anggota SKB saat menggelar kegiatan bersama. Tampak mereka menikmati kebersamaan bersama rekan sesama penggemar vespa.

Scooterist Kraksaan Bersatu (SKB) merupakan wadah berkumpulnya beberapa komunitas vespa yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo. Tak hanya sekadar nyangkruk, anggota komunitas tersebut juga terlibat dalam kegiatan sosial dan religi.

SAAT berdiri pada 17 Desember 2019, SKB terbentuk dari 3 komunitas vespa. Di antaranya Mainsex asal Kecamatan Maron; Bosan asal Karangren, Krejengan; dan SP asal Kecamatan Paiton. Saat ada kegiatan nyangkruk bareng itulah, anggota 3 komunitas itu sepakat menggagas wadah yang lebih besar bernama SKB.

Komunitas tersebut memiliki basecamp di perumahan Akhtara Residence, Desa Asembakor, Kecamatan Kraksaan. Sambutan hangat diterima wartawan tadatodays.com saat bertandang ke lokasi tersebut. Seduhan kopi dan makanan ringan yang disediakan, membuat obrolan semakin seru.

Syarif Hidayatullah, Koordinator SKB ini mengatakan, sejak awal komunitasnya memang tak membentuk struktur yang baku. Hanya ada koordinator dan bendahara yang mengontrol keuangan komunitas.

PEDULI: Selain aktif berkumpul, anggota SKB juga melakukan kegiatan bakti sosial. Hal ini menjadi bagian dari kepedulian mereka pada sekitar.

“Tidak ada yang memotori, semua dibentuk secara spontan saja. Kumpulnya teman-teman saat itu juga tidak direncanakan, tiba-tiba kumpul di basecamp lalu kita ngobrol soal SKB,” kata pria yang akrab disapa Tojer ini.

Tak ada tujuan lain dalam pembentukan SKB ini, hanya saja untuk mempererat persaudaraan dan kekompakan komunitas vespa se Kabupaten Probolinggo. Dengan begitu, ketika ada kegiatan yang digelar salah satu anggota, maka yang berperan serta semakin banyak.

Alasan itu pula yang membuat SKB tanpa ada struktur ketua. Fungsi koordinator menurut Tojer hanya mengkoordinasi. Bagaimana jika hendak menggelar kegiatan? Prinsipnya menurut Tojer, ketika anggota punya ide, maka dimusyawarahkan. Baru kemudian disepakati tanggal, tempat, kebutuhan, dan dananya.

Sejauh ini, sudah banyak kegiatan yang dilakukan berjalan. Komunitas yang memiliki 60 anggota tersebut tak hanya terlibat even bertema vespa saja. Melainkan juga kegiatan sosial kemanusiaan. Seperti yang dilakukan saat awal pandemi. Mereka menggalang dana untuk membeli masker.

Masker itu kemudian dibagikan pada pengguna jalan yang melintas di jalur pantura Kabupaten Probolinggo. Tak kurang ada 1.000 masker kain yang dibagikan pada warga yang membutuhkan.

"Saat itu harga masker masih mahal mas. Sekitar 10 ribu dalam satu maskernya. Itu kegiatan pertama kita. Untuk biaya kegiatan itu kami sumbangan seikhlasnya dan ada sumbangan dari luar juga,” jelasnya.

DEMI SESAMA: Aksi bagi-bagi masker dilakukan anggota SKB di awal pandemi tahun lalu. Mereka membagikan seribu masker pada pengguna jalan di jalur pantura Probolinggo.

Tak hanya masker, SKB juga pernah melakukan kegiatan social seperti bagi-bagi sembako. Di antaranya beras, minyak goreng, dan mie instan. Tojer mengaku, ia bersama anggota komunitas yang lain juga aktif menggelar touring. Aktivitas yang menurutnya memupuk solidaritas dan persaudaraan.

“Misal mogok dan  ban kempes, maka saling bantu. Mempunyai banyak teman juga bisa membuat rejeki lancer. Seperti ketika berkunjung ke suatu, anggota komunitas tidak perlu khawatir kelaparan. Karena pasti akan dijamu dengan komunitas vespa terdekat,” jelasnya.

Tojer tak menampik, jika kadang ada perselisihan antaranggota. Namun, hal itu menurutnya adalah bagian dari dinamika organisasi. Ketika dihadapkan pada komitmen solidaritas, maka selesai persoalan. Hal itu pula yang menjadi syarat siapapun untuk menjadi anggota. Selain syarat memiliki vespa tentunya.

SARANA DAKWAH: Tak hanya touring, anggota SKB juga rutin mengikuti kegiatan keagamaan. Mulai mengaji, maulid nabi, hingga halalbihalal.

Ikut Pengajian dan Jadi Binaan Ulama

TIDAK sedikit orang yang menilai kalau komunitas vespa cenderung kumuh dan tak terurus. Anggapan itu ditepis SKB. Komunitas vespa menurut Tojer justru positif. Selain memupuk solidaritas, banyak kegiatan positif yang dilakukan. Bahkan seringkali mereka terlibat kegiatan religius.

KH. Hafidzul Hakim Noer, pengasuh Ponpes Nurul Qodim, sekaligus pendiri dan pemilik majlis dakwah Syubbanul Muslimin menjadi salah satu ulama yang membina SKB. Bahkan duduk sebagai penasehat dalam struktur SKB.

“Awal mula kenal Gus Hafidz (sapaan akrab KH. Hafidzul Hakim Noer, Red) itu ketika kami diundang untuk acara silaturahmi dan makan-makan di rumah beliau. Dari situ hubungan kita dimulai,” katanya. Mereka pun terlibat kala ada kegiatan maulid nabi.

Tak hanya Gus Hafidz, Habib Abdul Qodir bin Zaid Ba'abud juga menjadikan SKB sebagai sasaran dakwahnya. Acara rutinan bulanan seperti mengaji diikuti anggota SKB. Habib Qodir juga sering menjamu atau mengirimi makanan ke basecamp SKB.

Selain itu, pernah juga terlibat dalam pelaksanaan halalbihalal pengendara vespa se-tapal kuda, yang digelar di rumah Muhammad Sajjad Reyhan Samantha (Gus Sajjad), dari Ponpes Badridduja, Kraksaan.

“Smeua kegiatan kami positif. Kami juga pernah juga mengadakan upacara bendera unik dengan vespa berjejer di HUT RI ke 75. Saat itu digelar di panti rehabilitasi narkoba Ponpes Nurul Qodim,” katanya. Tojer berharap, komunitasnya eksis dan terus menggelar kegiatan positif. (zr/sp)


Share to