Sentra Angkringan dan PKL di TWSL Diresmikan, Pedagang Masih Khawatir Sepi

Alvi Warda
Alvi Warda

Tuesday, 03 Oct 2023 08:29 WIB

Sentra Angkringan dan PKL di TWSL Diresmikan, Pedagang Masih Khawatir Sepi

ANGKRINGAN: Belasan angkringan menempati lokasi relokasi di depan TWSL Kota Probolinggo di Jalan Basuki Rahmad.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Tempat relokasi angkringan dan Pedagang Kaki Lima (PKL) di depan Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) Jalan Basuki Rahmad Kota Probolinggo, diresmikan pada Senin (2/10/2023) malam. Namun, pedagang masih menyimpan kekhawatiran dagangannya bakal sepi.

Angkringan dan PKL itu pindahan dari trotoar sepanjang Jalan Suroyo. Pemkot Probolinggo merelokasi 47 pelaku angkringan, sebab melanggar Peraturan Daerah (Perda).

Sebanyak 19 pedagang ke TWSL, 6 pedagang ke Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) Alun-Alun Kota Probolinggo, 15 pedagang ke Jalan Niaga, dan 7 pedagang ke depan Pasar Mangunharjo.

NANGKRING: Muda-mudi duduk lesehan menunggu pesanan di angkringan langganannya.

Di TWSL itu ada 19 pelaku angkringan yang sah memiliki izin dengan ornamen lampu-lampu berwarna kuning. Angkringan itu berada di sisi selatan jalan. Saat peresmian, hadir pada pejabat Perangkat Daerah (PD) dan Forkopimda. Ada pembacaan dan penandatanganan komitmen, dari perwakilan pelaku angkringan.

Saat diwawancara, Muhammad Yunus pemilik angkringan nomor 11 mengatakan justru khawatir dagangannya tidak laku. Pertama kali menempati pada Minggu (1/10/2023) malam, ia hanya mendapat uang Rp 50.000. "Kalau sebelumnya, di Suroyo itu saya dapat 1 juta permalam bisa," katanya.

Yunus mengaku akan menunggu seminggu ke depan. Jika, lanjut Yunus, angkringannya tidak mendatangkan pembeli, ia akan berhenti berjualan di TWSL tersebut. "Padahal kami sudah punya banyak pelanggan. Sudah woro-woro juga di instagram," ujarnya.

KOMITMEN: Perwakilan pelaku angkringan membacakan komitmen bersama.

Pemuda asal Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan itu, sudah tiga tahun menjadi pelaku angkringan. Sebulan ia bisa mendapat uang sampai Rp 30 juta. "Tapi ya kadang sehari itu hanya Rp 500 ribu, ya pernah. Tapi dibanding Rp 50 ribu?" ujarnya.

Ia berharap, dengan menjual minuman dan cemilan seperti sosis di tempat yang baru bisa seperti saat di Jalan Suroyo. "Apalagi saya punya karyawan yang sudah berkeluarga. Mau dikasih gaji apa kalau ndak cukup?" tuturnya.

Kekhawatiran pelaku angkringan itu langsung mendapat respons dari Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan (DKUP) Kota Probolinggo Fitriawati Jufri. Pemkot Probolinggo, tidak hanya memberikan tempat. Pemkot akan mengupayakan agar angkringan kegemaran muda-mudi itu tidak sepi pembeli.

Upaya itu menurut Fitri meliputi sound system. Pedagang bisa memanfaatkannya dengan memutar lagu. Pembeli bisa menikmati kopi dengan nyaman. "Sound system ini akan setiap hari ada, lampu dan listrik juga kami fasilitasi," katanya.

Fitriawati berharap, para pelaku angkringan bisa tertib berdagang dengan komitmen yang sudah disepakati. (alv/why)


Share to