Serabi Sosso' asal Paiton, Berbahan Alami dan Beraneka Warna

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Sunday, 07 Nov 2021 22:31 WIB

Serabi Sosso' asal Paiton, Berbahan Alami dan Beraneka Warna

KULINER: Dengan bahan alami dan proses pembuatan secara tradisional, Serabi Sosso' buatan Nur Hidayah menghasilkan rasa dan warna yang berbeda. Karenanya, serabi asal Paiton ini juga digemari warga luar daerah yang sedang berkunjung ke kerabatnya di Paiton, Probolinggo.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Serabi adalah salah satu kue khas yang ada di masyarakat Jawa dan Madura. Tepung menjadi bahan utama dalam pembuatannya. Di Kabupaten Probolinggo, serabi dibuat dengan aneka warna dengan nama Serabi Sosso’.

Ya, serabi sosso’ itu buatan Nur Hidayah, warga Desa/Kecamatan Paiton. Diberi nama serabi sosso’ karena proses pembuatannya. Dimana, serabi yang sudah matang di atas wajan diangkat menggunakan sodet dengan cara dicungkil memutar.

Tadatodays.com berkesempatan untuk melihat langsung proses pembuatan makanan tradisional itu. Di dapur sederhananya, wanita yang karib disapa Nur itu menunjukan cara pembuatan serabi sosso’ hingga resep yang digunakannya. 

Adapun resep yang digunakan adalah seperti membuat serabi pada umumnya, seperti telur, susu, tepung terigu, tepung beras, santan, daun pandan, gula aren, gula putih, dan garam. Serta daun suji yang digunakan untuk pewarna alami serabinya itu.

Pembuatan dimulai dari daun suji yang ditumbuk untuk diambil airnya. Kemudian perasan air suji itu dituangkan ke wadah yang sudah ada campuran tepung dan telur. Lalu dicampur dengan air secukupnya, dan diaduk hingga menjadi adonan kental.

Selanjutnya, adonan tersebut dituangkan menggunakan takaran sendok khusus untuk dimasak di atas wajan panas yang terbuat dari tanah liat. Agar matang dengan sempurna, wajan tersebut ditutup. Nah, setelah serabi itu matang, barulah diangkat dengan cara disosso’.

Nur mengatakan, memasak di atas tidak hanya melahirkan cita rasa yang khas dan enak. “Juga dapat membuat serabi lebih tahan lama. Dua hari kuat," kata wanita kelahiran Probolinggo, 2 Desember 1989 itu.

Nur menyebutkan bahwa serabi buatannya tidak hanya berwarna hijau, tapi juga dikreasikan menjadi warna merah muda. Untuk menghasilkan warna merah muda alami, ia menggunakan buah naga sebagai pewarnanya. Sedangkan untuk wwana coklat menggunakan kopi, dan warna biru pekat dari bunga telang. “Semua pewarna menggunakan bahan alami, agar aman saat dikonsumsi,” ujarnya.

menurutnya, pelanggannya puas dengan serabi buatannya karena menggunakan bahan alami. Tak hanya pelanggan local asal Kecamatan Paiton saja yang membelinya. Sering kali warga Gresik, Bandung dan Indramayu yang kebetulan datang ke rumah keluarganya di Probolinggo, membeli serabi miliknya itu sebagai oleh-oleh ke daerahnya masing-masing.

Untuk satu kemasan kecil, serabi miliknya dijual di kisaran harga 6 sampai 30 ribu rupiah. Lalu, untuk paket hajatan dijual dengan harga 150 sampai 300 ribu rupiah. Semua tergantung banyaknya isi setiap kemasan atau isi paketnya."Omzet sehari minimal 200 ribu, kadang bisa 800 ribu rupiah," tuturnya.

Ibu dari Naura Alivia Dzahina Safarillah ini menceritakan, usahanya itu sebenarnya sudah dirintis sejak 2012 silam. Namun dirinya masih belum sepenuhnya menggelutinya. Itu karena dirinya masih sibuk mengajar di Madrasah Ibtidaiyah dan kesibukan lainnya.

Namun pada akhir 2018 lalu, ia mulai fokus untuk mengembangkan hobi memasaknya itu. Hingga akhirnya bisa menjual serabi ke berbagai daerah. Tapi, profesinya sebagai guru tetap ia laksanakan.

Ia berharap makanan tradisional Serabi Sosso' ini dapat dikenal oleh semua orang. Hingga bisa menjadi ikon kuliner khas Kabupaten Probolinggo. Ia bermimpi bisa mempunyai outlet, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan. (zr/don)


Share to