Sukses Pelajar SMP IT Permata Raih Medali Perunggu Kejuaraan IYSA

Alvi Warda
Alvi Warda

Wednesday, 19 Oct 2022 13:53 WIB

Sukses Pelajar SMP IT Permata Raih Medali Perunggu Kejuaraan IYSA

BRONZE: Mayla, Ferina, Nizzam dan Zimraan saat selesai presentasi dan berhasil meraih medali perunggu Kejuaraan IYSA.

“Melihat lawan besar-besar (mahasiswa, siswa SMA, red) justru semakin semangat, karena tertantang.”

--------------------

KALIMAT itu diucapkan Mayla el Kharirina, siswi SMP IT Permata Kota Probolinggo saat mengetahui kompetitornya di ajang kejuaraan Indonesia International Expo- IYSA (Indonesian Youth Scientist Association). 

Ada empat pelajar dari SMP IT Permata yang mengikuti ajang bergengsi tersebut. Selain Mayla el Kharirina, ada Muhammad Nizzam Firdausy, Zimraan Dzakwan dan Ferina Naufali. Sesuai nama ajangnya, keempat siswa berprestasi ini mengikuti perlombaan di bidang kimia.

Lomba yang diikuti hampir seratus lebih peserta dari berbagai lembaga pendidikan di dunia ini terselenggara secara online pada Sabtu (15/10/2022) lalu. Konsepnya, peserta mempresentasikan hasil temuan atau penelitiannya. Nah, ternyata kelompok dari SMP IT Permata berhasil keluar sebagai juara ketiga kejuaraan berlabel internasional itu. 

Saat ditemui pada Selasa (18/10/2022) pagi, empat pelajar SMP IT Permata itu menceritakan kesan dan pengalamannya mengikuti lomba tersebut. Nizzam sebagai leader mengatakan, awalnya ia mendapat informasi lomba dari kedua orang tuanya. 

Lalu ia yang merasa tertarik, menyuruh orang tuanya untuk memberi tahu kepala sekolahnya. Ustadzah Fitry selaku Kepala SMP IT Permata, menyetujui siswanya mengikuti ajang perlombaan itu. “Seneng banget waktu dibolehkan ikut lomba,” ucap Nizzam yang duduk di tengah-tengah kedua temannya. 

Nizzam menjelaskan, lomba ini bergerak di bidang penelitian kimia. Ia dan teman-temannya memberi judul penelitiannya dengan “Malapocent” atau Manggo Leaves Charcoal Powder Absorbent. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan magnesium pada daun mangga. Lalu magnesium ini apakah mampu menyerap kotoran yang terdapat dalam daun mangga. 

Nizzam menyebutnya as A Magnesium Metal Absorbent in Liquid Phase, Based on Evaporation Techniques to Reduce Hard Water Content. “Tujuannya untuk mengetahui apakah magnesium itu bisa menyerap kotoran yang ada di daun mangga,” jelasnya.

PERCOBAAN: (Dari kiri) Ferina, Mayla, Nizzam dan Zimraan di Laboratorium IPA SMP IT Permata Kota Probolinggo.

Selama dua minggu mereka meneliti di laboratorium IPA di sekolahnya. Menurut Nizzam, penelitiannya bersama teman-temannya itu berhasil. Sampelnya ternyata membuktikan kebenaran penelitiannya. “Hasilnya benar dan berhasil,” ucap Nizzam.

Namun, untuk mempersiapkan segala hal, mereka membutuhkan waktu selama dua bulan. Mulai dari perencanaan, latihan presentasi hingga praktek saat lomba. Bahkan untuk membantu keempat siswa itu, SMP IT mendatangkan pelatih dari luar. “Pelatihnya itu dari luar, bukan guru sini,” ujar Nizzam.

Saat bercerita NIzzam didampingi oleh Mayla dan Zimraan. Sedangkan Ferina sedang mengikuti pelajaran. Mayla mengatakan senang bisa mengikuti lomba ajang international, untuk pertama kalinya. 

Begitu ia mengetahui bahwa lawannya adalah mahasiswa dan siswa SMA, ia justru semakin semangat. Ada perasaan tertantang. Menurut Mayla, mereka sudah melakukan yang terbaik. “Melihat lawan besar-besar (mahasiswa, siswa SMA, red) justru semakin semangat, karena tertantang,” tuturnya.

Ternyata keyakinan dan semangatnya itu membuahkan hasil. Ia bersama rekannya, bisa memenangkan juara tiga dengan medali perunggu. Walaupun, ia belum melihat secara langsung perunggunya, ia sudah sangat bahagia. 

Meski menang, bukan berarti mereka terlepas dari kendala. Justru kendala dan rintangan itulah yang membawa mereka pada kemenangan. Mayla bercerita, presentasi lomba ini harus menggunakan bahasa Inggris. Sehingga ia dan teman-temannya harus melatih skill berbahasa inggris dengan baik dan benar. “Tapi senang, bisa belajar bahasa Inggris lebih banyak dan mendalam,” ucap Mayla.

Selain itu, beberapa peralatan dan bahan tidak tersedia di sekolahnya. Sehingga sekolah harus memenuhi peralatan. Bahkan saat perlombaan, ada suatu bahan yang mereka tidak miliki. 

Merekapun kalang kabut. Beruntung, sekolah segera membantu menyediakan. “Kendalanya itu juga ada di kekurangan alat penelitian, tapi sekolah menyediakan,” ujarnya. 

Saat lomba, mereka menghabiskan waktu 10 menit untuk presentasi. Tujuh menit pemaparan materi, tiga menit tanya jawab. Perasaan gugup, deg-degan menyelimuti mereka. Namun, pengalaman dan skill juga mereka dapatkan.

Satu jejak prestasi berhasil mereka ciptakan. Mereka berharap jejak kejuaraan ini bisa menjadi pecutan semangat bagi siswa-siswa lain di Kota Probolinggo. (alv/why)


Share to