Sukses UKM Bawang Goreng “Hunay” Desa Tegalrejo, Kecamatan Dringu

Hilal Lahan Amrullah
Monday, 26 Feb 2024 17:31 WIB

KUALITAS EKSPOR: Produk olahan Bawang Hunay tertata rapi di rak Gerai Bawang Hunay Desa Tegalrejo Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Bawang Probolinggo berhasil dinaikkan levelnya oleh CV Dua Putri Sholehah, Desa Tegalrejo, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Bawang Probolinggo yang terkenal kualitasnya, diolah dipasarkan dalam wujud bawang goreng kemasan. Saat ini Bawang Goreng Hunay yang diproduksi CV Dua Putri Sholehah, berhasil menembus pasar global.
Owner CV Dua Putri Sholehah, Nurul Khotimah menceritakan usaha bawang goreng Hunay ini mulai efektif sejak tahun 2011. Bermula dari kegiatan ibu-ibu yang ingin memiliki kegiatan untuk menambah penghasilan keluarga. Sedangkan salah satu potensi di Desa Tegalrejo khususnya adalah bawang merah. "Secara umum Probolinggo juga penghasil bawang merah yang kualitasnya cukup punya daya saing dengan daerah lain," tuturnya dalam perbincangan dengan tadatodays.com.
Namun menurut Nurul, pada waktu itu bawang merah belum menjadi komoditas unggulan nasional. Hanya daerah-daerah tertentu yang menjadi sentra penghasil bawang merah, seperti Brebes, Jawa Tengah dan Nganjuk serta Probolinggo.
"Kalau sekarang, bawang merah menjadi komoditas nasional yang diupayakan untuk ditanam di seluruh Indonesia. Karena bawang adalah salah satu komoditas yang mengakibatkan inflasi. Akhirnya bawang merah ditanam di seluruh Indonesia," ungkapnya.
Adapun ide usaha bawang goreng Hunay itu tidak langsung jadi. Pasalnya, usaha ini lahir dari sejumlah proses usaha yang dicoba, dan ternyata tidak cocok dari beberapa faktor. Inspirasi usaha ini muncul ketika tanaman bawang merah rusak.
"Suami saya petani bawang. Waktu itu tanamannya rusak semua terkena busuk umbi. Akarnya itu rusak. Waktu itu disortir, dibuang. Sayang kalau dibuang, padahal umbinya besar. Dipotong akarnya itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk bawang goreng. Tetapi tentunya untuk segmentasi pasar tradisional. Pasar tradisional itu tidak membutuhkan kualitas tetapi kuantitas," terangnya.
Akhirnya Nurul mencoba, trial, dan berhasil. Ia memiliki komitmen dengan misi mengoptimalkan potensi lokal bawang merah. Misi selanjutnya memberdayakan ibu-ibu rumah tangga. Misi lainnya adalah menghasilkan produk beorientasi ekspor.
"Akhirnya kita coba sehari 5-10 kilogram. Karena pasarnya juga masih coba-coba di daerah-daerah sini saja. Ketika stok banyak, kita berhenti produksinya. Ternyata apa yang kita lakukan, itu membawa dampak positif untuk masyarakat sekitar. Kita juga lengkapi akreditasi ISO dan lain sebagainya," ujarnya.
Selanjutnya branding daerah dilakukan. Destinasi wisata di Probolinggo cukup banyak mulai dari taraf nasional hingga taraf internasional. Tetapi Probolinggo belum memiliki oleh-oleh khas. "Kita punya potensi lain secara kontinyuitas terjaga, secara kualitas punya daya saing, kenapa tidak, ini diangkat. Kita masukkan misi menciptakan oleh-oleh khas daerah," tegasnya.

Supaya tidak bosan dengan produk bawang merah saja, Nurul mengaku telah berinovasi. Karena oleh-oleh itu identik dengan makanan. Akhirnya bagaimana bawang merah dapat dikonsumsi sebagai snack. Maka, lahirnya bawang goreng dengan rasa keju, ayam bakar, sapi panggang, dan lain sebagainya.
"Alhamdulillah diterima oleh masyarakat, walaupun belum 100 persen ke branding bahwa oleh-oleh khas Probolinggo bawang. Jadi banyak orang-orang datang membeli oleh-oleh khas ini," tuturnya.
Secara konstan grafik penjualan bawang goreng Hunay naik. Bahkan awal-awal pandemi Covid-19 atau lockdown, track penjualannya bagus. Tracknya turun saat isu PPKM atau isu level-level. "Karena ekspedisi yang terganggu menyebabkan turun," jelasnya
Bawang Hunay sebelum pandemi Covid-19 sering menjadi referensi orang belajar bawang merah. Mulai dari budidaya sampai pengolahannya. Bahkan Nurul menjadi praktisi bekerjasama dengan Kementerian Pertanian di balai ketindan, Malang.
Sedangkan Mulai Tahun 2018 bawang goreng Hunay sudah ekspor. "Namun, belum keluar dengan branding sendiri. Karena belum punya kesempatan bertemu buyer langsung. Sampai sekarang sudah ekspor dengan branding lain. Kita patut berbangga, di Jepang kita dibranding orang dengan private order, termasuk di Canada dan Singapura," jelasnya.
Bawang goreng belum menjadi khas global, peminatnya adalah diaspora dan Asia. Saat ini sudah beredar di pasar Canada. Tepatnya di pasar origin seperti minimarket waralaba di Indonesia. Nurul berharap usahanya kedepan lebih maju sehingga dapat menyerap bahan baku yang lebih banyak lagi.
"Kita bisa membantu petani bawang dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Salah satu fungsi kami adalah menstabilkan harga. Karena permasalahan terbesar di petani bawang adalah fluktuasi harga. Jadi bagaimana bisa menstabilkan yaitu serap bahan baku sebanyak mungkin sehingga para spekulan, itu tidak bisa main-main," tegasnya.
Saat ini dalam sehari produksi bawang goreng Hunay mampu menyerap 400 kilogram. Sejumlah prestasi penghargaan berhasil diraih mulai dari level daerah hingga nasional. Pada Tahun 2024 bawang Hunay tampil mengikuti program Juragan Jaman Now Batch 1 di Metro TV.
Bulan November 2023, CV Dua Putri Sholehah meraih penghargaan dari Gubernur Jawa Timur sebagai IKM Ekspor Produk Inovatif pada Gebyar Ekspor Jatim Berdaya Tahun 2023. Tahun 2022 meraih UKM Pangan Award 2022 dari Kementerian Perdagangan. Tahun 2024 UKM Dua Putri Sholehah ini masuk nominasi 20 besar UKM Inovasi dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. (hla/why)





Share to
 (lp).jpg)