Tinggalkan Kerja Kantoran, Pemuda Banyuwangi Sukses Bisnis Lulur Kecantikan

Rifky Leo Argadinata
Rifky Leo Argadinata

Tuesday, 09 Aug 2022 09:51 WIB

Tinggalkan Kerja Kantoran, Pemuda Banyuwangi Sukses Bisnis Lulur Kecantikan

APLIKASI: Peragaan pemakaian lulur Miana yang diolah secara tradisional dari bahan alami.

Lulus Prasetya Hadi sejatinya sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Banyuwangi. Tetapi setelah merasakan kejenuhan parah menjalani pekerjaan kantoran, Lulus memutuskan resign. lalu pada fase pandemi, muncul idenya menjalankan usaha kosmetik, khususnya lulur. Ternyata usaha ini berjalan sukses.

----------------------------

LULUR yang diproduksi Lulus Prasetya Hadi diberi brand “Miana”. Walau menggunakan bahan dan pengolahan tradisional, produk Miana di Banyuwangi mampu bersaing dengan produk kosmetik kenamaan yang lebih dulu eksis di pasar nasional.

Lulus Prasetya Hadi yang kini berusia 27 tahun, merupakan warga Dusun Cemetuk, Desa/Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi. Rumahnya sekaligus menjadi tempat produksi lulur kecantikan Miana.

Saat ditemui tadatodays.com pada Senin (8/8/2022) pagi, Lulus tengah sibuk dengan rutinitasnya. Ia tampak mengemas produk kosmetik untuk memenuhi pesanan konsumen. 

Lulus menjelaskan, produk kosmetik yang dia buat memiliki beberapa varian, yakni Lulur Tradisional Bedak Lontong, Ekstrak Temulawak, Kayu Bangkal dan Ekstrak Kunyit. Semuanya diproduksi menggunakan bahan alami, tanpa zat kimia apapun.

JUARA: Tim lulus Miana yang berhasil menjadi juara III Jagoan Tani di Kabupaten Banyuwangi.

Selain bahannya, pengolahannya juga masih menggunakan metode tradisional. Misalnya dalam pembuatan lulur varian bedak lontong yang terbuat dari bahan baku beras. Beras disangrai dengan tungku hingga timbul warna hitam. "Kalau warna hitamnya merata, baru diangkat dan dipindah ke wadah agar dingin. Setelah itu baru digiling hingga lembut," jelasnya.

Dengan mengusung konsep natural beauty, Lulus mencoba memperlihatkan cara pemakaiannya. Ia membuka kemasan dan mengambil 2 sendok makan lulur, lalu dituangkan ke dalam wadah bersih. Setelah itu lulur diberi air secukupnya, dan diaduk hingga rata.

Setelahnya lulur tersebut dapat dioleskan ke tangan, muka bahkan sekujur badan. "Ini sederhana kok. Tinggal oleskan ke kulit dan gunakan sehari 2 kali secara rutin, maka nanti akan terlihat selama satu minggu perubahanya," kata Lulus.

Selalu ada jatuh bangun dalam dunia usaha. Itu juga dirasakan Lulus yang mengaku mulai menjalankan usaha produksi lulur tradisional ini mulai 2021.

Lulus bercerita, dirinya sebenarnya sarjana hukum lulusan Universitas Muhammadiyah Jember. Sebelumnya, ia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Banyuwangi.

Sebagai pekerja kantoran, Lulus merasa bosan setiap hari duduk di depan computer, dan dihadapkan dengan berbagai laporan perusahaan yang harus diselesaikan hingga lembur. "Ya, bosan tentunya setiap hari seperti itu kalau di kantor. Itu bukan jiwaku," cetusnya.

Pikiran Lulus berubah ketika ditemui saudaranya yang minta dicarikan pekerjaan. Saat itu pandemi Covid-19 masih parah-parahnya. Tentu sangat sulit mencari pekerjaan pada saat itu. Selain itu, banyak pemuda daerah rumahnya yang juga menjadi pengaguran.

Atas keprihatinannya melihat lingkungan tempat tinggalnya, Lulus berinisiatif mencari pangsa pasar yang potensial melalui website ekonomi Indonesia. Ia terutama mencari peluang ide usaha serta melihat kondisi saat ini.

Akhirnya Lulus menemukan ide di produk kosmetik jenis lulur yang bahan bakunya mudah didapat, tentunya di daerahnya sendiri. "Setelah searching dan mengamati lingkungan sekitar, baru menemukan ide untuk membuat lulur. Untuk traffic market-nya cukup tinggi dan bahan baku ada di sini," ujarnya.

Mengira idenya cukup menarik, lulus lantas mencoba membuat lulur dengan bahan baku beras. Namun, untuk percobaan awal yang ia lakukan gagal karena warna hitam yang dihasilkan tidak merata. Selain itu, saat dihaluskan dengan mesin pun masih banyak yang belum hancur. "Untuk uji coba pembuatan awal gagal, coba lagi terus, hingga belasan kali," cetusnya.

 

Setelah beberapa kali gagal, akhirnya Lulus berhasil mendapatkan komposisi yang sempurna dan memutuskan untuk memproduksinya. Melihat hal tersebut punya progres ke depanya, ia akhirnya mengundurkan diri dari pekerjaannya di perusahaan, dan fokus dalam mengembangkan usahanya.

Untuk penjualan produk lulur dilakukan secara konvensional maupun modern melalui marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Sedangkan promosinya juga menggunakan media sosial seperti TikTok.

Produk lulur yang diproduksi saat ini yakni 4 varian dengan masing berat 25 gram, dijual dengan harga Rp 4.500. Produk dengan berat 50 gram dijual Rp 12.000. Sedangkan produk dengan berat 100 gram dijual dengan harga Rp 18.000. Dalam kurun waktu satu bulan, lulur Miana rata - rata laku minimal 300 pieces. "Alhamdulilah, untuk pendapatan saat ini cukup," ujar Lulus.

Seiring dengan banyaknya permintaan pasar, Lulus bisa memperkerjakan pemuda sekitar dalam produksi lulurnya. "Untuk saat ini ada 3 orang yang membantu, 2 cowok dan 1 cewek," jelasnya.

Lulur Miana tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga melahirkan penghargaan. Produk ini pernah diikutkan kompetesi "Jagoan Tani"  yang di selenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada bulan Mei lalu.

Hasilnya membanggakan. Dari 203 peserta, Lulus dengan produk lulur Miana berhasil menyabet predikat Juara 3. Selain itu, Lulus juga lolos kelayakan dengan inovasi pemuda terbaik. "Kalau niat kita usaha ingin membantu sesama, maka jalan yang kita pilih itu pasti benar dan bakal diberi kelancaran," tandasnya. (rl/why)


Share to