Tren Kasus DBD di Kota Probolinggo Naik, Kanigaran Jadi Penyumbang Terbanyak

Mochammad Angga
Mochammad Angga

Thursday, 03 Jun 2021 20:14 WIB

Tren Kasus DBD di Kota Probolinggo Naik,  Kanigaran Jadi Penyumbang Terbanyak

FOGGING: Pengasapan merupakan salah satu cara mencegah penyebaran jentik nyamuk. Namun, menjaga kebersihan lingkungan menjadi hal penting menurunkan kasus DBD. (foto: istimewa)

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Jumlah pasien demam berdarah di Kota Probolinggo pada pertengahan tahun 2021, mengalami kenaikan menjadi 95 orang. Sementara di tahun 2020 kasus demam berdarah sebanyak 76. Dari dua tahun beruntun itu, Kecamatan Kanigaran menyumbangkan kasus terbanyak.

Data tersebut disampaikan Kepala Bidang Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2PM) Eko Sudiwiharti, pada Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DKP2KB) Kota Probolinggo. , Kamis (3/6/2021) sore.

Eko Sudiwiharti mengatakan, peningkatan jumlah pasien kasus DBD pada bulan Januari-Mei 2021 disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kegiatan pencegahan seperti menguras, mengubur, menutup sarang dan jentik nyamuk atau 3M plus.

Oleh kerena itu, perilaku 3M plus perlu dilaksanakan secara serentak di setiap instansi dan rumah-rumah warga.

Meskipun masyarakat pada tahun 2020 ini diimbau untuk tidak keluar rumah akibat pandemi Covid-19, namun kasus DBD secara endemi ini juga perlu menjadi kewaspadaan bersama. Sebab, trend kasus DBD mengalami fluktuatif pada tahun 2014-2021.

Berdasarkan data P2PM pada Dinas KP2KB, pada tahun 2014 jumlah kasus mencapai 330, tahun 2015 mencapai 240, tahun 2016 544.

Kemudian, pada tahun 2017 berjumlah 117 kasus, 2018 menurun di angka 38, tahun 2019 kembali naik mencapai 218 orang. Pada tahun 2020 turun lagi menjadi 76. "Dan pertengahan 2021 mencapai 95 orang," katanya, saat ditemui di kantornya.

Selain itu, perempuan yang karib disapa Bu Eko ini menuturkan bahwa pada tahun 2020-2021 sub daerah Kota Probolinggo yang banyak menyumbang kasus DBD yaitu kecamatan Kanigaran. "Thun 2020 berjumlah 23 orang dan 2021 ini naik dengan jumlah 35 orang," ujarnya.

Menurutnya, kasus di Kecamatan Kanigaran naik dikarenakan jumlah penduduk di daerah tersebut lebih banyak dibandingkan 4 kecamatan lainnya.

Sehingga, pihaknya mengimbau di setiap siklus musim hujan dan musim panas untuk waspada di tempat persinggahan nyamuk dan jentik. Apalagi ditempat yang tergenangi air. Misalnya, tempat air minum burung dan di cekungan ban bekas.

Untuk itu, pemberantasan sarang nyamuk penting segera dilakukan. Dengan cara menguras atau mengganti air setiap enam hari sekali. "Itu harus dilakukan secara serentak di setiap rumah atau kantor-kantor," katanya.

Tak hanya itu, Bu Eko menyampaikan bahwa DKP2KB memiliki 580 kader jumantik yang bertugas untuk memberantas DBD. Sebagai proses pencegahan itu, pihaknya juga telah memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat melalui siaran radio, pemasangan informasi melalu media. "Puskemas melaksanakan sosialisasi dan gerakan pemantauan," ujarnya.

Eko berharap bukan hanya kader jumantik, tetapi setiap elemen masyarakat ada gerakan serentak membesihkan sarang nyamuk.

"Memang untuk menggerakkan orang banyak itu sulit. Jadi butuh effort bersama," katanya. (ang/don)


Share to