Tukang Becak Sesalkan Penutupan Jalan Tanpa Ada Solusi

Zainul Rifan
Zainul Rifan

Tuesday, 13 Jul 2021 17:32 WIB

Tukang Becak Sesalkan Penutupan Jalan Tanpa Ada Solusi

PASRAH: Sejumlah tukang becak hanya pasrah saat melihat petugas Dishub Kabupaten Probolinggo menutup Jalan Juanda, Kelurahan Patokan, Kecamatan Kraksaan. Mereka berharap ada solusi konkrit dari pemerintah karena pendapatannya menurun, terlebih sebagian dari mereka tak mendapat bantuan sosial dampak covid-19.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Probolinggo melakukan penambahan penutupan jalan di Kecamatan Kraksaan, Selasa (13/7/2021). Hingga kini, total ada 7 ruas jalan yang ditutup untuk menekan tingginya mobilitas warga. Langkah itu disesalkan oleh Sebagian masyarakat, salah satunya tukang becak karena pendapatannya berkurang.

Yang terbaru, ada dua jalan yang ditutup yakni Jalan Juanda, Kelurahan Patokan atau pertigaan Kampung Arab. Lalu, Jl. Dokter Saleh, Desa Sumberlele atau jalan menuju SL Park di timur RS Graha Sehat. Sementara 5 tempat lainnya sudah ditutup sebelumnya, salah satunya jalan di Kawasan Alun-alun Kraksaan.

Plt Kepala Dishub Kabupaten Probolinggo Tatok Krismarhento, saat dikonfirmasi mengatakan bahwa penutupan ini dilakukan karena mobilitas masyarakat selama Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat masih tinggi.

Menurutnya, banyak masyarakat yang masih keluar rumah tanpa urusan yang sangat genting. Karenaya ia meminta masyarakat untuk mematuhi peraturan PPKM Darurat. Kalau memang harus membeli makan, maka harus dibungkus. "Juga warung-warung harus melayani take away," terangnya saat melakukan penutupan di Jalan Juanda.

Sementara itu, Zaenal, tukang becak yang mangkal di pertigaan Jalan Juanda mengaku kecewa dengan apa yang dilakukan pemerintah setempat. Pasalnya sejak PPKM ini saja, tiap harinya ia hanya mampu muat satu orang saja dengan ongkos Rp 5 ribu.

Kalau jalan sudah ditutup, ia pun kesulitan mendapatkan penumpang. Sedangkan pekerjaan satu-satunya adalah tukang becak. "Mau makan apa nanti saya ini," katanya.

Kekecewaan itu juga dirasakan Mashudi, tukang tambal ban yang juga berada di pertigaan tersebut. Ia mengaku terpaksa harus menutup tambal bannya saat itu juga, karena rata-rata yang tambal ban atau isi angin dari warga sekitar.  "Kalau jalannya ditutup, tak akan ada yang nambal," kata pria asal Desa Sidopekso, Kecamatan Kraksaan ini.

Selama masa pandemi, keduanya mengaku tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Untuk makan sehari-hari mereka terkadang harus utang ke jasa pinjaman harian atau mingguan.

Untuk itu, mereka berharap jalan tersebut dibuka. Atau paling tidak pemerintah dapat memberikan solusi tentang ekonominya, bukan hanya bisa melakukan pelarangan dan penutupan saja. (zr/don)


Share to