Wali Kota Probolinggo Bakal Tata Ulang Lapak-Lapak di GOR A. Yani, Pedagang: Kami Tidak Tahu

Alvi Warda
Thursday, 10 Apr 2025 14:58 WIB

BAKAL DITATA ULANG: Mistia menunjukkan lapak-lapak di GOR A. Yani yang akan ditata ulang.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Wali Kota Probolinggo dr Aminuddin berencana menata ulang lapak-lapak di sisi utara dan selatan GOR A. Yani di Jalan dr Soetomo. Namun, pedagang mengaku belum mendapat informasi soal rencana penataan ulang ini.
Lapak-lapak di GOR A. Yani tersebut memang terlihat kumuh. Banyak coretan cat semprot dengan kata dan kalimat tidak sopan. Lapak pedagang tersebut juga terlihat tidak seragam.
Wali kota Aminuddin sebelumnya telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) pada Jumat (4/4/2025) lalu. Namun, saat itu tidak ada satu pun lapak yang buka. Sebab, masih dalam momen lebaran.
Wali Kota Aminuddin mengatakan warung-warung itu hanya akan ditata ulang. Sehingga pedagang tetap bisa berjualan. "Perlu diketahui, itu bukan direlokasi, namun ditata ulang," ujarnya saat dikonfirmasi pada Kamis (10/4/2025).
Namun pedagang mengaku belum mengetahui rencana pasti wali kota. Mistia, seorang pedagang gorengan di sisi selatan GOR A Yani mengatakan tidak mengetahui soal rencana revitalisasi warung-warung. "Saya ndak tahu kalau wali kota kes ini. Saya juga gak tahu kalau mau ditata ulang," ujarnya saat ditemui, Kamis siang.
Mistia mengaku sudah berjualan sejak awal dibangunnya lapak-lapak di GOR A Yani. "Saya lupa tahunnya kapan. Kayaknya 2015 apa 2013 ya. Dulu sampai ada Mantan Gubernur Jatim Pakdhe Karwo itu," ucapnya.

Menurutnya, saat awal dibuka hanya adak sekat tembok masing-masing bedak dengan ketinggian satu meter. Atasnya diberi tenda. "Masih bagus dulu. Temboknya masih ada sampai sekarang. Lalu tenda-tenda diganti triplek kayu," ujarnya.
Mistia membuka warung hanya sekitar pukul 07.00 sampai 13.00 WIB. Keadaan kumuh terjadi karena setiap malam muda-mudi mendatangi GOR A. Yani. "Iya, disini itu banyak yang pacaran, minum-minuman keras, merokok. Terus corat-coret tembok," ucapnya.
Pedagang asal Kelurahan Jati itu mengatakan setuju jika tata ulang warung dibuat untuk kebersihan sekitar. "Saya bayar Rp 90 ribu. Kalau mau direlokasi saya mau berdagang di mana? Kalau ditata ulang agar bersih saya setuju," katanya.
Hal senada dituturkan Mihu, pedagang batu akik. Ia tidak setuju jika ada relokasi warung. "Meskipun dagangan saya sepi, tapi ya hanya disini tumpuan saya mencari rezeki," ucapnya.
Ketimbang relokasi, Mihu menyarankan agar pemkot memperbaiki fasilitas. Seperti dipasangi penerangan yang cukup, dan fasilitas seperti tempat duduk dan meja. "Bayar per 6 bulan sekali, tapi orang malas ke sini, karena memang kelihatan kumuh," tuturnya. (alv/why)




Share to
 (lp).jpg)