Warga Kota Probolinggo Kelimpungan Beli Gas Elpiji 3 Kg, Kuota Pangkalan Dibatasi

Alvi Warda
Tuesday, 04 Feb 2025 19:21 WIB

MELON: Qosim saat menghitung jumlah tabung gas elpijinya.
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Meski akhirnya dianulir Presiden Prabowo, kebijakan pemerintah pusat melarang gas elpiji 3 kilogram dijual di tingkat pengecer, kadung berdampak di masyarakat bawah. Termasuk di Kota Probolinggo. Warga, khususnya ibu-ibu, mengaku kelimpungan mencari penjual gas melon itu. Sebab, pengecer tidak lagi menjual elpiji tabung “melon” itu.
Larangan penjualan gas elpiji 3 kg di tingkat pengecer ini ditetapkan oleh Kemeterian ESDM, dan berlaku per 1 Februari. Pembelian elpiji bersubsidi itu hanya dilayani di tingkat pangkalan. Setelah kebijakan ini menuai gaduh karena masyarakat kecil merasa kesulitan mendapat elpiji tabung melon, Presiden Prabowo langsung turun tangan.
Per Selasa 4 Februari, Presiden Prabowo membatalkan kebijakan Kementerian ESDM. Jadi, pengecer diperbolehkan kembali menjual elpiji melon.
Namun, dalam pantauan tadatodays.com, masih banyak warga Kota Probolinggo yang bingung harus membeli elpiji melon di mana. Sebab tidak mengetahui lokasi pangkalan.
Keluhan itu diungkap salah satunya oleh Sutiya (63), warga RT 5 - RW 5 Kelurahan Tisnonegaran Kecamatan Kanigaran. Ia biasanya membeli di pengecer sekitar Jalan Dokter Soetomo. "Karena dekat kan dengan rumah saya, sekitar 200 meter," katanya saat diwawancara pada Selasa (4/2/2025).
Ia biasanya mengisi selama seminggu sekali. Baru Senin kemarin, warung yang biasanya ia datangi dengan menjual harga Rp 19 ribu kosong. "Katanya belum ada stok. Nggak tahu alasan pastinya apa. Katanya masih kosong semua," ujarnya.
Sutiya pun mencari ke tempat lain di Jalan Dokter Soetomo. Namun, tidak berhasil. Kemudian ia terus mendatangi toko-toko yang kelihatan tabungnya dari depan, juga tidak ada. "Baru nemu di Perempatan Brak sana itu. Tapi harganya Rp 20 ribu. Mana saya pakai sepeda pancal, capek," katanya.

Hal serupa juga dituturkan Nike Asmawati (40) ibu rumah tangga asal Triwung Lor, Kecamatan Kademangan. Ia juga mengaku kesulitan mencari lokasi pangkalan. "Sampai kapan gak boleh jual ini toko-toko (pengecer, red) ini mbak? Saya itu 3 hari sudah habis gas itu," keluhnya.
Baginya, tidak masalah jika harga naik menjadi Rp 20 ribu, asal tersedia di pengecer. Sebab, untuk mendatangi pangkalan ia harus mencari-cari lokasi. "Kalau toko jual, di depan rumah ini saya tinggal beli. Kalau di pangkalan itu dimana saya gak tahu, baru nemu di Triwung Kidul," ucapnya.
Tidak hanya dikeluhkan warga, pangkalan resmi elpiji juga terdampak. Pasalnya, kuota mereka dibatasi. Seperti yang dialami Muhammad Qosim (28) pemilik pangkalan di Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan.
Sebelumnya, Qosim bisa menjual sebanyak 200 tabung. Namun, dengan adanya kebijakan baru ia hanya bisa menjual 100 tabung. "Alhasil saya gak bisa menuhi permintaan pelanggan," katanya.
Pemangkasan kuota ini, diakui Qosim terjadi bahkan sebelum 1 Februari. Ia mengaku tidak bisa leluasa menjual gas elpiji sejak seminggu yang lalu. "Lama wes saya dipotong ini, seminggu yang lalu," tuturnya.
Ia berharap, kebijakan pemerintah bisa kembali semula. Sehingga ia bisa memenuhi permintaan pelanggannya. "Pelanggan saya puluhan mbak, pengecer itu. Ada di Pohsangit hingga Laweyan. Kasihan setiap hari telepon, tanya kapan ada? Saya harus jawab apa?" ujarnya. (alv/why)



Share to
 (lp).jpg)