Warisan Budaya, Sejarah Kali Banger hingga Perjuangan Marlena Diangkat Disdikbud dalam Pawai Budaya Kota Probolinggo

Alvi Warda
Alvi Warda

Sabtu, 27 Sep 2025 23:51 WIB

Warisan Budaya, Sejarah Kali Banger hingga Perjuangan Marlena Diangkat Disdikbud dalam Pawai Budaya Kota Probolinggo

Lokal hero dan pesona nusantara juga turut meriahkan pawai budaya kontingen Dikbud Kota Probolinggo.

Harmonisasi Budaya Kota Probolinggo

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Pawai Budaya Hari Jadi Kota (Harjakot) Probolinggo ke-666, pada Sabtu (27/9/2025) berlangsung meriah. Salah satunya ada tampilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) yang mengangkat tema warisan budaya, perjalanan kisah heroik Marlena, hingga sejarah Kali Banger.

Tema yang ditampilkan Disdikbud ini dirangkum menjadi Harmonisasi Warisan Budaya Kota Probolinggo. Kontingen Disdikbud mendapat urutan ke-6. Mereka tampil dengan tari-tarian, memegang kain batik Wastra dan ada yang menjadi sosok Marlena.

Kepala Disdikbud Kota Probolinggo, Dr. Siti Romlah memberikan cenderamata kain batik khas Kota Probolinggo kepada Wali Kota.

Kepala Disdikbud Kota Probolinggo Siti Romlah mengatakan, Kota Probolinggo memiliki sejarah yang berkaitan erat dengan masa penjajahan Belanda sejak tahun 1743. Dahulu, wilayah ini hanyalah sebuah permukiman kecil bernama Banger.

"Namun, di bawah pemerintahan kolonial Belanda, Probolinggo berkembang pesat menjadi pusat administrasi dan perdagangan yang strategis, terutama setelah ditetapkan sebagai ibu kota Karesidenan Probolinggo," ujarnya saat diwawancara.

Di tengah dinamika sejarah tersebut, muncul sosok Marlena di daerah Kademangan. Ia adalah seorang pejuang wanita yang memiliki keberanian luar biasa dalam menentang penjajahan Belanda.

"Marlena tidak hanya berjuang sendiri, tetapi memimpin pasukan untuk mempertahankan wilayah Kademangan dari upaya penguasaan lahan pertanian oleh penjajah," katanya.

Perlawanan yang dipimpin Marlena menunjukkan semangat juang yang tinggi. Teriakan "Serang... serang... ayo kita lawan!" menjadi simbol perlawanan rakyat Kademangan terhadap kolonialisme Belanda yang berusaha menguasai tanah pertanian mereka.

Mengenakan pakaian batik, Kadis Dikbud ingin melestarikan salah satu warisan budaya tak benda Kota Probolinggo.

Warisan Budaya Tak Benda

Menurut Siti Romlah, kisah Marlena merupakan bagian dari warisan budaya tak benda yang perlu dilestarikan. Harmonisasi antara warisan budaya tak benda dan local hero seperti Marlena menjadi penting untuk mempertahankan identitas sejarah Kota Probolinggo.

"Kisah perjuangan Marlena di Kademangan adalah bagian penting dari sejarah perlawanan rakyat Probolinggo terhadap penjajahan. Ini adalah warisan yang harus kita wariskan kepada generasi muda," ujar Siti Romlah.

Disdikbud juga menampilkan Wastra Probolinggo atau pesona kain batik yang menjadi produk unggulan daerah kota probolinggo. "Tadi dikemas dalam parade batik yang anggun dan mempesona, diperagakan oleh muda-mudi Kota Probolinggo, memberikan semangat dan dukungan wastra probolinggo, untuk Kota Probolinggo yang bersolek," tuturnya.

Siti Romlah berharap, upaya pelestarian budaya lokal ini dapat menginspirasi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menghargai perjuangan para pahlawan lokal yang telah mempertahankan tanah air dari penjajahan. (*/alv/why)


Share to