Wujud Toleransi, Orang Muslim di Lumajang Ikut dalam Pembuatan Ogoh-Ogoh

M. David Firmansyah
M. David Firmansyah

Sabtu, 09 Mar 2024 16:19 WIB

Wujud Toleransi, Orang Muslim di Lumajang Ikut dalam Pembuatan Ogoh-Ogoh

MENGECAT: Proses finishing pembuatan patung ogoh-ogoh di Desa Burno.

LUMAJANG, TADATODAYS.COM - Menyambut Hari Raya Nyepi untuk umat Hindu di Desa Burno, Kecamatan Senduro, Lumajang, mulai membuat patung ogoh-ogoh. Bahkan, uniknya proses pengerjaan patung juga melibatkan umat non Hindu sebagai wujud toleransi.

Hampir sebulan lalu, masyarakat mulai menggarap patung raksasa ogoh-ogoh sebagai tradisi menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 yang jatuh pada Senin (11/3/2024). Bahkan, beberapa warga rela mengeluarkan uang pribadi hingga jutaan rupiah untuk proses pembuatan patung.

Namun, rupanya bukan hanya umat Hindu yang menggarap patung ogoh-ogoh. Ini juga melibatkan umat Muslim yang secara suka rela membantu mempercepat proses pengerjaan patung sebagai bentuk toleransi kepada sesama umat beragama yang telah dilakukan masyarakat Desa Burno sejak lama.

Selain itu, Dwianto orang Muslim yang terlibat dalam pembuatan patung ogoh-ogoh mengatakan, bahan utama yang digunakan berupa kayu dan bambu. Kemudian dibentuk sedemikian mungkin menyerupai karakter atau sosok yang diinginkan. Bahan-bahan lain sebagai pendukung berupa styrofoam, kertas koran, kertas semen, tanah liat, lem, dan kawat juga digunakan.

"Proses pengerjaan kurang lebih 1 bulan, menggunakan bahan dari kayu, kertas semen, dan koran bekas yang dibuat sendiri. Proses pembuatan juga melibatkan orang muslim dan non-muslim," ungkapnya saat ditemui tadatodays.com, Sabtu (9/3/2024).

Sementara itu, tokoh adat Hindu setempat Mangku Kasmadi mengatakan, kerukunan antar umat lintas agama sudah terjalin sejak puluhan tahun lamanya. Selain pembuatan patung ogoh-ogoh, nantinya dalam proses iring-iringan dan pengawalan juga melibatkan warga non-Hindu setempat.

"Jadi semuanya termasuk ustadz, satgas, kades non-Hindu juga ikut mengiringi ke Pura Semeru. Termasuk membuat patung. Ini adalah bentuk kerukunan warga. Begitupun sebaliknya, jika umat beragama lain merayakan acara keagamaan, kami juga ikut terlibat," terangnya.

Makna patung ogoh-ogoh merupakan simbol yang menggambarkan sosok atau wujud Bhuta Kala yang menjelma sebagai roh jahat. Menurut keyakinan umat Hindu, wujud ini memiliki kekuatan buruk, sehingga dapat menjerumuskan manusia. Patung raksasa tersebut nantinya akan diarak oleh masyarakat yang membawanya keliling kampung dan dibakar, sebagai wujud perlawanan terhadap roh jahat.

"Makna patung menggambarkan Bhuta Kala. Agar tidak mengganggu warga, diberi makan melalui upacara yang dilakukan, kemudian dibakar," jelas Mangku Kasmadi. (dav/why)


Share to