Yudi Utomo, dari Senang Mengajar, Kini Melanglang Buana sebagai Trainer Bisnis

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Monday, 04 Sep 2023 09:57 WIB

Yudi Utomo, dari Senang Mengajar, Kini Melanglang Buana sebagai Trainer Bisnis

KAFE: Yudi Utomo saat ditemui di kafenya.

PERUMPAMAAN “menyelam sambil menjaring ikan di lautan”, pas untuk menggambarkan perjalanan karir Yudi Utomo selama 12 tahun ini. Terbaru, pada 3-12 Juli 2023 lalu ia terbang ke Negeri Ginseng atau Korea Selatan untuk mengikuti Training of Trainers (ToT) on Digital Skills and E-Business for ASEAN Women MSMEs. Siapa sangka, karir yang ia geluti berawal dari hobinya dalam mengajar.

“Jadi ceritanya itu ada tiga lembaga di Indonesia yang dapat dana hibah untuk melatih perempuan pelaku usaha. Karena lokasi pemberdayaannya di Indonesia, jadi masing-masing yayasan harus punya tiga trainer untuk diimplementasi di wilayah masing-masing, ada 5 provinsi di Indonesia,” ungkapnya kepada tadatodays.com saat ditemui di kafenya, di Kecamatan Gumukmas, Jember, Rabu (30/8/2023).

Cerita itu melatarbelakangi Yudi bisa terbang ke Korea Selatan pada Juli lalu untuk mengikuti ToT. Ia dan timnya mendapatkan dana hibah dari Korea Selatan dan ASEAN. Ia harus kembali untuk melatih digital skill dan e-bisnis dengan sasaran 900 ibu-ibu di Indonesia dengan masing-masing 300 orang untuk setiap lembaga.

TOT: Yudi Utomo saat mengikuti ToT di Korea Selatan

Pria pendiri Kolektive.id, platform pembelajaran bisnis berbasis digital, itu menyelami dunia bisnis sejak 2011 silam. Berawal dari senang mengajar, Yudi merasa tertarik untuk mendalami dunia trainer saat pertama kalinya mengikuti ToT perencanaan bisnis dari Balai Besar Perluasan dan Pengembangan Kerja dari Kemenaker. Sebab, baginya metode pembelajarannya dirasa begitu asik metodenya.

“Yang bawa formulir (ToT, red) ke saya almarhum Cak Ucok. Kalau ingat Mas Ucok ‘cong, aria cocock gebei been, cong, kan been senang berorganisasi, senang pemberdayaan’,” ungkapnya sekaligus mengenang mendiang temannya.

Dari titik itu, lambat laun Yudi mulai menyelami dunia bisnis. Tidak terasa, akhirnya ia menggeluti profesi sebagai trainer sekaligus konsultan bisnis.

Rasa penasarannya terus tumbuh dan hal itu yang membuat Yudi terus belajar. Tentu, latar belakang sebagai lulusan Sastra Inggris Universitas Jember, Yudi banyak membaca referensi modul perencanaan bisnis berbahasa Inggris sebagai metode belajar secara autodidak.

“Belum punya forum, belum punya komunitas. Ibarat orang baru tahu pertama kali kan masih belum kelihatan mau kemana seterusnya setelah belajar,” katanya.

Entrepreneurship Trainer’s Academy - Turin, Italia

Di tahun 2012, pria kelahiran Situbondo, 17 Agustus 1985 ini akhirnya mendapatkan pekerjaan dari Allianz Indonesia yang memiliki departemen Corporate Social Responsibility (CSR). Ia berperan sebagai fasilitator di sana selama satu tahun setengah.

Karena merasa terlalu cepat untuk berada di sebuah perusahaan multinasional, Yudi akhirnya angkat kaki. Hal itu, ia lakukan bukan karena merasa bosan, tetapi untuk mempelajari lebih dalam apa yang ia mulai.

Di tengah gundah itu, Yudi akhirnya bergabung bersama orang yang pertama kali menjadi pelatihnya saat mengikuti ToT. Meskipun, ia mendapatkan gaji yang lebih rendah dari perusahaan sebelumnya.

Akhirnya, Yudi menyambut baik tawaran tersebut. Sebab, ia merasa ada peluang lebih besar di sana. “Karena ada peluang lebih untuk belajar dan juga dia yang ngenalin pertama, ya sudah lah, belajar sama dia sekalian nyari peluang bareng,” jelasnya.

BERBAUR: Yudi utomo bersama rekan konsultan dari 11 negara.

Sejak saat itu, Yudi memilih untuk hijarah ke Kota Kembang atau Bandung. Di Paris van Java inilah ia memperkaya keilmuannya hingga tahun 2021. Ia bergabung bersama Bina Mitra Usaha Nusantara, Management Solutions Expert (MSE) Trainer & Consultant.

Di Bandung, tepatnya di Cianjur, Yudi pernah menggelar pelatihan bisnis dengan ibu-ibu sebagai pesertanya. Sebelumnya, ia kenal kelompok ibu-ibu tersebut melalui proyek komersil.

“Karena melihat ibu-ibunya semangat untuk belajar dan jarak antara Bandung-Cianjur mungkin tiga jam lah. Pasca proyek selesai, kita kayak punya tanggung jawab moral ketika kelompok yang kita training benar menerapkan kemudian ada perubahan, jadi kita datangin biar nggak bingung. Pulang-pulang dibawakan sayur,” kisah Yudi.

Tidak hanya itu, di berbagai kesempatan Yudi terlibat dalam proyek milik International Labour Organization (ILO), organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dari pengalaman itu, ia menguasai hampir semua modul kewirausahaan milik ILO. Ia pun sering menjadi trainer yang didelegasikan oleh ILO.

Yudi telah melakukan pelatihan di 22 provinsi se-Indonesia. Selain itu, pria penjajal kopi itu telah melatih peserta dari Asia Pasifik di Jayapura dan Bandung. Tidak hanya itu, ia juga pernah menjadi pelatih literasi keuangan dari Bank Dunia.

“Sebelum QRIS banyak dikenal, Bank Dunia punya proyek percontohan tentang edukasi keuangan. Sebelum memperkenalkan QRIS ada cara persuasifnya, kenapa orang mesti pakai QRIS itu diedukasi dulu. Itu kalau tidak salah di tahun 2017 atau di awal 2018,” terang pemilik Kolektive Kafe itu.

Yudi sendiri mulai kembali menetap di Jember mulai 2020. Ia menilai bahwa masih banyak pemberdayaan ekonomi yang parsial dan hanya dilakukan oleh satu aktor.

“Yang melakukan pemerintah, pemerintah sendiri, NGO ya sendir, tidak dilakukan secara kolaboratif. Kan tidak bisa dilakukan sendiri, harus bareng-bareng. Kalau di Jember, indikator paling mudah kan belum ketahuan di mana ada inkubator bisnis, kan belum ada, untuk mencetak pengusaha kan belum kedengaran. Kalau di Bandung, inkubator bisnis banyak,” ungkapnya.

Menurut Yudi, terdapat skema pendekatan bisnis yaitu pentahelix. Ia menjelaskan bahwa skema tersebut terdiri dari perguruan tinggi, pemerintah, media, swasta, dan komunitas.

“Kenapa tidak dilakukan bareng-bareng? Kan kalau dilakukan bareng-bareng akan lebih komprehensif dan tidak harus mahal kalau kolaborasi dengan sumber daya masing-masing yang dimiliki kan bisa lebih murah. Artinya tidak harus menunggu ILO, lembaga internasional misalnya, tidak menunggu pihak ketiga punya gawe. Kita punya kemampuan bikin proyek sendiri, disebut proyek karena percontohan,” paparnya.

Yang kerap dilupakan dalam membangun bisnis, Yudi menjelaskan, ialah peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, perihal fasilitas bagi pembisnis, terutama pemula, itu mudah dilakukan. Ia berpesan agar pemberdayaan ekonomi harus bertumpu kepada SDM.

“Pelaku usaha bisa berkembang bisnisnya karena ownernya bisa berkembang. Bukan karena dibantu fasilitas akses pembiayaan, akses pasar, tapi kalau SDMnya tidak dibangun kenapa banyak bantuan peralatan mangkrak, karena SDMnya belum siap,” ujarnya. (iaf/why)


Share to