Bappeda Litbang Kota Probolinggo Tampilkan Tarian Kepala Banteng dan Pecut Samandiman di Pawai Budaya 2024

Alvi Warda
Alvi Warda

Sabtu, 07 Sep 2024 23:48 WIB

Bappeda Litbang Kota Probolinggo Tampilkan Tarian Kepala Banteng dan Pecut Samandiman di Pawai Budaya 2024

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Probolinggo tidak ketinggalan berpartisipasi dalam Pawai Budaya memperingati Hari Jadi Kota Probolinggo ke-665, Sabtu (7/9/2024). Kontingen Bappeda Litbang menampilkan tarian kepala banteng dan pecut samandiman. 

Pawai budaya ini mengambil start di depan kantor Pemkot Probolinggo. Ada 30 kontingen peserta yang berasal dari berbagai instansi.  Nah, Bappeda Litbang menampilkan tarian kepala banteng dan Pecut Samandiman dari Sanggar Singo Bowo.

LIHAI: Seorang anak kecil tampak lihai memainkan pecut yang dipegangnya.

Sanggar Singo Bowo yang bermarkas di Kelurahan Tisnonegaran Kota Probolinggo, selama ini memang melestarikan seni pecut. Anak-anak dari berbagai kelompok usia berlatih seni pecut di sanggar tersebut.

Sementara, dalam Pawai Budaya ini, kontingen Bappeda Litbang dapat giliran nomor 25. Mereka dilepas sekitar pukul 12.50 WIB. Diawali dengan tampilan Tari Pecut Samandiman. Suara pecutpun terdengar.

Kemudian, dilanjutkan penyerahan souvenir pecut kepada Pj Wali Kota Probolinggo Nurkholis. Kontingenpun dilepas menuju garis finish di Alun - Alun Kota Probolinggo. Mereka melewati Jalan Panglima Sudirman ke Jalan Gatot Subroto dan juga Jalan Ahmad Yani.

PECUT: Bappeda Litbang meriahkan pawai budaya dengan tampilan "Pecut Samandiman"

Kepala Bappeda Litbang Kota Probolinggo Diah Sajekti menceritakan asal mula Pecut Samandiman, yang berawal dari suatu legenda terjadinya pertarungan antara Prabu Klono Sewandono Raja Ponorogo dan Prabu Singo Barong.

"Mereka memperebutkan seorang putri dari Kediri bernama Dewi Songgolangit yang akhirnya dimenangkan oleh Prabu Klono Sewandono. Bisa diambil pelajaran kalau segala sesuatu tidak harus diperjuangkan dengan kekerasan," ujarnya.

Diah yang saat pawai itu mengenakan baju khas Aceh menyampaikan harapannya. Ia menginginkan masyarakat Kota Probolinggo lebih siap menghadapi era digital.

"Kita harus menyesuaikan, dan jangan lupa kita juga punya budaya ya. Pawai budaya ini sebagai upaya melestarikan budaya lokal Probolinggo. Sehingga, bisa terekspos dan terlestarikan," ujarnya. (*/alv/why)


Share to