Bikla, Kopi Istimewa dari Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany Jember

Andi Saputra
Andi Saputra

Wednesday, 29 Sep 2021 11:18 WIB

Bikla, Kopi Istimewa dari Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany Jember

ASLI JEMBER: Aneka produk kopi yang diproduksi di Ponpes Ihya'us Sunnah. Selain kopi lanang, ada pula kopi rempah.

PONDOK Pesantren Ihya’us Sunnah Alhasany berdiri di tengah masyarakat Dusun Sumbercanting, Desa Tugusari, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember. Ponpes ini diasuh oleh Kiai Haji Imam Buchari, seorang alumnus Ponpes Salafiyah Safi’iyah, Situbondo.  

Di ponpes ini, Kiai Imam Buchari tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum,  tetapi juga kewirausahaan atau entrepreneurship. Ponpes Ihya’us Sunnah mengembangkan usaha produksi kopi bubuk, dengan melibatkan para santri dan alumni, serta masyarakat sekitar ponpes.

Kopi bubuk yang diproduksi di Ponpes Ihya’us Sunnah ini diberi brand utama “BIKLA” yaitu akronim dari Barokah Ibrahimy Kopi Lereng Argopuro. Bahkan kini sudah ada dua brand baru yang dihasilkan, yaitu “Fatruk” dan “Nusantara”.

Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany didirikan oleh Kiai Imam Buchari setahun setelah ia lulus dari Ponpes Salafiyah Safi’iyah Situbondo, yaitu tahun 2002. Menurut Kiai Buchari, langkah ini merupakan wasiat kiainya yang harus dijalankan, yaitu membangun pendidikan dan ekonomi keummatan. “Itu salah satu dari lima wasiat kiai,” kata Kiai Imam Buchari saat menerima Tadatodays.com pada Jumat 3 September 2021.  

Sebagai wujudnya, di tahun 2002 itu Kiai Imam Buchari membuka Madrasah Ibtidaiyah (MI) Alhasany. Menyusul di tahun 2008 dibuka SMP Alhasany dan Raudlatul Atfal (RA) Alhasany. Berikutnya di tahun 2016, Kiai Imam Buchari juga membuka SMK Teknologi Pertanian Alhasany.

SMK Teknologi Pertanian ini didirikan karena lingkungan Dusun Sumbercanting di Desa Tugusari memiliki potensi besar di bidang perkebunan dan pertanian. “Kami berharap, potensi pertanian yang ada di desa ini bisa dikembangkan oleh SDM – SDM yang memang punya keilmuan,” katanya.  

Walau sudah menyelenggarakan lembaga pendidikan sejak tahun 2002, tetapi Kiai Imam Buchori mengaku baru berani secara resmi mengumumkan ponpes sekaligus lembaga pendidikannya pada tahun 2016.  

SANTRI: Aktivitas harian santri Ponpes Ihya'us Sunnah. Bagi yang sudah kelas 3 SMK bisa dilibatkan dalam wirausaha kopi

Dalam perjalanan ponpes ini, selain mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan umum, Kiai Imam Buchari juga mengajak para santrinya belajar dan praktik langsung kewirausahaan. Tepatnya dalam usaha produksi kopi bubuk. Itu karena Jember memang memiliki potensi besar menjadi produsen kopi. Potensi besar perkebunan kopi itu juga ada di Dusun Sumbercanting, Desa Tugusari, tempat Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany berdiri.  

Produksi kopi di Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany dipicu kondisi perekonomian stagnan yang dirasakan Kiai Imam Buchari. Sebagai wujud ikhtiarnya, pada tahun 2019, Kiai Imam Buchari mengawali wirausaha kopi. Mula-mula ia masih hanya menjualkan kopi luwak milik tetangganya. Tetapi yang istimewa, pembeli pertamanya adalah keluarga pengasuh Ponpes Salafiyah Safi’iyah Situbondo. “Barokallah, mereka langsung pesan dalam jumlah banyak,” tuturnya.  

Dari pengalaman menjual kopi luwak milik tetangganya, Kiai Imam Buchari bertekad serius menjalankan usaha produksi kopi bubuk sendiri dengan memanfaatkan produk kopi dari warga setempat. Lalu pada Juni 2019, Kiai Imam Buchari memulai produksi sendiri kopi bubuk.

Pada tahap awal, Kiai Imam Buchari masih hanya membeli 5 sampai 10 kilogram kopi dari masyarakat sekitar. Setelah diolah, kopi bubuk tersebut dibungkus menggunakan plastik bening. Kopi itu kemudian dijual ke teman-temannya. Dari skala kecil, usaha kopi yang dijalankan Kiai Imam Buchari terus berkembang.  

Sampai pada Agustus 2020, Kiai Imam Buchari resmi memberi nama produk kopinya BIKLA.  Tetapi, sebelum menetapkan nama BIKLA, Kiai Imam Buchari lebih dulu sowan ke pengasuh Ponpes Salafiyah Safi’iyah Situbondo. “Tujuannya  untuk minta izin menggunakan nama Ibrahimy sebagai bagian dari nama kopi BIKLA,” terangnya.

Pada Agustus 2020 itu, skala usaha kopi BIKLA dari Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany sudah mengalami perkembangan signifikan. Dalam satu minggu, 5 ton kopi BIKLA habis terjual. Kopi Bikla yang mengandalkan biji kopi robusta dari perkebunan kopi setempat, dipasarkan dalam kemasan ukuran 125 gram.

Usaha kopi BIKLA semakin kuat pemasarannya setelah bekerjasama dengan koppontren yang kini sudah berkembang menjadi PT Barokah Ibrahimy Group. “Jadi, kami di pesantren fokus produksi. Untuk pemasaran sudah ada yang mengurusi sendiri,” jelas Kiai Imam Buchari.  

Produksi kopi BIKLA dilakukan total di Ponpes Ihya’us Sunnah. Kiai Imam Buchari melibatkan penuh para santri dan alumni ponpesnya dalam proses produksi dan manajemen. Ini menjadi pembelajaran nyata entrepreneurship di kalangan santrinya. Tetapi Kiai Imam Buchari tetap  memberi Batasan. Hanya santri kelas 3 SMK yang diperbolehkan ikut bekerja di produksi kopi BIKLA. “Santri yang belum kelas 3 SMK, ya harus tetap konsentrasi menuntut ilmu,” ujarnya.   

Sampai September 2021, ada 35 orang yang terlibat dalam proses produksi kopi BIKLA. Delapan orang di antaranya adalah para santri putra. Lalu 27 orang lainnya adalah santri putri, alumni, dan warga sekitar. Para santri yang ikut bekerja di produksi kopi BIKLA juga tetap dapat gaji. Sedangkan jam kerja mereka biasanya memilih malam hari, setelah semua pembelajaran selesai.

Yang menarik, dari usaha kopi BIKLA, Kiai Imam Buchari mampu menyisihkan tabungan untuk setiap santrinya. Jadi, di Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany, setiap santri yang mondok dan menetap, dibukakan rekening tabungan. Lalu masing-masing santri diberi uang tabungan Rp 100 ribu setiap bulan. Tabungan ini hanya boleh diambil. Nanti saat santri sudah lulus dari pondok.

“Jadi, tabungan itu bisa digunakan untuk modal bekerja santri setelah pulang (lulus dari pondok, red). Ini dari pengalaman pribadi saya. Setelah pulang dari pondok, bingung cari kerja. Dengan adanya tabungan itu, santri bisa punya modal untuk bekerja,” terang Kiai Imam Buchari.    

Ada satu aspek yang penting diperhatikan dari produk kopi BIKLA maupun Fatruk dan Nusantra. Kopi-kopi yang diproduksi di Ponpes Ihya’us Sunnah ini dipercaya bisa menjadi obat. Sebab, ada kelebihan dalam setiap proses produksinya, yaitu dibacakan ayat-ayat rukyah. Selain itu dibacakan pula tiga kali ratibul haddad sebelum mengawali produksi besar.

“Dalam perjalanannya, kopi BIKLA menjadi kopi obat. Orang yang sakit disembuhkan Allah melalui kopi ini. Ada orang-orang yang sakit berat, setelah minum kopi ini Alhamdulillah sembuh,” kata Kiai Imam Buchari.

INOVATIF: Kiai Imam Bukhari yang berhasil mengembangkan produk kopi sebagai bagian dari pendidikan kewirausahaan bagi para santrinya.

Aset Semiliar, Tembus Pasar Manca

DALAM memproduksi kopi BIKLA, Kiai Imam Buchari tidak khawatir dengan ketersediaan stok kopi. Sebab,  kebun kopi terhampar luas di Desa Tugusari. Ia menyebutkan, di Dusun Sumbercanting saja ada 1.500 hektare kebun kopi. Hampir semua warga Dusun Sumbercanting memiliki kebun kopi dengan status kerjasama pemanfaatan hutan.

Nah, Ponpes Ihya’us Sunnah berusaha menjadi pendorong ekonomi keummatan. Salah satu metodenya ialah    ponpes menampung kopi dari warga setempat dengan selalu memberi harga per kilogramnya selisih 3 ribu lebih tinggi dibanding harga pasar. “Jadi, masyarakat mendapat untung lebih kalau menjual kopinya kepada pondok,” tuturnya.  

Kopi BIKLA saat ini sudah terpasarkan ke berbagai daerah di tanah air, bahkan mancanegara. Namun, Kiai Imam  Buchari mengakui bahwa kopi bikla juga terdampak pandemi Covid-19. Dari semula 5 ton kopi BIKLA bisa ludes dalam sepekan, pada akhir 2020 lalu turun jadi 4 ton.   

Masuk awal 2021, omzet kopi BIKLA turun lagi jadi 2 ton dalam seminggu. Sedangkan pada masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat sejak Juli sampai Agustus 2021, omzet kopi BIKLA anjlok sampai tinggal 1 ton dalam sepekan.  

Namun, menurut Kiai Imam Buchari, memasuki September 2021, omzetnya kembali bergerak naik. Pria 46 tahun ini berharap, omzetnya bisa kembali jadi 5 ton per pekan. Setiap satu ton kopi biasa dikemas menjadi 3.500 bungkus dengan berat masing-masing 125 gram. “Inshaallah September sudah bisa balik 5 ton per minggu,” katanya.  

Kopi BIKLA kini menjadi sisi ekonomi Pondok Pesantren Ihya’us Sunnah Alhasany, sekaligus masyarakat sekitarnya. Usaha yang baru dijalankan mulai tahun 2019 dengan modal tekad itu pada September 2021 disebutkan sudah memiliki total aset senilai 1,3 miliar rupiah. “Alhamdulillah. Dari modal nol, hanya tekad, bisa berkembang,” ujar Kiai Imam Buchari diselingi senyum.  

Di dalam lingkungan Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany sudah ada tempat khusus untuk memproduksi kopi BIKLA.  Peralatan produksinya pun lengkap, bahkan sampai proses pengemasan.

Pemasaran yang semula konvensional, saat ini sudah modern. Terutama melalui kerjasama dengan perusahaan distributor, produk kopi BIKLA dipasarkan secara nasional dan sudah mampu menembus pasar luar negeri. “Yang luar negeri itu terutama Amerika, Kanada, Taiwan dan Malaysia,” rinci ujar Kiai Imam Buchari.  

Dari Ponpes Ihya’us Sunnah ada dua varian utama kopi, yaitu kopi lanang atau kopi jantan dan kopi rempah nusantara. Kopi jantan merupakan kopi robusta asli biji kopi lanang yang dikemas tanpa campuran apapun.  Sedangkan kopi rempah nusantara berupa kopi robusta yang diramu dengan beraneka rempah. Nah, dua varian itu dikemas dengan tiga brand utama, yaitu kopi BIKLA, Fatruk, dan Nusantara.    

Bagi Kiai Imam Buchari, pondok pesantren harus mampu menjadi 3 pilar. Pertama, pesantren sebagai pusat kajian dan pendidikan agama, umum, sosial dan dakwah. Kedua, pesantren sebagai pusat pertumbuhan ekonomi umat.

Ketiga, khusus Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany, bertekad memadukan pesantren sebagai tempat pendidikan sekaligus sebagai destinasi wisata, yaitu agrowisata pesantren. “Ini sedang kami kembangkan. Nanti orang bisa datang ke pondok ini, tidak hanya untuk belajar ilmu agama, tetapi juga bisa wisata di kebun kopi, melihat produksi kopi dan menikmati kopi produksi pondok pesantren,” kata Kiai Imam Buchari sambil menunjukkan lahan di belakang ponpesnya yang segera dikembangkan menjadi agrowisata pesantren.

Sebagai puncak dari semua usaha yang dijalankan melalui produksi kopi BIKLA, Kiai Imam Buchari bertekad pada 2022 nanti seluruh keuntungan dari usaha kopi ini akan digunakan untuk kepentingan dakwah di jalan Allah.  “Maka dari itu, ponpes ini punya motto ‘mencetak generasi kaya dunia dan akhirat’,” ucap Kiai Imam Buchari dengan mimik serius. 

Jadi, bila anda termasuk penikmat kopi nusantara, jangan ragu menjajal nikmatnya kopi BIKLA, Fatruk, atau Nusantara dari Ponpes Ihya’us Sunnah Alhasany, Dusun Sumbercanting, Desa Tugusari, Kecamatan Bangsalsari,  Kabupaten Jember. (as/why)


Share to