Cemari Sungai, Limbah Karet PTPN XII Kebun Glantangan Resahkan Warga

Andi Saputra
Andi Saputra

Tuesday, 02 Jun 2020 23:54 WIB

Cemari Sungai, Limbah Karet PTPN XII Kebun Glantangan Resahkan Warga

MEMBAHAYAKAN: Warga menunjukkan limbah karet yang dibuang PTPN XII Kebun Glantangan di sungai dekat pemukiman warga.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Limbah cair sisa pengelolaan karet yang dibuang di sepanjang sungai Dusun Sumberejo, Desa Pondokrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember meresahkan warga. Pasalnya, limbah yang dibuang PTPN XII Kebun Glantangan itu mencemari sungai yang dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari-hari.

Pencemaran sungai itu mulai dirasakan warga ketika mengeluarkan bau menyengat hingga mengganggu pernafasan. Terutama saat musim kemarau. Salah seorang warga bernama Sidiq menuturkan, lokasi pembuangan limbah pengolahan karet itu ada di dua titik dan berjarak sekitar 50 meter dari rumahnya.

Kondisi air yang keruh dan berbau menyengat itu membuat warga cemas. Pasalnya, sejak tahun 1980-an warga setempat menggantungkan hidupnya kepada air sungai. Misalnya untuk mandi, mencuci pakaian, buang air besar, serta kepentingan rumah tangga lainya.

Sebelumnya warga telah mengadukan hal ini pada pihak pabrik. Namun belum ada respons dari pihak pabrik. “Bekas limbahnya berwarna putih dan lengket. Itu bertahun-tahun sudah. Padahal sungai ini ya dibuat cuci-cuci, dan mandi, bahkan buang air. Karena warga sini mayoritas belum punya toilet," katanya Selasa (2/6/2020).

 Madhari, warga lainnya mengaku tidak bisa berbuat banyak lantaran takut. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah karena hal itu menyangkut hajat hidup orang banyak. “Kalau ada yang mandi, pasti ada yang gatal, karena mungkin bahan kimianya itu. Tapi bagaimana lagi, selama ini hanya bisa pasrah,” tandasnya.

Pantauan tadatodays.com di lokasi, aroma menyengat terasa 100 meter sebelum sampai di lokasi. Bahkan aliran sungai di wilayah setempat itu, berwarna putih susu dan juga menyisakan limbah endapan yang agak lengket.

Menyikapi temuan ini, Ketua LSM Lingkungan Kuda Putih Slamet Riyadi mengambil sampel limbah pengolahan karet di aliran sungai tersebut. “Kami akan lakukan tes laboratorium untuk mengetahui sejauh mana bahaya limbah pengolahan karet ini. Apalagi persoalan ini sudah bertahun-tahun dan dirasakan warga sekitar,” katanya.

Pria yang akrab dipanggil Slamet itu mengatakan, pabrik seharusnya memiliki Instalasai Pembuangan Limbah (IPAL). “Ini saya ambil sampel limbahnya, tangan terasa gatal. Dugaan saya ada bahan kimianya dan limbahnya tidak diolah dengan benar. Nanti untuk memastikan akan saya lihat hasil labnya,” pungkasnya. (as/sp)


Share to