Cerita Napia, Empat Dekade Bertahan Berdagang Ikan di TPI Puger, di Tengah Pasang Surut Laut Selatan

Dwi Sugesti Megamuslimah
Thursday, 16 Oct 2025 16:46 WIB

BERTAHAN: Napia (60), salah satu penjual ikan di TPI Puger, Jember.
JEMBER, TADATODAYS.COM - Kecamatan Puger, Kabupaten Jember yang berada di garis selatan Pulau Jawa, memiliki potensi besar di bidang perikanan dan wisata bahari. Di kawasan ini, kehidupan masyarakat pesisir terus berdenyut sejak fajar hingga malam. Salah satunya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger, yang setiap hari menjadi saksi perjuangan para nelayan dan pedagang ikan.
Di antara ratusan penjual ikan di TPI itu, ada satu sosok yang akrab disapa Napia (60). Meski telah berusia senja, namun tangannya masih cekatan menimbang ikan dan menata hasil laut di lapak sederhana miliknya. Ia telah berjualan di tempat itu selama lebih dari 40 tahun atau hampir separuh hidupnya dihabiskan di antara aroma asin laut dan riuh pelelangan ikan.
“Kalau ikannya ramai, pengunjung juga pasti ramai, Mbak. Sekarang ini lagi keceklik, tapi ya tetap jualan. Ada saja rezekinya, meski sedikit,” tutur Napia dengan senyum kecil, saat ditemui dilapaknya pada Kamis (16/10/2025) siang.
Bagi Napia, hidup di Puger adalah hidup bersama laut. Setiap malam, ia menunggu kedatangan perahu-perahu nelayan yang baru pulang melaut. Ada kapal besar yang disebut sekocen.
Sekocen bisa berlayar hingga seminggu, dan ada pula perahu kecil yang berangkat sore lalu kembali pagi. “Kalau sekocen itu seminggu di laut, kalau perahu biasa berangkat malam, pulangnya pagi,” katanya.

Pasang surut laut, kata Napia, menentukan banyak hal. Termasuk harga ikan. Saat musim "padangan" seperti sekarang, harga beberapa ikan seperti ikan tuna bisa naik menjadi Rp25 ribu hingga Rp27 ribu per kilogram. “Biasanya Rp20 ribu, sekarang naik sedikit. Tapi pembelinya juga turun,” ujarnya.
Meski penghasilannya tak menentu, Napia mengaku sudah terbiasa. Ia menyebut, pekerjaan ini bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga bentuk kesetiaannya pada tanah kelahiran. “Saya asli Puger sini, sudah dari muda di sini. Enggak kepikiran pindah,” ucapnya pelan.
Selama empat dekade, Napia menyaksikan banyak perubahan di TPI Puger. Dulu, kata dia, kawasan pelelangan ini kerap dikeluhkan karena bau dan kumuh. Kini, kondisinya jauh lebih baik. “Dulu Puger itu bau sekali. Sekarang sudah bersih, sudah enak. Mulai ditata," sambungnya.
Menurutnya, ada sekitar seratus pedagang ikan yang kini berjualan di TPI Puger. Meski tak memiliki paguyuban resmi, mereka saling membantu dan menjaga kebersihan lapak. “Kalau kotor ya dibersihkan sendiri. Ada juga petugas yang bantu bersihkan embong-embong itu,” ujarnya.
Di usianya yang ke-60-an, Napia masih berangkat ke pasar setiap pagi, menyiapkan dagangan sebelum matahari naik. Harapannya sederhana, yakni agar pemerintah memberi perhatian lebih pada TPI Puger. Supaya nantinya juga berimbas pada keramaian dan kenyamanan pengunjung. “Semoga lebih dapat perhatian dari pemerintah. Biar maju, bersih, ramai terus. Biar orang luar mau datang ke sini,” katanya dengan nada penuh harap. (dsm/why)


Share to
 (lp).jpg)