Cerita Petani di Ambulu Gunakan Elpiji untuk Mengairi Sawah

Iqbal Al Fardi
Iqbal Al Fardi

Sunday, 18 Sep 2022 16:05 WIB

Cerita Petani di Ambulu Gunakan Elpiji untuk Mengairi Sawah

ELPIJI: Petani di Kecamatan Ambulu, Jember, menggunakan elpiji melon sebagai bahan bakar mesin diesel penyedot air untuk mengairi sawahnya.

Cerita Petani di Ambulu Gunakan Elpiji untuk Mengairi Sawah

Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) sejak Sabtu (3/9/2022) lalu tidak cuma mencekik para pekerja, tetapi juga petani. BBM biasa digunakan oleh petani sebagai bahan bakar mesin diesel penyedot air untuk mengairi sawah. Tetapi, petani di Kecamatan Ambulu, Jember, ada yang menggunakan gas elpiji tabung 3 kilogram atau “elpiji melon” sebagai pengganti bahan bakar mesin diesel penyedot airnya, bahkan sebelum kenaikan harga BBM. 

--------------------

PERSAWAHAN terhampar di Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Ketika tadatodays.com melintas persawahan itu pada Sabtu (27/8/2022) lalu, seorang pria paro baya terlihat berulang kali mencoba menghidupkan mesin dieselnya.

Mesin penyedot air itu mengundang penasaran. Sebab, ada tabung gas LPG (elpiji) tiga kilogram yang tersambung pipa ke mesin diesel tersebut. Setelah didekati, ternyata benar bahwa petani tersebut menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar mesin dieselnya. “Iya, ini saya pakai elpiji untuk (menghidupkan, red) diesel,” tutur pria bernama Karman itu.

Diesel yang digunakannya sudah tua. Itulah sebabnya ia menggunakan gas elpiji sebagai ganti BBM yang saat itu dirasanya sudah mahal. “Ya, kalau dieselnya masih bagus, eman kalau pakai elpiji. Karena (mesin, red) sudah tua, saya pakai elpiji,” ujarnya sambil memancing airnya tersedot keluar.

Tidak mudah menggunakan gas elpiji sebagai pengganti BBM untuk bahan bakar diesel. Perlu kesabaran ekstra. Sebab pembakaran menggunakan gas LPG tidak sestabil BBM. Namun, hal itu bisa menghemat biaya produksi. “Mending lah, meski nggak segampang pakai bensin. (LPG) Bisa hemat,” kata Karman yang belum juga berhasil memompa keluar air pakai mesin diesel tua tersebut.

Berulang kali Karman memancing air dari sumur tersebut. Ia menuangkan air setimba kecil ke lubang saluran air di dieselnya. Hal itu ia lakukan agar air yang ada di desel akan memancing air di sumur untuk tersedot. “Ini untuk memancing air,” terang pria 62 tahun itu.

Setelah 30 menit lamanya, akhirnya air di sumur mulai tersedot keluar. Sesudahnya, Karman pun menuju sawah yang diairi sembari kembali mengecek keadaan mesin dieselnya.

Lalu, Ia menjelaskan bahwa diesel butuh untuk panas terlebih dulu untuk berjalan stabil. Sebab kondisi dieselnya sudah tua dan menggunakan gas LPG sebagai bahan bakarnya. “Tunggu panas dulu. Baru stabil jalannya,” jelas Karman.

Bagaimana ceritanya, gas LPG bisa menggantikan BBM untuk mesin diesel penyedot air? Karman menjelaskan, selang regulator LPG disambungkan dengan kabilator mesin diesel. “Caranya itu regulator disambungkan dengan kabilator yang ada di mesin diesel,” jelasnya sembari memandang persawahan.

Empat tahun sebelum pemerintah menaikkan harga BBM pada Sabtu (3/9/2022) lalu, Karman sudah menggunakan gas LPG sebagai ganti bahan bakar mesin dieselnya. Karman bercerita bahwa awalnya ia menggunakan minyak tanah. Namun, karena minyak tanah sudah tidak ada, maka dipakailah elpiji.

“Sebelumnya pakai minyak tanah, terus bensin. Nah, sekarang pakai gas LPG,” kata petani yang mengenakan topi, kaus biru panjang dan celana pendek itu.

Lalu, ia memaparkan perbandingan skala penggunaan gas LPG dengan BBM sebagai bahan bakar dieselnya. Satu setengah tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram sanggup mengairi seperempat hektar sawah. Sedangkan bila menggunakan BBM  pertalite, ia membutuhkan 10 liter untuk luas lahan yang sama.

“Kalau dikalkulasikan, saya butuh 10 liter pertalite yang harga ecerannya Rp 10 ribu. Jadi, keluar uang Rp 100 ribu untuk mengairi seperempat hektar sawah. Kalau pakek gas LPG kan cuma butuh satu setengah tabung (ukuran 3 kilogram, red),” katanya membandingkan.

Untuk saat ini, Karman sedang menanam jagung. Ia bercerita, dirinya sering menanam jagung atau padi.

“Sekarang cuma jagung. Biasanya sama padi juga. Kalau muda dulu pernah coba banyak tanaman,” kata Karman sembari memeriksa irigasi sawahnya.

Petani yang memakai gas LPG sebagai bahan bakar diesel penyedot air bukan hanya Karman. Menurutnya, 50 persen petani di Desa Sabrang juga memakai gas LPG.  “Saya sendiri paham (pakai LPG red) dari teman saya,” tuturnya. (iaf/why)


Share to