Dari Bengkel Tua di Ujung Gang, Pemuda Jember Bangun Pabrik Kasur dan Harapan Baru untuk Desa

Dwi Sugesti Megamuslimah
Monday, 09 Jun 2025 18:58 WIB

PABRIK KASUR: Bupati Jember Muhammad Fawait saat mengunjungi pabrik kasur milik Sugeng Rawuh di Kecamatan Tanggul.
JEMBER, TADATODAYS.COM - Di ujung gang sempit berlatar ladang dan pepohonan lebat, berdiri bangunan kusam bekas bengkel motor. Lokasinya tersembunyi di Desa Kramat Sukoharjo, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Tak banyak yang menyangka, dari tempat terpencil ini, roda ekonomi desa perlahan bergerak.
Bangunan tua itu kini ramai aktivitas. Suara mesin jahit berdengung, pekerja mondar-mandir membawa busa dan per punter. Di sinilah Sugeng Rawuh, pemuda 28 tahun, menghidupkan kembali ruang mati menjadi pusat produksi kasur pegas, Yubie Furniture.
“Kami mulai dari satu kasur per hari. Sekarang bisa lima belas. Ini semua kerja tim,” ujar Sugeng merendah, Senin (9/6/2025) siang.
Sugeng Rawuh mungkin tak punya gelar bisnis atau modal besar. Tapi ia punya sesuatu yang lebih penting: keberanian memulai, kesabaran membimbing, dan kepedulian pada sekitar. Dari lorong sempit desa yang dulu sepi, ia membangun harapan baru. Bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk kampung tempat ia tumbuh.
PEMILIK: Sugeng Rawuh, pemilik pabrik kasur di Desa Kramat Sukoharjo, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember.
Di setiap kasur yang keluar dari pabrik sederhananya, terselip cerita tentang kerja keras, kolaborasi, dan mimpi yang dibangun perlahan dari desa, untuk masa depan yang lebih luas.
Sugeng bukan pengusaha dengan modal besar. Ia memulai usahanya pada 2022, setelah keluar dari pekerjaan sebagai karyawan di usaha milik kerabat. Berbekal tekad dan sedikit tabungan, ia membeli alat seadanya dan mengajak dua orang temannya mencoba merakit kasur.
Kini, Sugeng telah memiliki tim yang terdiri dari 28 warga desa, sebagian besar pemuda yang sebelumnya menganggur. Mereka bekerja dalam sistem kerja terorganisir. Ada yang merakit rangka, ada yang memotong kain, menjahit, hingga mengemas produk siap jual.
“Hari ini ada 12 unit yang siap dikirim ke Lumajang,” ucapnya sambil menunjuk tumpukan kasur yang dibungkus rapi.
Pasarnya pun tidak main-main, produk buatan tangan itu telah menjangkau berbagai kota di Jawa Timur, bahkan menyeberang hingga Bali. Meski distribusi masih dilakukan lewat jaringan ritel konvensional, Sugeng tengah menyiapkan divisi pemasaran sendiri untuk memperluas jangkauan.

Yang membuat usaha ini istimewa bukan cuma soal omzet yang kini menyentuh Rp60 juta per bulan. Tapi soal dampaknya bagi lingkungan sekitar. Sugeng memilih mempekerjakan warga desa, bahkan melatih mereka dari nol. “Awalnya nggak bisa, ya saya ajari pelan-pelan. Yang penting niat kerja,” katanya.
Bagi Sugeng, usaha ini bukan soal bisnis semata, tapi juga soal tanggung jawab sosial. Ia pernah berada di posisi sulit, mengandalkan gaji minim untuk bertahan hidup. Kini, ia ingin orang lain punya peluang yang lebih baik.
Namun jalan sukses Sugeng tak mulus. Kelangkaan bahan baku, khususnya kayu berkualitas untuk rangka, menjadi tantangan besar. Ia harus memesan dari Lumajang atau kecamatan lain di Jember. Harga pun naik drastis dalam beberapa bulan terakhir. “Stok di pasar makin susah. Kadang harus nunggu seminggu lebih baru dapat,” keluhnya.
Di tengah keterbatasan itu, Sugeng tetap menjaga kualitas. Ia menyesuaikan harga kasur, mulai dari Rp800 ribu hingga Rp3,7 juta per unit. Hal itu bergantung pada ukuran dan jenis bahan. Tak jarang, pembeli datang langsung ke pabrik kecilnya untuk memesan sesuai kebutuhan.
KERANGKA: Sugeng Rawuh saat menunjukkan kerangka untuk kasur di pabriknya.
Mata Pemerintah Mulai Melirik
Cerita tentang pabrik kasur di desa pegunungan ini akhirnya sampai ke telinga pemerintah. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (Diskopum) Jember turun tangan membantu legalitas usaha. Bahkan, Bupati Jember Muhammad Fawait, atau Gus Fawait, menyempatkan diri datang langsung meninjau lokasi beberapa waktu lalu saat kegiatan Bunga Desaku.
“Saya kaget, di balik desa terpencil ini ada potensi luar biasa,” ucap Gus Fawait saat kunjungan pada Jumat (23/5/2025).
Pemerintah kabupaten berkomitmen membantu Sugeng mematenkan merek dagang dan memberikan pelatihan lanjutan agar usahanya terus berkembang. Bupati menyebut, model pemberdayaan semacam ini layak menjadi contoh dalam upaya pengentasan kemiskinan berbasis desa.
“Kalau semua desa punya satu pengusaha lokal seperti ini, saya yakin angka pengangguran akan turun drastis,” katanya, bernada optimistis. (dsm/why)

Share to
 (lp).jpg)