Dari “Laskar Minak Jinggo” hingga “Serigala Bayuangga”, Wujud Dukungan Suporter Persipro 54
Alvi Warda
Monday, 16 Dec 2024 13:50 WIB
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Lahir pada 11 April 1954, tim sepak bola kebanggaan arek-arek Probolinggo Persipro 54 tak pernah usang di mata supporter. Julukan demi julukan lahir sebagai bentuk cinta dan dukungan. Mulai dari julukan “Laskar Minak Jinggo”, “Serigala Tengger”, hingga “Serigala Bayuangga”.
Perjalan Persipro 54 melekat di masing-masing pribadi supporter. Dengan ciri khas mengenakan jersey oranye, segala hal tentang Persipro seolah menjadi separo nyawa supporter. Kasih sayang dan dukungan dibuktikan dengan berbagai macam cara, seperti menyematkan julukan.
Di awal tahun 2000-an, julukan yang paling melegenda tersematkan pada Persipro 54 ialah "Laskar Minak Jinggo". Julukan ini lahir dari supporter Jinggo Mania dengan melalui kesepakatan bersama tim dan manajemen Persipro kala itu.
Jurnalis tadatodays.com mendatangi Rahmad Yogana atau dikenal dengan Yoga Jinggo, pada Minggu (15/12/2024) siang. Di kediamannya, di Jalan Ikan Hiu, Kelurahan - Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo ia menceritakan awal mula julukan Laskar Minak Jinggo.
Supporter lawas Jinggo Mania kelahiran 1972 ini bercerita, sebutan Laskar Minak Jinggo melalui kesepakatan bersama. Saat itu, bahkan diadakan lomba logo Persipro 54. "Saya ingat betul di tahun awal 2000-an itu munculnya julukan Laskar Minak Jinggo," katanya.
Pria yang memiliki tiga anak ini mengakui penyebutan Laskar Minak Jinggo berawal dari spirit kepahlawanan Minak Jinggo. Meski, ia mengakui tidak sejalan dengan daerah asal Persipro 54. "Minak Jinggo itu kan dari Banyuwangi ya," ujarnya.
Seperti kisah-kisah yang pernah ia dengar, Minak Jinggo merupakan Adipati Blambangan yang memiliki kekuatan luar biasa sehingga dia bisa memenangkan sayembara yang dilakukan oleh Ratu Majapahit, Kencana Wungu. "Kisah ketokohannya itu, menjadi spirit kami," ujarnya.
Sementara laskar adalah istilah yang disematkan pada pejuang-pejuang. Sehingga bisa disimpulkan Laskar Minak Jinggo berarti pejuang-pejuang dengan pribadi yang berani dan percaya diri.
Meski disepakati, penyematan Laskar Minak Jinggo ini sempat keos atau kres antar pihak. Alasannya, Minak Jinggo bukan orang Probolinggo. "Tetapi kepahlawanannya Minak Jinggo itu yang membawa semacam tongkat dan keberaniannya itu tetap menjadi spirit kami. Bahkan dulu sempat kres dengan supporter Persewangi dari Banyuwangi," katanya.
Menurut Yoga, setelah disepakatinya penyebutan Laskar Minak Jinggo, supporter makin meruah. Ia menyebut yang tergabung pada Jinggo Mania, mencapai 2 ribu lebih orang. "Dulu kalau sampean tau, stadion itu penuh. Gak cuma laki-laki, perempuan dan anak-anak ada," katanya.
Ciri khas supporter Jinggo Mania, memberikan kalimat-kalimat intimidasi untuk menjatuhkan lawan Persipro. Mereka bertandang di tribun barat. "Tapi masih dalam batas wajar ya, tidak berlebihan," katanya.
CURVA: Supporter Curva Sud Probolinggo di tribun selatan Stadion Bayuangga di tahun 2023. (Foto: Curva Sud Probolinggo)
Penyebutan Laskar Minak Jinggo dari Supporter Jinggo Mania masih bertahan hingga sekarang. Meski dalam perjalannya, supporter yang tergabung mulai terkikis karena bebagai macam alasan. "Namun kami yang masih bertahan tetap mendukung apapun yang terjadi pada Laskar Minak Jinggo kami. Jika ada saksi bisu, maka kami saksi bicara," ujarnya.
Sebutan kedua diberikan oleh Suppoter Curva Sud Probolinggo. Persipro 54 dinamai "Serigala Tengger". Ali, salah satu pengurus menyampaikan arti nama Serigala Tengger adalah kerja keras dan budi pekerti luhur.
Dari perjalanan panjang dirinya dan Curva Sud Probolinggo, mendukung Persipro 54 menjadi awal mula lahirnya Serigala Tengger. "Bukan waktu yang singkat. Mungkin kami masih 8 tahun berdiri tetapi dari pendahulu sebelum kami berdiri, sudah mengalir dukungan," katanya melalui pesan singkat pada Minggu petang.
Serigala Tengger lahir karena keresahan supporter Curva Sud Probolinggo. Menurut mereka, harus ada sebutan yang mencerminkan bahwa Persipro berasal dari Probolinggo. Dipilihlah Tengger, yang merupakan suku di Daerah Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo yang terkenal dengan budi pekertinya. Sementara serigala mewakili keberanian, kesetiaan, perlindungan, dan kebijaksanaan.
"Mungkin sebelum nya ada menamakan Laskar Minak Jinggo kita tau dari perjalanan sejarah bahwasanya Minak Jinggo bukan berasal dari suku lokal yang ada disini. Lalu kenapa pendahulu bisa menyebutkan mereka sebagai simbolis klub? Dari situ kita sendiri berinisiatif untuk menggunakan filosofi Serigala dan Suku Tengger," tuturnya.
Curva Sud Probolinggo juga mengkorelasikan dengan perjalanan panjang Persipro. Sejak berdiri pada 11 April 1954, suka duka dan asam manis perjalanan Persipro menjadi spirit Serigala Tengger. "Apa yang kita nikmati dalam perjalan panjang itu? Bukan prestasi tapi kerja keras pemain, management untuk tetap menghidupi klub, loyalitas supporter," ucapnya.
Ia bercerita semangat Curva Sud Probolinggo bersumber dari supporter lawas yang ia sebut mati - matian atau sampai berdarah-darah untuk mendukung Persipro 54 mencapai liga tertinggi di Indonesia.
"Begitu juga pemain yang berada di klub silih berganti keluar masuknya mereka pasti melakukan hal yang sama. Supporter dengan loyal dan royal membantu finansial club dengan selelu membeli tiket," ujarnya.
Ciri khas Curva Sud Probolinggo mendukung dengan nyanyi-nyanyian semangat. Menurut Ali, seperti apapun kondisi Perispro, ia dan teman-temannya akan senantiasa mendukung. "Entah itu finansial, kesulitan mendapatkan sponsor sekalipun sampai di titik terendah atau liga 10 pun. tribun selatan akan tetap bergemuruh," ujarnya.
Tercerminnya penyebutan Serigala Tengger menurutnya bisa dinilai jika menyaksikan langsung pertandingan-pertandingan Persipro 54. "Mulai lah untuk mencintai persipro sekecil apapun, isi sudut-sudut tribun yang kosong dan jadilah bagian dari sejarah ketika mimpi itu terwujud," katanya.
Sebutan ketiga bukan diberikan oleh suppoter yang biasa datang ke tribun. Namun, dari komunitas pembuat film Persipro 54. Mereka menyebutnya "Serigala Bayuangga". Dimas Asong, sutradara film saat ditemui pada Senin (16/12/2024) menyampaikan tidak ada filosofi khusus.
Ia menyampaikan, menyematkan nama Serigala Bayuangga terinspirasi dari penamaan Serigala Tengger. Namun, agar lebih dekat dengan Kota Probolinggo, Tengger diganti dengan Bayuangga. " Kan Probolinggo itu kota yang terkenal dengen sebutan Kota Bayuangga ya,"ucapnya.
Menurutnya, saat memberikan julukan Serigala Bayuangga sudah melalui kesepakatan dengan manajemen Persipro. "Kami sebelum mencetuskan nama (Serigala Bayuangga, red), kami sudah riset, tanya dan analisis terlebih dahulu. Jadi tidak ujuk-ujuk," katanya.
Ia bersyukur jika penamaan Serigala Bayuangga untuk Persipro bisa melekat di masyarakat Kota Probolinggo. "Kalau ber-impact baik, kami sangat bersyukur. Karena pembuatan film itu murni kami lakukan untuk memperkenalkan bahwa Probolinggo punya tim sepak bola kebanggaan," ujarnya.
Dari berbagai macam julukan-julukan itu, manajemen Persipro 54 tidak mempermasalahkannya. Media Officer Persipro 54 Tri Handika Oktavianus menyampaikan dukungan supporter adalah salah satu semangat bertahannya Persipro. "Itu penamaan dari supporter, bentuk dukungan pada kami," tuturnya. (alv/why)
Share to