Dinkes Kabupaten Probolinggo Buka Pelayanan Intervensi Serentak Stunting di Posyandu

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Friday, 21 Jun 2024 20:30 WIB

Dinkes Kabupaten Probolinggo Buka Pelayanan Intervensi Serentak Stunting di Posyandu

PEMANTAUAN: Kader posyandu di Kabupaten Probolinggo mengukur panjang badan balita dengan antropometri.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo telah membuka layanan intervensi serentak stunting di Posyandu se-Kabupaten Probolinggo. Layanan lainnya juga dilakukan, diantaranya adalah memberikan rujukan bagi balita stunting dengan intervensi pemberian susu PKMK. Program tersebut dibuka sejak awal tahun 2024.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Probolinggo Sri Wahyu Utami mengatakan, balita stunting yang diberi intervensi berupa pemberian makanan tambahan (PMT) lokal di posyandu dan tidak ada perkembangan lebih lanjut, akan dirujuk di puskesmas. Di puskesmas akan dicari redflag, yaitu apakah ada penyakit penyerta yang menyebabkab balita tersebut sakit atau ditambah dengan permasalahan status gizinya. “Intervensi dinas kesehatan atau puskesmas yaitu melalui PDK,” terangnya.

INTERVENSI SERENTAK: Posyandu di Desa Ranon, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo melakukan intervensi dengan pemberian PMT lokal kepada sejumlah balita.

Wanita berkacamata ini menambahkan kalau balita stunting tersebut belum ada perkembangan lagi saat di puskesmas, akan dirujuk ke rumah sakit untuk dikonsultasikan ke dokter spesialis. Selanjutnya anak tersebut akan diberi susu PKMK. “Susu PKMK ini yang bisa meresepkan adalah dokter spesialis. Ini sudah berlangsung mulai satu tahun ini. Sudah beberapa balita tertangani dan sudah diberikan intervensi tersebut,” jelasnya.

Kondisi balita yang ada di Kabupaten Probolinggo, semua dapat tertangani dengan dukungan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Salah satunya adalah pemberian susu PKMK tersebut.

Sementara intervensi serentak untuk pencegahan stunting, ini tidak hanya tugas dari dinkes. Semua ikut terlibat. Baik Bapelitbangda sebagai koordinator, DP3AP2KB sebagai sekretaris tim percepatan penanganan stunting, dan OPD lain dengan intervensi sensitive. Seperti Diskominfo, DPMD yang bisa mengkoordinasikan dengan pemerintah desa dan tim penggerak PKK desa.

“Kalau dinkes spesifik intervensinya. Jadi kita bergerak bersama-sama terkait kegiatan intervensi serentak pencegahan stunting ini. Sehingga masyarakat nanti bisa bergerak. Yang mempunyai balita dan ibu hamil, itu bisa kita lakukan pemeriksaan. Sehingga sasaran riil, itu bisa kita capai 100 persen. Jadi semua data balita dan ibu hamil bisa kita ketahui status kesehatannya. Nanti bagaimana kita mengintervensi apabila ada masalah dengan kesehatannya, terutama masalah gizinya,” papar Sri Wahyu.

Adapun hasil pemeriksaan di posyandu, itu dapat diketahui, balita mana yang diintervens dengan PMT lokal. Serta juga dapat diketahui ibu hamil yang mengalami anemia tau KEK yang diintervensi dengan tablet tambah darah. “Tidak hanya pemberian tablet tambah darah, yang penting bagaimana tablet tambah darah, itu dikonsumsi diminum secara rutin. Posyandu adalah garda terdepan kita dalam pelayanan kesehatan,” tegasnya.

INTERVENSI STUNTING: Salah seorang balita stunting mendapat intervensi pemberian susu PKMK dari Dinkes Kabupaten Probolinggo.

Posyandu di Kabupaten Probolinggo sudah dilengkapi alat antropometri. Yaitu alat mengukur tinggi badan dan berat badan yang sesuai dengan standar. “Hampir 100 persen posyandu kita, kami droping dengan antropometri,” ujarnya.

Balita dengan status stunting dan ibu hamil akan dilakukan pemantauan oleh dinkes berdasar by name by address (BNBA). Dinkes juga berupaya mencegah kematian ibu hamil dan bayi, serta mencegah BBLR.

“Kita kawal mulai awal. Sekarang diusahakan untuk mencapai 100 persen. Semua balita dan ibu hamil ini terlayani dan dapat kita pantau semuanya 100 persen. Kita kejar taget riil balita berdasar BNBA untuk datang ke posyandu dan bisa dilayani oleh teman-teman kader dibantu tim penggerak PKK. Kalaupun tidak bisa datang ke posyandu, kita lakukan kunjungan,” ujarnya.

Wahyu menambahkan sinergi pencegahan stunting juga dilakukan dengan dinas pendidikan dan kebudayaan setempat. Yaitu sasaran balita yang sekolah di PAUD. Meski ada jam sekolah di PAUD, diharapkan balita yang sekolah di PAUD jika waktu jadwal posyandu, juga dapat terlayani posyandu.

“Kita bekerja secara koordinasi dengan antar OPD. Intervensi serentak ini tidak bisa menjadi tanggungjawan satu atau dua OPD, tetapi memang harus bersama-sama. Kita pemantauan di posyandu, Pak Camat kebetulan juga hadir, teman-teman dari promkes juga hadir disana, bagaimana melihat secara langsung pelayanan sasaran yang ada. Ada beberapa balita tidak hadir, dari ketidak hadiran sudah ada datanya. Selajutnya teman-teman kader akan melakukan kunjungan,” jelasnya.

Wahyu berharap, dengan intervensi serentak ini, segera bisa mengentaskan dan mengetahui permasalahan status gizi yang ada di masyarakat dan segera dilakukan intervensi untuk pencegahan stunting. “Sehingga balita atau ibu hamil yang ada bisa kita berikan pelayanan kesehatan yang maksimal,” harapnya. (*/hla/why)


Share to