Dinkes Kabupaten Probolinggo Rakor Lintas Program Penurunan AKI, AKB dan Stunting

Hilal Lahan Amrullah
Hilal Lahan Amrullah

Thursday, 17 Oct 2024 21:08 WIB

Dinkes Kabupaten Probolinggo Rakor Lintas Program Penurunan AKI, AKB dan Stunting

KOMITMEN BERSAMA: Pj. Ketua TP. PKK Kabupaten Probolinggo, Hj. Rita Erik Ugas Irwanto berikan arahan strategis dalam rakor penurunan AKI, AKB, dan stunting Kabupaten Probolinggo.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar rapat koordinasi (rakor) lintas program dalam rangka penurunan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan stunting. Rakor bertema “Bergerak Bersama dalam Intervensi untuk Cerdaskan Anak Bangsa (Bermain Cerdas) di Kabupaten Probolinggo” ini digelar di Ruang Madakaripura kantor Bupati Probolinggo di Kraksaan, Kamis (17/10/2024).

Hadir pada rakor tersebut, Pj. Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Rita Erik Ugas Irwanto, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr. Hariawan Dwi Tamtomo, M.MKes,  narasumber dr. Vonny Mariany Deckert, SpA, M.Biomedik. Sedangkan peserta rakor tersebut yaitu kepala puskesmas se-Kabupaten Probolinggo, koordinator bidan seluruh puskesmas se Kabupaten Probolinggo, dan seluruh bidan desa, serta petugas ahli gizi se-Kabupaten Probolinggo.

Pj Ketua TP PKK Rita Erik Ugas Irwanto setelah membuka rakor juga menjadi narasumber. Dalam sambutannya, Rita menyampaikan bahwa rapat koordinasi lintas program dalam penurunan jumlah kematian ibu, jumlah kematian bayi serta stunting sangat di butuhkan. Sebab, masalah ini harus diselesaikan bersama.

“Dimana kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia,” terang Rita.

Adapun di Kabupaten Probolinggo data kematian ibu tahun 2023 sampai September sebanyak 17 kasus. Sedangkan tahun 2024 sebanyak 15 kasus, dengan penyebab kematian ibu karena penyakit, penyebab langsung hanya 30 persen. Jumlah kematian bayi tahun 2023 sampai bulan September 171 bayi, dan tahun 2024 ada 159 bayi. Sedangkan jumlah anak yang stunting bulan Juni 2023 sebanyak 9.552 anak, tahun 2024 sebanyak 8.431 anak.

Sementara, dari data tersebut di atas menunjukan bahwa Kabupaten Probolinggo masih mempunyai masalah di kesehatan ibu dan anak. Sehingga harus diselesaikan dengan sungguh-sungguh. Mulai dari garda yang paling depan yaitu bidan di desa.

Bidan di desa tidak bisa menyelesaikan sendiri. Tentunya membutuhkan kolaborasi dengan program yang lain yaitu dengan petugas gizi dan dokter. “Kehadiran petugas kesehatan sangat di butuhkan oleh masyarakat untuk melakukan edukasi dan promosi kesehatan,” tegasnya.

RAPAT KOORDINASI: Ratusan Bidan dan Petugas Ahli Gizi se-Kabupaten Probolinggo mengikuti rapat koordinasi lintas program dalam rangka penurunan AKI, AKB dan stunting.

Sedangkan dalam siklus hidup merupakan rangkaian kejadian yang berulang secara tetap dan teratur yang menunjukan suatu perkembangan individu makhluk hidup sejak dilahirkan sampai akhir pertumbuhannya. Untuk itu dalam memberikan layanan harus berkesinambungan mulai dari bayi, balita remaja, ibu hamil, melahirkan sampai dengan lansia, harus saling koordinasi dalam melakukan pelayanan.

“Sehingga tidak terputus di satu layanan. Untuk petugas, harus tahu dan memahami tugas dan fungsinya masing –masing,” harapnya.

Dengan rapat koordinasi ini, juga menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Probolingo untuk bergerak bersama dalam melakukan intervensi dalam penurunan jumlah kematian ibu, kematian bayi serta stunting, maka dalam kegiatan ini mengambil tema “Bermain Cerdas: bergerak bersama intervensi wujudkan anak cerdas di Kabupaten Probolinggo“.

Kegiatan–kegiatan yang sudah dilakukan antara lain: pendampingan dokter spesialis ke puskesmas, pemberian susu pada ibu hamil KEK, anak gizi kurang dan gizi buruk, aksi bergizi, edukasi pemberian makanan bayi dan anak (PMBA), kelas ibu hamil.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr. Hariawan Dwi Tamtomo dalam sambutannya menyampaikan permasalahan kesehatan ibu dan anak, serta gizi di Kabupaten Probolinggo masih menjadi salah satu strategi prioritas yang perlu pemerintah Kabupaten Proboliggo terus gencarkan.

“Karena memang kita melihat kondisi atau fenomena yang ada, kasus kematian ibu masih masuk kategori tinggi. Karena sampai bulan September 2024, kita sudah ada 15 kasus kematian. Saya berharap dan mengharap takdir dari Allah SWT, tidak bertambah lagi. Karena memang upaya, perjuangan, dan doa kita mudah-mudahan diijabah oleh Allah SWT,” harapnya.

Dokter Hariawan menekankan bahwa yang penting proses sebagai tenaga kesehatan punya tanggung jawab untuk caring atau menjaga ibu hamil di Kabupaten Probolinggo, ini bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan kematian bayi di Kabupaten Probolinggo masih cukup tinggi di tingkat Provinsi Jawa Timur.

“Kita masih tertinggi nomor dua setelah Kabupaten Jember. Kabupaten Jember memang jumlah penduduknya lebih banyak daripada Kabupaten Probolinggo. Sampai bulan September 2024, kita sudah ada 159 kasus kematian bayi dengan berbagai macam penyebab,” jelasnya.

Dokter Hariawan menilai berdasar pemahaman dan kecermatannya pada kasus-kasus kematian bayi di Kabupaten Probolinggo bahwa masih banyak hal yang bisa dilakukan sampai pada saat di lini terakhir harus merujuk. Mulai dari proses kehamilan, persalinan, kemudian penanganan bayi baru lahir dan seterusnya, sampai ditemukan bayi baru lahir ataupun bayi masuk dalam usia bayi yang harus dirujuk, ini sebetulnya banyak yang bisa dilakukan.

“Hal-hal itulah, tentunya yang harus kita benahi bersama. Terkait dari semua aspek, kompetensi, kemampuan, skill, dari tenaga kesehatan, kemudian ketersediaan sarana-prasarana. Termasuk yang paling penting terkait dengan sistem penanganan yang ada di fasilitas kesehatan tingkat pertama, dan rujukan, maupun fasilitas kesehatan di tingkat lanjutan,” ungkapnya.

Penyebab kematian terbanyak memang dari keterlambatan dalam pelayanan. Hal ini berdasar hasilaudit yang dilakukan oleh timaudit dari Provinsi Jawa Timur. Banyak hal yang ternyata diketemukan pada saat auditor melaksanakan telaah audit. Ternyata faktor dominan penyebab kematian ibu dan kematian bayi adalah keterlambatan penanganan di pelayanan kesehatan.

“Ayo kita benahi bersama, tidak ada yang salah, kita tidak perlu meyalahkan satu dengan yang lain, tetapi kondisi ini perlu kita betul-betul jadikan pedoman. Kita jadikan acuan untuk kita bekerja untuk intervensi,” tuturnya. (*/hla/why)


Share to