Gabungan Mapala Gelar Susur Sungai Bedadung, Temukan Puluhan Timbulan Sampah

Bryan Bagus Bayu Pratama
Bryan Bagus Bayu Pratama

Wednesday, 12 Jan 2022 18:28 WIB

Gabungan Mapala Gelar Susur Sungai Bedadung, Temukan Puluhan Timbulan Sampah

KOTOR: Jumlah sampah di Sungai Bedadung jumlah cukup banyak. Dari data mapala Jember, sampah-sampah itu hasil timbulan sampah rumah tangga.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Gabungan organisasi mahasiswa pencinta alam (mapala) dari tiga kampus di Kabupaten Jember, yaitu Universitas Muhammadiyah, Universitas Jember, UIN Khas, dan Universitas Moch. Srudji menggelar kegiatan susur sungai Bedadung pada Minggu (9/1/2022). Dari susur sungai itu, diketahui Sungai Bedadung banyak sampahnya.

Kegiatan ini diselenggarakan untuk melakukan pengawasan ulang titik-titik timbulan sampah dan brand audit sampah, yang mendominasi di Sungai Bedadung.

Data yang ditemukan pada tahun 2019 terdapat 20 timbulan sampah di pinggiran Sungai Bedadung. Sedangkan pada tahun 2022 menemukan 253 pohon terlilit plastik dan 102 timbulan, yang didominasi ukuran sedang 2-5 meter. Beberapa di antaranya berukuran besar 10-15 meter.

SARING: Dua orang mapala Jember menyaring sampel sampah yang mereka temukan di Sungai Bedadung. Selanjutnya, sampah-sampah itu mereka bawa untuk dijadikan laporan data hasil kegiatan susur sungai.

Bahar Maulana, 25, anggota Mapala UM Jember, asal Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, mengatakan bahwa kondisi itu terjadi karena kurangnya peran pemerintah dalam penanganan sampah. Termasuk minimnya peran pemerintah desa yang memiliki banyak RT dan RW, dengan melakukan pembiaran warganya membuang sampah ke sungai.

Setelah melakukan kegiatan susur sungai, ia berharap agar Pemerintah Jember lebih peduli lagi dengan kondisi di sekitaran Sungai Bedadung. “Padahal Kali Bedadung juga dimanfaatkan untuk mandi, cuci baju dan cari ikan," ujarnya.

Sementara terkait hasil brand audit yang didapatkan menunjukan bahwa, masih banyak masyarakat yang menggunakan produk sachet. “Tidak menguntungkan bagi pembeli,” kata Bahar.

Bahar menyebut, perusahaan yang memiliki produk sachet tidak memiliki tanggung jawab atas produk mereka. Itu artinya, pihak perusahaan tidak pernah melakukan edukasi kepada konsumennya tentang bagaimana mengolah sampah kemasan produk mereka. “Menjadikan alasan mereka membuang sampah di sungai, dan tidak adanya petugas pemerintah,” tuturnya.

PILAH: Setiap sampah plastik yang ditemukan oleh mahasiswa pecinta alam Jember, selanjutnya dipilah sesuai jenis dan asal produk. Rata-rata, sampah di Sungai Bedadung merupakan sampah plastik kemasan sachet.

Sementara itu, Rendy Arif, 24, salah satu warga Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat. Sebab, mahasiswa dan masyarakat akan mengetahui dampak dari membuang sampah ke Sungai Bedadung. “Yang jelas dapat menyebabkan pencemaran. Padahal kita warga Bedadung juga bergantung pada sungai tersebut," ujar Rendy.

Ia pun berharap agar pemerintah segera membangun TPS di sekitaran Sungai Bedadung, agar warga tidak lagi membuang sampah atau limbah hasil rumah tangga ke sungai. “Serta mengadakan program edukasi dan sosialisasi ke masyarakat," katanya.

Nah, dari hasil susur Sungai Bedadung dan brand audit, komunitas mapala di Jember memberikan beberapa usulan kepada Pemerintah Kabupaten Jember.

Pertama, penyediaan sarana TPST 3R di setiap desa yang dilalui Sungai Bedadung. Tujuannya, agar warga di bantaran Sungai Bedadung tidak membuang sampah di sungai tersebut.

Kedua, perlu dibuat peraturan daerah (Perda) larangan atau pengurangan plastik sekali pakai. Sepertai, tas kresek, sedotan, produk kemasan sachet, botol air minum sekali pakai, styrofoam dan popok.

Ketiga, rutin melakuakan patroli sungai bebas sampah plastik, sebagaimana amanat PP 22/2021 yang mensyaratkan sungai bebas sampah plastik.

Keempat, memberikan peran kepada masyarakat untuk melakukan upaya konservasi Sungai Bedadung.

Kelima, membuat even ekologis yang menimbulkan rasa memiliki dan mencintai warga pada Sungai Bedadung melalui festival perahu Kali Bedadung, Konservasi Ikan Asli Kali Bedadung, Lomba Memancing, Pengembangan Ekowisata dan wisata edukasi.

Terakhir, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember untuk lebih aktif memfasilitasi pihak-pihak lain agar kawasan yang telah terjadi timbulan sampah dapat diatasi dengan benar. (bp/don)


Share to