Geliat Musisi di Kota Jember, KMJ Jadi Wadah Tukar Ide

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Thursday, 25 Jan 2024 14:35 WIB

Geliat Musisi di Kota Jember, KMJ Jadi Wadah Tukar Ide

JAMMING: Salah satu event musik KMJ, Big jamz session pada Desember 2023.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Jember bukan hanya salah satu kota pendidikan di Jawa Timur, tetapi juga sebagai tempat yang menggema dengan keberagaman musikal. Mulai dari senandung tradisional hingga aliran modern. Musisi-musisi lokal Jember terus menorehkan jejak kreativitas.

Tidak hanya berfokus pada penampilan panggung, musisi Jember juga aktif dalam kegiatan sosial dan komunitas. Ada Komunitas Musisi Jember (KMJ) sebagai salah satu wadah sekaligus platform bagi para musisi Jember untuk tampil. Selain itu, KMJ juga menjadi tempat pertukaran ide dan pengembangan bakat musisi lokal Jember terhitung sejak pertama kali didirikan pada 7 Januari 2016 silam.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan tadatodays.com, Rabu (24/1/2024), Ketua Pelaksana Harian KMJ Wahyu Cemeng menceritakan perjalanan, tantangan serta bagaimana geliat dan warna musisi di Kota Jember ini. Menurutnya, kondisi musisi di Jember saat ini sedikit memprihatinkan.

"Sedikit prihatin dengan kondisi sekarang. Musisi dipandang sebelah mata. Dianggap profesi yang hanya sebagai tambahan, tanpa pernah dipertimbangkan dengan serius," ungkap pria yang akrab di sapa Cemeng itu.

Padahal, dunia entertaint, lanjut Cemeng, akan menjadi kurang menarik tanpa adanya musik. Pandangan itu sebenarnya sering kali datang dari musisi itu sendiri yang kurang mampu menghargai dirinya sendiri.  "Mereka seringnya nerima job tanpa ada batasan fee. Jadinya klien suka seenaknya," tambahnya.

Melihat kurang dihargainya musisi lokal Jember, akhirnya banyak dari mereka yang meninggalkan Jember dan mulai membangun peradaban musik baru di luar daerah bahkan luar pulau. "Mereka larinya kebanyakan ke Bali, karena disana musisi Jember banyak jadi incaran dan diminati secara skil," jelas pria asal Kabupaten Lumajang itu.

Selain itu, para musisi lokal juga terlalu larut sebagai pembawa lagu orang lain dan jarang yang punya lagu original milik mereka sendiri. "Akhirnya ya cover-cover musik atau nyayiin lagu orang lain aja, padahal mereka punya potensi yang besar untuk punya lagu sendiri," tegas Cemeng.

KMJ sendiri adalah salah satu komunitas Jember yang sudaah memiliki legalitas serta memiliki 400-an anggota aktif yang berasal dari berbagai background. Didalamnya dibagi sesuai dengan minat para anggotanya. Setidaknya terdapat enam bidang di dalam KMJ. "KMJ sendiri membidiknya perorangan, jadi biar mereka bisa memilih sesuai bidang yang mereka minati atau kuasai," Cemeng melanjutkan.

Di sela percakapan, Cemeng juga menceritakan rekam jejak dan masa emas musik Jember di era 90-an. Betapa diseganinya musisi Jember oleh kota-kota lain. Menurut penuturan Cemeng, basis musik Jember dulunya adalah genre rock, bahkan Jember sempat menjadi barometer musik se Jawa-Bali.

"Jadi kalau ada festival musik gitu, Jember pasti dapat nomor. Dan kita juga punya nama dikalangan teman-teman musisi luar kota, mereka kagum dengan KMJ. Luar biasa kalau diinget lagi," ucapnya sambil terkekeh.

Sementara itu, Cemeng juga mengatakan dukungan pemerintah kabupaten sendiri masih dirasa kurang.  Meskipun secara khusus pemkab Jember telah membangun lokasi yang diperuntukan untuk panggung para seniman Jember bernama "Jember Kreatif Lab" (J-Klab). Menurutnya, adanya J-Klab belum menjawab kebutuhan teman-teman seniman khususnya musisi lokal.

"Dari pemerintah memang memfasilitasi dan termasuk kreatif, tapi nggak ada dukungan berkelanjutan.   Bahkan dulu sempat punya jadwal gantian buat pakai J-Klab, terus karena semakin ga jelas terkait izinnya ke siapa dan semacamnya akhirnya berhenti," jelasnya

Melihat situasi tersebut, besar harapan Cemeng agar musisi Jember menjadi tuan di rumah sendiri serta mampu membesarkan karya orisinal milik sendiri. "Kalau musisi punya karya dan bisa memerdekakan karya sendiri, juga saling dukung sama musisi lain, itu bakal jadi luar biasa," pungkas Cemeng mengakhiri percakapan. (dsm/why)


Share to