Harga Anjlok, Petani di Jember Buka Lahan sampai Gratiskan Tomat untuk Warga
Dwi Sugesti Megamuslimah
Friday, 09 Aug 2024 17:16 WIB
JEMBER, TADATODAYS.COM - Nasib petani makin memprihatinkan. Belum selesai dengan masalah pupuk, kini para petani harus dihadapkan dengan anjloknya harga beberapa komoditas, khususnya tomat.
Ini salah satunya dirasakan Ahmad Taufik, seorang petani tomat di Kecamatan Jelbuk, Jember. Dia mengaku merugi besar karena harga jual tomat di pasaran anjlok. Dengan berat hati, Ahmad bahkan membuka lahannya dan membebaskan masyarakat sekitar untuk mengambilkan secara sukarela.
"Daripada harus saya buang, mending saya bagikan ke warga yang mau. Jangankan untung, ini modalnya saja tidak kembali," katanya, Jumat (9/8/2024) sore.
Selain membuka lahannya untuk warga, Ahmad yang tergabung dalam Komunitas Petani Tomat Indonesia itu sempat membagi-bagikan hasil panennya beberapa waktu lalu ke pinggir jalan. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 3 ton tomat dibagikan secara gratis pada tiap pengendara di sepanjang jalan nasional Jember-Bondowoso.
Pantauan tadatodays.com di lapangan, tanaman tomat di beberapa kebun warga terlihat kering akibat tidak dirawat dengan buah yang masih menggantung pada tangkai-tangkainya. "Memang sengaja tidak dirawat karena sudah kepalang rugi jadi dibiarkan saja," imbuhnya.
Salah seorang warga, Bambang, mengaku ikut mengambil tomat yang ada di kebun petani lantaran harganya yang anjlok. "Saya kesini buat ngambil tomat gratis, nanti dibuat sambal, jus dan konsumsi pribadi," ungkapnya.
Seperti diketahui, harga tomat di pasaran saat ini hanya Rp 500 – Rp 1.000 per kilogram. Karena anjloknya harga, Ahmad menderita kerugian hingga Rp 10 juta untuk seluruh lahan yang ditanami tomat. "Normalnya kisaran harganya Rp 2.000 – 5.000. Itu baru kami bisa untung. Saya Berharap ke depannya ada kenaikan," lanjutnya.
Sementara, Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia Jawa Timur Jumantoro menegaskan bahwa tidak hanya komoditas tomat saja yang harganya terjun bebas, melainkan beberapa lainnya seperti terong pun mengalami hal yang sama.
"Teman-teman petani banyak yang merugi, sebagian ada yang dibagikan ada juga yang membabat habis tanamannya karena pegel," tegasnya.
Di Kecamatan Jelbuk sendiri, kata dia, setidaknya ada 50 hektar lahan tomat yang digarap oleh para petani, dan semuanya mengalami kerugian. "Bukan untung, malah buntung ini," imbuhnya.
Menurut Jumantoro, penyebab anjloknya harga tomat saat ini lantaran produksi yang berlebih sehingga tidak mampu ditampung pasar.
"Kami tidak berharap untung besar, tapi harga stabil. Sehingga tidak terlalu rugi. Kami berharap pada pemerintah ke depan agar lebih di perhatikan misal ada tempat pengolahan gitu, biar harganya bisa dibeli layak," ujarnya. (dsm/why)
Share to