Inovasi “Jempol Manis” Puskesmas Leces Lolos Top 45 Kovablik Jatim 2025

Hilal Lahan Amrullah
Friday, 05 Dec 2025 13:36 WIB

DUKUNGAN PIMPINAN: Wakil Bupati Probolinggo, Ra Fahmi AHZ mendampingi langsung Tim Inovator Puskesmas Leces pada tahapan paparan Kovablik 2025 Jatim.
Komitmen Mendampingi ODHIV - ODHA
PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Inovasi “Jempol Manis” dari Puskesmas Leces Kabupaten Probolingo berhasil lolos Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) Tahun 2025 gelaran Badan Perencanaan Pembangunan Provinisi Jawa Timur. “Jempol Manis” merupakan singkatan dari Jemput Pasien Odhiv atau Odha secara Online, Amanah, Istimewa dan Tentunya Gratis.
“Jadi ini adalah inovasi lama kami sebenarnya awal mulanya. Tetapi dengan inovasi inilah nanti ternyata bisa mengantarkan Puskesmas Leces waktu itu menerima penghargaan oleh Kementerian PAN-RB dengan kategori pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi di Tahun 2024,” terang Kepala Puskesmas Leces dr. Imilda Kusumaningrum.
.png)
Tahun ini, inovasi Jempol Manis kembali diikutkan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di Kementerian PAN-RB juga. “Kita masih belum lolos waktu itu di bulan Juli. Kemudian di akhir tahun ini kami ikutkan lagi dalam Kovablik tingkat Provinsi Jawa Timur dan Alhamdulillah kemarin masuk sesi wawancara, hari ini keluar pengumuman PKM Leces masuk TOP 45 Kovablik 2025,” tutur dokter Imilda, Jumat (5/12/2025).
Pada 26 November 2025 lalu, tim Puskesmas Leces sudah mengikuti penilaian oleh tim juri dari Provinsi Jatim melalui zoom meeting. Tim Puskesmas Leces waktu itu dibersamai oleh Wakil Bupati Probolinggo Lora Fahmi AHZ dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr. Hariawan Dwi Tamtomo untuk paparan terkait dengan inovasi Jempol Manis.
“Semoga Jempol Manis ini bisa terus membawa nama baik Kabupaten Probolinggo di ajang Kompetisi Inovasi Layanan Publik,” tutur dokter Imilda berharap.
.png)
AMANAH: Sejumlah tenaga kesehatan di Pelayanan Klinik PDP HIV Aids Puskesmas Leces melayani pasien odhiv atau odha dengan amanah.
Dokter Imilda melanjutkan bahwa Jempol Manis ini sebenarnya inovasi yang puskesmas lain juga ada. Hanya, belum dipoles dengan baik. Layanannya berupa klinik atau pusat pengobatan semacam balai pengobatan di Puskesmas bagi pasien Odhiv atau Odha.
Sedangkan dukungan layanan puskesmas berupa perawatan, pendampingan dan juga pengobatan untuk pasien-pasien HIV/AIDS yang dilakukan secara online melalui WhatsApp (WA) bot. “Dengan fitur WA, itu kami rancang yang sederhana. Sehingga pasien-pasien ataupun orang yang belum menderita HIV ataupun orang sehat bisa melakukan screening melalui WA bot tersebut. Kami juga ada layanan yang dibuka di setiap hari Selasa,” ungkapnya.
Dokter berkacamata ini bersyukur, dengan Jempol Manis, pasiennya tidak hanya dari Kabupaten Probolinggo saja, tetapi dari luar Probolinggo, yaitu Kabupaten Pasuruan, Mojokerto, Gresik. Mereka lebih percaya kepada layanan Puskesmas Leces.
Selain itu juga Puskesmas juga melakukan mobile VCT yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo. Termasuk Mobile VCT bersama Fatayat NU yang mendukung kegiatan-kegiatan terkait dengan pasien-pasien Odhiv maupun Odha.
.png)
TAHAPAN WAWANCARA: Tim Inovator Puskesmas Leces bersama Wakil Bupati Probolinggo, Ra Fahmi AHZ mengikuti penilaian tahapan wawancara oleh tim juri via zoom meeting pada Kovablik 2025 Jatim.
Pada tahapan penjurian dari Provinsi Jatim, ada pertanyaan “apa yang menyebabkan Puskesmas Leces ini lebih banyak didatangi oleh pasien Odhiv atau Odha? Jawabannya, karena memang, ada inovasi Jempol Manis. Artinya Puskesmas Leces ada petugas-petugas yang amanah dalam menjalankan atau menangani para pasien-pasien Odhiv atau Odha.
“Awalnya pasien Odhiv atau Odha ini tidak percaya untuk berobat ke puskesmas, tapi dengan layanan Jempol Manis ini akhirnya mereka bisa open status mereka meskipun mereka ini pasien HIV. Tetapi mereka tidak malu untuk bersosialisasi di masyarakat. Bahkan stigma apapun di masyarakat sudah bisa kami minimalisir. Kalau dulu masih ada stigma atau diskriminasi terhadap pasien-pasien kita. Saat ini para pasien sudah selayaknya masyarakat umum lainnya,” jelas dokter Imilda.
Layanan Jempol Manis Puskesmas Leces ini juga dibantu kelompok berbasis komunitas yang dikenal dengan komunitas dukungan sebaya. Selanjutnya inilah yang menyebabkan ada pendamping sebaya. Pendamping sebaya itu meliputi pasien yang Odhiv yang ingin tetap survive hidupnya.
“Alhamdulillah sampai sekarang ada 9 tahun atau 10 tahun mereka mengidap HIV ini, tetapi mereka masih bisa survive sampai sekarang dan bisa menemani pasien-pasien Odhiv atau Odha baru. Ini supaya ada saling suport seperti itu,” tuturnya.
.png)

WA CHATBOT: Pelayanan Klinik PDP Puskesmas Leces dapat diakses melalui layanan online berbasis barcode WA Chatbot Sabda Jempol Manis.
Saat masih Top 90 Kovablik Tahun 2025, sejatinya ada ada tiga inovasi dari Kabupaten Probolinggo yang masuk. Selain Jempol Manis Puskesmas Leces, ada inovasi dari Dinas Perikanan dan Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo. Inovasinya berkaitan dengan pengentasan kemiskinan dan masalah ekonomi yang dapat membuka lapangan pekerjaan.
“Kami Jempol Manis bergerak di bidang Kesehatan. Inovasi bidang Kesehatan itu awalnya dari 49 inovasi yang masuk itu cuman 23 inovasi kesehatan di Top 90, termasuk Jempol Manis,” ungkap dokter Imilda.
Dokter berkerudung ini menambahkan, bagi masyarakat yang terkena Odhiv atau Odha, bisa mengakses jempol manis ini dengan langsung datang ke Puskesmas Leces. Karena Puskesmas Leces wajib untuk bisa tahu siapa pasien-pasien barunya.
Dengan demikian, nantinya dari pertemuan dengan pasien itu, ada chemistry antara pemeriksa dengan pasien HIV tersebut. “Sehingga layanan Jempol Manis ini bisa bermanfaat untuk mereka semua. Monggo bisa langsung datang ke Puskesmas. Kita juga sudah sering masuk ke medsos,” ujarnya.
.png)
Kepala Puskesmas Leces, dr. Imilda Kusumaningrum (tengah), Bidan Desa Sumberkedawung, Rizky Riyanti Amelia (kiri), Pemegang Program HIV AIDS Puskesmas Leces, Umiati (Kanan).
Sementara, pemegang Program HIV-AIDS Puskesmas Leces Umiati mengaku ada suka duka dalam pelayani para pasien. Terutama pada saat pengambilan obat. Sebagai petugas yang amanah, ia mengobati pasien itu secara maksimal.
“Alhamdulillah di sini ada pendamping pasien yang mendampingi kita. Jadi seandainya ada Odhiv atau Odha yang tidak datang mengambil obat, nanti itu adalah pendampingnya yang mengantarkan, pendaping ini adalah sukarelawan,” tuturnya.
Sedangkan pengalaman sukanya yaitu saat melihat pasien Odhiv atau Odha yang awalnya merasa takut berobat, sekarang sudah aware. Artinya, itu mereka sudah berani open status. “Mereka sudah bisa mengeluarkan unek-uneknya,” kata Umiati.
Ia mencontohkan, jika ada pasangan yang beresiko, teman atau saudaranya bisa membawa ke pelayanan. Pendamping yang terus mendampingi mereka adalah pasien HIV juga. “Pasien-pasien HIV yang baru yang masih sulit untuk buka statusnya itu. Pendamping ini lah yang mendampingi layaknya dokternya. Jadi, pendamping ini meyakinkan kepada pasien Odhiv atau Odha baru bahwa sekarang ini dia sehat saja. jadi Pasien-pasie itu merasa semangat berobat dan menjalani hidup,” tegasnya.
Rizky Riyanti Amelia, seorang bidan Desa Sumberkedawung, Leces, menambahkan bahwa pasien Odhiv atau Odha baru itu bisa datang dulu ke Puskesmas Leces. Setelahnya nanti kalau untuk pengambilan obat ataupun lain-lain kalau tidak di luar kota, itu bisa dibantu dengan pendamping sebaya (PS) untuk mengantarkan obatnya.
“Tapi paling tidak pasien itu wajib bertatap muka dengan kita, karena banyak sekali yang harus kita lakukan. Ada skrining kembali, kemudian didentifikasi kembali,” jelasnya.
Puskesmas Leces saat ini ada layana skrining awal melalui aplikasi khusus berupa WA Chatbot. Puskesmas Leces memanfaatkan fitur sederhana pada WA Chatbot tersebut. sebelumnya Puskesmas Leces memakai telepon atau SMS untuk menghubungi pasien.
Kemudian semakin bertambahnya tahun, karena ini sudah lama sejak dari tahun 2017, Puskesmas Leces mengembangkan ke WA. Selanjutnuya dikembangkan lagi ke WA Chatbot. “Di situ itu nanti ada nomor layanan yang tertera yang juga bisa diakses dengan barcode, itu kita share ke medsos. Nanti pasien itu bisa mengakses itu,” terangnya.
Di dalam fitur WA Chatbot itu ada 5 kategori layanan, yaitu skrining, notifikasi kontrol obat, dan lain sebagainya. “Jadi ketika waktunya pengobatan itu akan otomatis ada pesan terkirim otomatis. Bahwasanya hari ini saatnya control. Di situ ada juga fitur nomor pendampingnya,” jelasnya.
Dalam layanan Jempol Manis Puskesmas Leces juga tersedia satu konselor. Bahkan di fitur WA Chatbot juga sudah ada nomor konselornya. Jadi keuntungannya adalah ketika masyarakat itu pada awalnya pasti ada rasa malu untuk datang ke klinik puskesmas, bisa menghubungi ada nomor konselornya guna untuk konseling dulu.
“Dari situ kemudian nanti kalua pasien sudah siap, monggo bisa hadir ke sini untuk untuk pemeriksaan. Tetapi untuk skrining awal kita sudah tersedia di WA chatbot,” katanya.
Layanan klinik Odhiv atau Odha di Puskesmas Leces selama ini menerima total 60-70 pasien yang dibuka setiap hari Selasa. Sedangkan total pasiennya saat ini ada sebanyak 200 pasien, dari awalnya hanya 40 pasien. (*/hla/why)





Share to
 (lp).jpg)



