Jejak Bung Karno di Lereng Argopuro: Hotel Rembangan, Saksi Sejarah yang Masih Berdiri Gagah

Dwi Sugesti Megamuslimah
Sunday, 19 Oct 2025 06:08 WIB

BALKON: View langsung dari balkon kamar Melati 1 yang pernah disinggahi Bung Karno.
JEMBER, TADATODAYS.COM - Di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Jember, berdiri Hotel Rembangan yang sejak puluhan tahun lalu menjadi saksi perjalanan sejarah bangsa. Berada di lereng Gunung Argopuro, hotel ini bukan sekadar tempat peristirahatan, tetapi juga menyimpan jejak Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Salah satu sudut paling ikonik dari hotel yang berdiri sejak 1937 ini adalah Kamar Melati 01. Ruang itu diyakini pernah menjadi tempat Bung Karno beristirahat saat berkunjung ke Jember pada era 1950-an.
Kamar yang terbuat dari kayu jati tua ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Mulai dari dinding, pintu, hingga perabotan sederhana seperti lemari dan meja kayu. Di dalamnya, juga terpajang foto-foto lawas yang menandai perjalanan panjang Hotel Rembangan.
“Bangunan ini memang masih mempertahankan fondasi dan interior kayu peninggalan zaman Belanda. Kabarnya Bung Karno menginap di sini ketika berkunjung ke Jember,” ujar Ichwan Aziz, salah satu staf hotel, Sabtu (18/10/2025).
Kamar berwarna coklat tua itu dirawat dengan hati-hati. Hanya dilakukan perawatan ringan seperti pengecatan ulang, tanpa mengubah struktur aslinya. Karena nilai historisnya, kamar tersebut tidak disewakan untuk umum dan biasanya hanya digunakan tamu VVIP pada hari kerja.
Hotel Rembangan dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1937 sebagai tempat rekreasi bagi pegawai perkebunan kopi dan kakao. Arsitekturnya memadukan keanggunan klasik dan kekuatan material alami. Hal itu terlihat dari dominasi kayu jati, jendela besar bergaya Eropa, serta atap tinggi yang menjaga suhu ruangan tetap sejuk.
Beberapa bagian memang telah diperbarui untuk alasan keamanan, namun desain aslinya dipertahankan agar pengunjung tetap bisa merasakan atmosfer kolonial yang autentik.
.png)
PERSINGGAHAN: Kondisi kamar Melati 1 di Hotel Rembangan yang pernah menjadi tempat persinggahan Bung Karno dan masih mempertahankan bantuk bangunan dan interior kayu jati asli.
Menghidupkan Nilai Sejarah
MENURUT Ichwan, pengelola kini gencar mengangkat nilai historis hotel sebagai daya tarik utama. Promosi dilakukan lewat banner sejarah, unggahan media sosial, hingga kolaborasi dengan influencer untuk menjangkau wisatawan muda.
“Sekarang kami mencoba mengenalkan Rembangan lewat media sosial dan kerja sama promosi dengan berbagai pihak. Tujuannya agar masyarakat tahu, tempat ini bukan hanya penginapan, tapi juga bagian dari sejarah,” jelasnya.

Upaya tersebut mulai menunjukkan hasil. Okupansi hotel kini mencapai sekitar 70 persen dari kegiatan rombongan. Seperti acara pemerintahan dan komunitas, sementara tamu umum sekitar 30 persen.
Selain itu, pihak pengelola juga menjajaki kerja sama dengan UMKM lokal untuk menampilkan produk-produk khas Jember di area hotel. “Kami sudah berkoordinasi dengan Diskop agar pelaku usaha lokal bisa ikut tampil, meski akses jalan menuju Rembangan masih jadi tantangan logistik,” tambah Ichwan.
.png)
TEMPO DULU: Salah satu pengunjung saat melihat foto bentuk bangunan Hotel Rembangan tempo dulu.
Menjaga Bangunan, Merawat Cerita
DENGAN 48 kamar yang dibanderol mulai Rp210 ribu per malam, Hotel Rembangan kini menawarkan pengalaman menginap di tengah udara pegunungan yang sejuk, sembari menyelami sejarah yang hidup di setiap sudut bangunannya.
Lebih dari sekadar penginapan, Hotel Rembangan adalah penjaga cerita masa lalu, tempat di mana kayu jati, batu tangga, dan aroma nostalgia berpadu menjadi saksi perjalanan negeri ini.
“Tugas kami bukan cuma menjaga bangunannya, tapi juga menjaga cerita di dalamnya,” tutur Ichwan menutup percakapan.
Salah satu wisatawan yang telah 43 tahun menetap di Belanda, Balqis, mengaku terkesan dengan keindahan kawasan wisata legendaris yang berada di lereng Gunung Argopuro tersebut.
“Pemandangannya luar biasa. Kalau di Belanda ada Volendam, di sini rasanya seperti versi tropisnya. Sejuk, tenang, dan sangat menarik,” ujar Balqis saat berkunjung ke Rembangan.
Menurutnya, daya tarik Rembangan terletak pada kombinasi alam dan atmosfer yang menenangkan. “Kalau di Belanda pemandangannya laut dan danau, tapi di sini lebih alami. Udara segar, suasana tenang, dan orang-orangnya ramah. Saya suka sekali,” katanya sambil tersenyum.
Balqis mengaku baru pertama kali datang ke Jember, dan langsung jatuh cinta dengan keindahan Rembangan yang menurutnya masih terjaga. Ia bahkan berencana kembali tahun depan. “Insyaallah kalau bisa, saya mau menginap di sini. Tempatnya indah dan berkesan,” tuturnya. (dsm/why)





Share to
 (lp).jpg)