Kampung Kreatif JFC, Upaya Serius Kenalkan Budaya dan Identitas Jember
Andi Saputra
Sabtu, 11 Mar 2023 07:47 WIB
“Pemerintah Kabupaten Jember berupaya cukup serius mengenalkan budaya dan identitasnya kepada Indonesia dan Dunia. Upaya tersebut dibuktikan dengan membangun pusat informasi dan edukasi kebudayaan yang diberi nama “Kampoeng Creative Jember fashion Carnaval” yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Arjasa, di Jalan Bondowoso - Jember nomor 46 Desa Krajan, Kecamatan Arjasa.”
------------------
MENGENALKAN kebudayaan dan identitas masih menjadi pekerjaan rumah bagi sejumlah daerah di Indonesia. Diskursus kebudayaan dan identitas selalu mempertanyakan apakah kebudayaan dan identitas daerah masih bisa bertahan dalam derasnya arus globalisasi dan digitalisasi. Topik mempertahankan kebudayaan dan identitas itulah yang saat ini tengah dijawab oleh Pemerintah Kabupaten Jember.
ASLI JEMBER: Tak Butak’an seni asli jember yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kemendikbud Ristek RI.
Membangun Pusat Informasi dan Edukasi Kebudayaan.
Sebagai Kabupaten dengan jumlah penduduk hampir 2,6 juta yang tersebar di 31 kecamatan yang terdiri atas 226 desa 22 kelurahan tentu Jember memiliki kekayaan seni dan budaya yang berbeda dengan Kabupaten lain. Pandangan bahwa Jember memiliki karakteristik budaya Pendalungan, yaitu akulturasi budaya Jawa dan Madura nyatanya belum bisa mempresentasikan kebudayaan Jember yang sesungguhnya.
Akademisi sekaligus budayawan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Dr Ilham Zoebazarry atau karib disapa Cak Ilham budaya Pandalungan sejatinya tersebar di wilayah tapal kuda yakni wilayahnya yang meliputi Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Banyuwangi. Oleh karenanya budaya pandalungan tidak bisa serta merta diklaim sebagai budaya Jember. Menurutnya, masih butuh kajian dan diskusi lebih mendalam untuk memberikan sebutan budaya khusus Jember. Cak Ilham berpandangan, jika harus menyebut Jember berbudaya pandalungan. Maka pandalungan yang dimaksud tentu berbeda dengan pandalungan yang ada di daerah lain yang ada di wilayah Tapal kuda.
Masih bergulirnya diskursus mengenai sebutan budaya yang tepat untuk Jember itulah kemudian Pemkab mencari jalan tengah sekaligus memberi sketsa solusi dengan membuka pusat informasi dan edukasi kebudayaan yang diberi nama “Kampoeng Creative Jember fashion Carnaval” atau “Kampung kreatif JFC”.
MEMUKAU: Para Penari Binaan JFC Tampil Dalam Launching Kampung Kreatif JFC.
Kampung kreatif JFC yang berlokasi di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Arjasa, di Jalan Bondowoso - Jember nomor 46 Desa Krajan, Kecamatan Arjasa itu, menyajikan konsep yang cukup meyakinkan. Setidaknya terdapat tiga hal utama yang ditawarkan di kampung kreatif JFC.
Pertama, kampung kreatif JFC menawarkan ruang Museum Jember Ekspos. Diruangan ini pengelola mencoba mengenalkan Jember secara utuh. Metodenya tentu dimulai dengan kacamata sejarah. Yakni memberi informasi tentang Jember mulai dari era kolonial atau pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan hingga saat ini. Diruang ini pengunjung akan diberi informasi mengenai bagaimana kebudayaan masyarakat Jember. Dimana informasi itu, diharapkan akan menegaskan identitas kebudayaan masyarakat Jember. Lebih jauh pengunjung juga akan diberi informasi mengenai pariwisata, kuliner, dan berbagai macam seni hasil cipta, rasa dan karsa masyarakat Jember.
Kedua, sebagaimana nama yang tersemat didalamnya kampung kreatif JFC adalah upaya kreatif mengangkat Jember Fashion Carnaval atau JFC agar lebih dikenal luas. Maka disini terdapat galeri informasi dan edukasi JFC yang diberi nama “JFC Ekspos”.
Budi Setiawan presiden JFC sekaligus penanggung jawab kampung kreatif mengatakan, adanya pusat informasi dan edukasi adalah cita-cita almarhum Dynand Fariz sekalu pendiri dan inisiator JFC sejak 2003 silam.
“Ini sebagai titik awal untuk melanjutkan impian mas Dynand. Menjadikan Jember kota wisata karnaval,” Kata Budi, saat grand launching kampung kreatif JFC, Jum’at (10/3/2023).
INFORMASI: Tourist Information Center, salah Satu Sudut Galeri Kampung Kreatif JFC.
Budi mengatakan, digaleri ini akan ditampilkan Obituari sang founder JFC Dynand Fariz, isinya menceritakan bagaimana perjuangan putra asli Jember membesarkan karnaval tahunan yang saat ini telah dikenal dunia dan bahkan telah masuk kalender wisata internasional. Kemudian secara detail galeri JFC ekspos akan menceritakan bagaimana perjalanan JFC selama 20 tahun dan penghargaan apa saja yang telah diperoleh.
Budi mengatakan, untuk menjaga keberlangsungan edukasi di kampung kreatif pihaknya akan menjalin kerjasama dengan sekolah melalui sistem merdeka belajar. Dari kerjasama itulah nantinya siswa/I diwajibkan berkunjung serta menggali informasi di kampung kreatif.
“Apa yang diajarkan disini akan menjadi penguatan kurkulum merdeka,” Katanya.
Ketiga, Kampung kreatif JFC dirancang sebagai pusat UMKM menjajakan produknya. Hal itu, disebut oleh Bupati Jember Hendy Siswanto sebagai multiple efec program yang selama ini juga dilakukan disejumlah program yang diluncurkan Pemkab Jember. Konsepnya sama, yakni menggandeng UMKM yang memiliki produk unggulan khas Jember untuk menjajakn produknya di Kampung kreatif JFC.
Hendy pada saat peresmian kampung kreatif mengatakan, kebudayaan adalah factor penting dalam membentuk jati diri nak bangsa. Oleh karenanya, kata dia, budaya harus terus dijaga dengan cara menjaga, merawat, mempelajari, dan melestarikanya. Karena itulah, pusat belajar budaya Jember dihadrikan.
“NKRI ini akan bisa hebat, kalau budaya kita terus kita pertahankan,” Katanya berapi-api.
Pada kesempatan itupula Hendy meminta kepada para kepala sekolah se kabupaten Jember yang hadir untuk menyambut baik dan mendukung keberlangsungan kampung kreatif dengan mengajak siswa/i nya hadir di kampung kreatif. (as/why)
Share to