Kanker Payudara Jadi Salah Satu Penyakit Mematikan, dr Primanto Ajak Masyarakat Deteksi Dini

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Wednesday, 07 Feb 2024 09:44 WIB

Kanker Payudara Jadi Salah Satu Penyakit Mematikan, dr Primanto Ajak Masyarakat Deteksi Dini

JEMBER, TADATODAYS.COM - Kanker payudara merupakan salah satu dari sepuluh penyakit berbahaya dan mematikan di Indonesia. Penanganan yang optimal harus dilakukan sesegera mungkin untuk mengurangi angka kematian. Sayangnya, masih sedikit masyarakat yang mendeteksi gejala awal pada penyakit ini.

Kanker payudara sendiri merupakan kelompok sel yang tumbuh tidak terkendali di dalam jaringan dan berpotensi menyebar serta menjangkiti organ lain melalui aliran darah. Jika tidak diatasi dengan cepat dan tepat, tingkat kematian akibatnya dapat meningkat.

Dokter Onkologi RSD dr Soebandi Jember dr Primanto Bhakti Lesmana mengatakan, gejala awal yang dialami oleh penderita kanker payudara adalah terdapat benjolan pada bagian payudaranya.

"Gejala lain yang muncul biasanya keluar cairan seperti darah di area puting, perubahan tekstur kulit dan perubahan ukuran payudara disertai nyeri pada area tersebut, besar sebelah atau terjadi pembengkakan," katanya, Selasa (6/2/2024).

Penyakit ini juga banyak disebut sebagai tumor ganas yang akan terus tumbuh dan merusak jaringan tubuh yang lain. Menurut dr Primanto, penyebab kanker payudara tidak hanya berdasarkan satu faktor khusus saja, melainkan multifaktor.

"Salah satu satu diantaranya adalah faktor genetik atau keturunan. Orang tua yang menderita kanker payudara, anaknya juga memiliki kemungkinan mengalami hal yang sama, meskipun hal tersebut tidak selalu terjadi," imbuhnya.

Faktor lain yang dapat memicu kanker, lanjut dr Primanto, adanya pola hidup yang tidak sehat. Misalnya merokok, obesitas dan wanita. Meski sebenarnya pria juga bisa berdampak penyakit ini, namun perempuan memiliki resiko yang lebih besar. "Orang dengan usia 50 tahun ke atas, juga lebih rentan terinfeksi kanker payudara," urainya.

Dokter Primanto juga menjelaskan, penanganan kanker payudara dapat berjalan baik apabila penderitanya melakukan deteksi dini. Hal ini lantaran sel kanker belum menyebar ke organ lain, sehingga penanganan dan angka harapan hidupnya masih tinggi. 

Angka harapan hidup bagi penderita kanker payudara stadium awal, bisa mencapai 80 hingga 90 persen. Lain halnya dengan penderita yang sudah mencapai stadium tiga dan empat yang sel kankernya sudah menyebar ke bagian organ yang lain yang membuat angka harapan hidupnya hanya mencapai 50 persen saja.

Oleh sebab itu, dirinya berharap masyarakat melakukan deteksi secara dini. Khususnya apabila terdapat benjolan pada area payudara yang membesar dalam waktu yang cepat. “Kalau masyarakat sini, jika sudah parah, baru periksa atau datang ke rumah sakit,” imbuhnya.

 

KEKURANGAN FASILITAS PENANGANAN

ANGKA penderita kanker di Jember terbilang cukup tinggi. Per 2023 lalu saja, setidaknya ada 1300-an kasus. Meski angkanya cukup fantastis, hal tersebut belum diimbangi dengan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan penanganan.

Sampai hari ini, hanya ada dua rumah sakit yang dapat melakukan kemoterapi, atau perawatan khusus bagi penderita kanker, yaitu RSD Dr Soebandi dan RS Baladika Husada (DKT) Jember dengan hanya ada empat dokter spesialis onkologi di wilayah kerja Tapal Kuda.

Minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap penyakit kanker, ditambah alat atau fasilitas untuk melakukan screening masih terbatas. Hal ini tentu menjadi dilema bagi penyedia fasilitas kesehatan.

"Dari hal itu diperlukan sosialisasi yang masif hingga tingkatan masyarakat paling bawah. Karena salah satu faktor keberhasilan penanganan kanker adalah melakukan deteksi dini," urai Primanto.

Sementara, akses untuk skrining menggunakan mammografi masih terbilang cukup minim. Di Jember hanya ada dua rumah sakit yang dapat melakukan hal tersebut, yakni RSD dr Soebandi dan RS Siloam.

Padahal alat tersebut dinilai baik untuk mendeteksi kanker payudara, khususnya yang sudah berusia 40 tahun keatas. Karena dapat melakukan deteksi sejak dini, bahkan ketika belum terlihat benjolan di area payudara.

"Akses itu yang masih cukup sulit. Padahal kalau di luar negeri sampai keliling ke masyarakat langsung,” kata dokter Primanto yang bertugas di RSD dr Soebandi Jember itu.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, pada 2023 lalu banyak ditemukan penderita kanker baru. Secara keseluruhan, terdapat 281 kasus baru ditemukan. Paling banyak adalah kasus kanker payudara dengan 185 kasus, 5 diantaranya dialami oleh laki-laki. Kanker dengan penderita terbanyak kedua adalah kanker serviks dengan jumlah kasus sebanyak 79. (dsm/why)


Share to