Kasus HIV di Jember Capai 200, Mayoritas Diderita Usia Produktif

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Tuesday, 28 Oct 2025 15:37 WIB

Kasus HIV di Jember Capai 200, Mayoritas Diderita Usia Produktif

Ilustrasi

JEMBER, TADATODAYS.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember mencatat sekitar 200 kasus HIV ditemukan sepanjang 2025. Angka ini menempatkan Jember di peringkat tiga tertinggi di Jawa Timur. Mayoritas kasus terjadi pada kelompok usia produktif 25–35 tahun.

Plt Kepala Dinkes Jember Akhmad Helmi mengatakan jumlah tersebut berasal dari hasil skrining aktif yang dilakukan petugas kesehatan di lapangan. “Kita aktif melakukan pemeriksaan HIV di masyarakat. Jadi angka temuan tinggi bukan karena penularannya melonjak, tapi karena banyak yang terdeteksi,” ujarnya, Selasa (28/10/2025) sore.

Skrining dilakukan dengan melibatkan tenaga kesehatan dari seluruh puskesmas di Jember. Pemeriksaan HIV digabung dengan kegiatan pengobatan gratis yang juga memeriksa penyakit menular lainnya, seperti TBC, hepatitis, dan jantung. “Kadang HIV ini berdampingan dengan TBC. Saat imunnya turun, TBC-nya muncul,” kata Helmi.

Ia menyebutkan, kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Puger serta pada usia produktif, karena kelompok ini memiliki mobilitas tinggi dan risiko paparan yang lebih besar. “Paling banyak usia 25 sampai 35 tahun. Kalau anak-anak atau keturunan dari penyintas, jumlahnya kecil, tapi tetap kita lakukan pemeriksaan rutin,” ujarnya.

Helmi menambahkan, sebagian besar penularan terjadi akibat penggunaan obat-obatan terlarang dan kontak dengan orang terdekat. Karena itu, pihaknya terus melakukan edukasi agar penderita tetap menjalani pengobatan dan tidak menularkan ke orang lain.

“Yang penting mereka berobat dan rutin kontrol. Kalau tidak didampingi, penularannya bisa meluas,” jelasnya.

Selain itu, Dinkes Jember bersama Kementerian Kesehatan memberikan pemberdayaan ekonomi bagi penyintas HIV melalui usaha laundry kecil. “Satu kelompok berisi sepuluh orang, kita bantu peralatan lengkap. Tujuannya supaya mereka tetap bisa bekerja dari rumah dan mandiri,” ujar Helmi.

Ia menegaskan, pendampingan dan edukasi akan terus dilakukan tanpa menimbulkan stigma terhadap penyintas. “HIV ini penyakit yang bisa dikontrol. Mereka tetap bisa hidup normal. Yang penting jangan dikucilkan,” katanya. (dsm/why)


Share to