Komunitas SBJ, Beri Edukasi Mitigasi Bencana untuk Anak-Anak Sekolah Dasar

Andi Saputra
Andi Saputra

Sunday, 19 Apr 2020 20:01 WIB

Komunitas SBJ, Beri Edukasi Mitigasi Bencana untuk Anak-Anak Sekolah Dasar

BERMAIN: Menggunakan boneka sebagai alat peraga, Komunitas SBJ menjelaskan perihal risiko bencana dan bagaimana menghadapinya kepada anak-anak.

Bencana alam yang sering terjadi tanpa aba-aba dapat mengakibatkan kerusakan benda, kerugian harta, bahkan korban nyawa. Kendati demikian, pengurangan risiko itu bisa disiasati jika seseorang sudah menahami mitigasi bencana. Berangkat dari hal inilah Dyah Suryaningrum dan enam temannya yang lain mendirikan Gerakan Siaga Bencana Jember.

DITEMUI di Museum Huruf Jember, Dyah bercerita, ia dan keenam kawannya yang lain menyadari bahwa banyak masyarakat yang belum teredukasi mengenai pentingnya mengurangi risiko bencana. Utamanya dengan meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana atau sering disebut mitigasi bencana.

Tidak adanya edukasi yang berkelanjutan dari pemerintah yang berwenang, sebut Dyah, turut andil menyumbang ketidaktahuan serta apatisme masyarakat mengenai mitigasi bencana. Terutama anak-anak yang merupakan kelompok rentan, saat bencana alam terjadi.

Kurangnya edukasi dan akses informasi bencana kepada anak-anak itulah yang mendorong Dyah Suryaningrum mendirikan komunitas Siaga Bencana Jember atau biasa disingkat SBJ. Sebuah komunitas yang bergerak di bidang edukasi kebencanaan bagi anak anak sekolah dasar.

Meski baru berdiri pada 3 Febuari 2019 lalu, Dyah mengaku telah melakukan banyak kegiatan edukasi kebencanaan di berbagai lokasi. Komunitasnya menjadi satu-satunya gerakan yang bergerak di bidang edukasi kebencanaan kepada anak-anak sekolah dasar. Tujuan dari komunitas ini pun sederhana yakni memberikan informasi kebencanaan. Juga meningkatkan kemampuan menghadapi bencana. Sehingga jika terjadi bencana alam anak-anak sudah memahami apa yang harus dilakukan.

"Ingin menanamkan sadar bencana sejak dini, karena selama ini edukasi bencana yang diberikan oleh pemerintah lebih ke orang dewasa. Padahal yang rentan itu anak-anak," kata Dyah saat ditemui tadatodays di Museum Huruf Jember di Kelurahan/Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember baru baru ini.

Metode edukasi yang SBJ terapkan pun cukup unik yaitu menggunakan metode permainan di ruang terbuka. Bahasa tutur menggunakan medium cerita bergambar. Secara sederhana SBJ membuat lima pos edukasi yang terdiri dari post darurat, evakuasi, rescue, permainan dan post pembagian hadiah.  Masing-masing post terdapat mentor yang siap memberikan edukasi kebencanaan yang berpotensi terjadi di wilayah setempat. Selanjutnya langkah-langkah apa yang dapat dilakukan oleh anak-anak agar selamat dari bencana.

SIMULASI: Peserta anak-anak mengikuti simulasi dan diberi tahi bagaimana menghadapi bencana gempa bumi dengan memanfaatkan. barang sekitar, seperti bantal.

Di setiap post anak-anak diberikan kuis siapa yang bisa menjawab pertanyaan atau teka teki yang dibuat oleh para relawan akan mendapatkan kartu. Anak yang mendapatkan kartu terbanyak akan diberikan hadiah berupa goodie bag, kotak pensil, block note dan kalender.

Dyah menyebut pola edukasi kepada anak sekolah dasar sangat efektif. Karena pada saat edukasi, para orang tua ikut mendampingi, maka secara tidak langsung orang tua juga ikut mendapatkan informasi. Terlebih edukasi yang seru dan mudah diterima itu akan terus diceritakan oleh anak anak pasca acara selesai. Sehingga dampakna ganda.

"Kalau sampai di rumah mereka bercerita kepada orang tua dan teman temannya, sehingga dampaknya double," pungkasnya.

EDUKASI: Relawan komunitas Siaga Bencana Jember memberikan informasi mengenai mitigasi bencana kepada anak-anak sekolah dasar.

Berhasil Kumpulkan 40 Relawan

SBJ hanya didirikan oleh 7 orang, yaitu Dyah Suryaningrum, M. Alfan Sururi, Ainur Rizqi, Mancy Amelia, Dwi Ayu Ratnasari, Gilang Ulul Azmi dan M. Farid Syafi. Meski demikian, kini Gerakan Siaga Bencana Jember ini telah berhasil mengumpulkan 40 relawan.

Diakui Dyah, menjaga agar gerakannya tetap berjalan bukan perkara sulit, meski juga tak mudah. Ia pun mengaku memiliki kendala seperti minimnya dana untuk melengkapi alat peraga. Meskipun begitu, hal itu tidak menyurutkan niat para relawan SBJ untuk tetap memberikan edukasi. Mengandalkan kreativitas, meraka menggunakan alat alakadarnya seperti membuat pelampung dari botol bekas. Membuat buku gambar sederhana, banner ular tangga. Sementara untuk edukasi bencana kebakaran mereka harus meminjam alat Pemadam api ringan (APAR). Karena tidak ada dana untuk membeli meski harganya hanya ratusan ribu.

BELAJAR DAN BERMAIN: Menjelaskan perihal pengetahuan kebencanaan bagi anak-anak, Komunitas SBJ menggunakan metode bermain. Sehingga penjelasan mereka dapat diterima tanpa menimbulkan kebosanan.

Dyah mencontohkan jika wilayah setempat berpotensi becana gempa maka alat paraga yang mereka gunakan adalah bantal, buku tebal dan tas yang berisi barang-barang untuk melindungi kepala dari reruntuhan.

Selain mitigasi bencana, anak-anak juga diberikan informasi mengenai pentingnya hidup berdampingan dengan alam yang tidak terlepas dari bencana alam. Terlebih Kabupaten Jember adalah wilayah dengan potensi semua jenis bencana alam bisa terjadi. Seperti banjir, tsunami, gunung meletus, gempa bumi sampai kebakaran.

Wanita berkacamata itu menuturkan tidak pernah memungut biaya sepeserpun dalam setiap kegiatannya. Sedangkan untuk operasional secara suka rela para relawan merogoh kocek dari kantong sendiri-sendiri.

"Untuk operasional selama ini dari relawannya sendiri kami tidak menyediakan apapun untuk teman-teman. Tapi awal-awal dulu kami pernah dibantu oleh salah satu lembaga sosial dari Surabaya," terangnya.

Perihal kerjasama dengan pemerintah, Dyah mengaku telah menemui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Lembaga tersebut menurutnya memberikan support moril atas keberadaan gerakan ini.

Kini ia bersama rekan-rekan membuka donasi guna memperbarui alat yang kondisinya mulai rusak juga untuk mengisi kas komunitas. Sebab di setiap kegiatan mereka selalu memberi reward kepada para peserta yang tentu itu membutuhkan dana yang tidak sedikit.

KEBAKARAN: Relawan juga mengajarkan bagaimana mengatasi jika terjadi kebakaran.

"Setiap alat yang kita gunakan itu kan punya masa susut. Contoh modul yang mulai kurang baik karena kita main sama anak-anak, jadi kita butuh perbaruan alat," imbuhnya.

Untuk menjadi relawan SBJ pun cukup mudah karena tidak terbatas latar belakangnya profesi maupun pendidikan. Mereka hanya mensyaratkan  tiga kretaria saja yakni komitmen, memiliki kemampuan komunikasi yang baik utamanya dengan anak-anak. Terakhir, memiliki kemampuan dasar mengenai kebencanaan. Ada dua relawan yang dibutuhkan SBJ, yakni relawan fasilitator dan relawan fotografer. Kedua lowongan bisa diisi dengan mendaftar di instagram Siaga Bencana Jember.

Guna memberikan dampak yang lebih luas wanita berkacamata itu mengaku siap jika dipanggil oleh sekolah atau kelompok masyarakat untuk memberikan edukasi kebencanaan kepada anak-anak.

Melalui Tadatodays dua relawan SBJ bernama Nila Maharotunnisa dan Nancy Amelia berharap, kesadaran masyarakat  terhadap mitigasi bencana meningkat. Juga semakin banyak pihak yang terlibat dalam edukasi mitigasi terutama pihak pemerintah terkait. (as/hvn)


Share to