Lele Santri Siap Goreng dari MBS Darul Falah

Andi Saputra
Andi Saputra

Sunday, 24 Oct 2021 08:51 WIB

Lele Santri Siap Goreng dari MBS Darul Falah

KEWIRAUSAHAAN: Para santri MBS Darul Falah menjalankan budidamber di sela aktivitas belajarnya.

MUHAMMADIYAH Boarding School (MBS) Darul Falah merupakan pondok pesantren modern di bawah naungan Majelis Pendidikan Muhammadiyah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cakru. MBS Darul Falah terletak di Jl KH Hasyim nomor 40 Desa Cakru, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember.

Berdirinya ponpes MBS Darul Falah sendiri dirintis oleh beberapa tokoh Muhammadiyah Cakru. Di antaranya ialah KH Badrun Ahmadi dan KH Nur Yasin. Sebelum berdiri dengan nama ponpes MBS Darul Falah, aktivitas diniyah telah dimulai sejak tahun 1970-an. Kemudian resmi berdiri dengan nama ponpes MBS Darul Falah pada tahun 1990, beriringan dengan adanya Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Cakru.

 

Ponpes yang berdiri di atas tanah 6 ribu meter persegi ini pada tahun 1970-an beraktivitas sebagai pendidikan non formal berbentuk Madrasah Diniyah. Sejalan dengan perkembangan waktu, semakin banyak pelajar yang datang dari luar Cakru, bahkan luar Kabupaten Jember  untuk belajar di SPMA Cakru. Jadi, SPMA Cakru kala itu menjadi lembaga pendidikan yang cukup diminati.

Seiring dengan banyaknya pelajar yang datang, kemudian bermukim di Cakru, mulailah dibangun sistem pendidikan agama yang lebih serius, yaitu dengan  didirikannya ponpes MBS Darul Falah. Pengambilan nama Falah sendiri juga tidak terlepas dari SPMA. Sebab, berdasarkan asal katanya, “Falah” berarti petani.

Ponpes MBS Darul Falah ini diasuh oleh ustadz Safrizal Muhammad Arifin, seorang ustadz alumnus Ponpes Al-Mukmin yang lebih dikenal Ponpes Ngruki, Solo. Hingga saat ini, ponpes MBS Darul Falah telah memiliki 132 santri. Terdiri dari 70 santri diniyah yang berasal dari sekitar ponpes, dan 62 santri mukim yang terdiri dari 48 santriwati, serta 14 santriwan.

Dalam rangka melahirkan santri-santri berdaya saing, ponpes MBS Darul Falah tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama dan pengetahuan umum, tetapi juga memberikan pendidikan kewirausahaan atau entrepreneurship. Berbagai unit usaha sebagai media belajar santri tengah dikembangkan. Mulai dari budidaya lele dalam ember atau budidamber,  hidroponik, budidaya magot, hingga ternak ayam.

Dari unit-unit usaha yang tengah dikembangkan itu, ponpes MBS Darul Falah kini telah memiliki produk unggulan yang diberi nama “lessgo”. Lessgo adalah akronim dari lele santri siap goreng. Sedangkan untuk unit usaha lainya masih dalam proses pengembangan.  

Lessgo merupakan produk lele segar yang sebelumnya telah dibersihkan dan diberi bumbu khusus. Kemudian lele bumbu itu dimasukan dalam kemasan kotak plastik. Dalam satu kotak plastik itu berisi 4 lele yang dijual dengan harga Rp 10 ribu.

Setiap harinya ponpes MBS Darul Falah menerima pesanan sedikitnya 3 kilogram Lessgo. Sebagai media latihan berwirausaha, para santrilah yang memprodukisi lele santri siap goreng. Mulai dari pembesaran, pengolahan,  hingga pemasaran produk Lessgo.  

Melalui sistem kordinator, para santri secara bergantian menjalankan budidaya ikan dalam ember atau budidamber. “Setelah sholat subuh, santri diminta memberi makan lele dalam ember tersebut. Kemudian setiap satu pekan sekali, santri dilibatkan dalam proses sortir,” kata ustadz Safrizal merinci pelibatan para santri.  

 

Menurutnya, jika masanya panen atau ada pesanan, para santri juga yang melakukan dan melayani. Sedikitnya terdapat 14 ember berdiameter 52 cm serta 3 tempolong berdiamater 80 cm yang digunakan untuk budidaya lele di ponpes MBS Darul Falah.  Dalam satu ember tersebut dapat digunakan untuk membesarkan maksimal 200 ekor lele.

Tak berhenti pada olahan Lessgo, beberapa target olahan lele telah disiapkan. Meliputi lele fillet, serundeng lele santri atau serules, dan nuget lele. “Rencana pembuatan varian produk lele itu akan mulai dijalankan tahun 2022,” kata ustadz Safrizal.    

Menurut ustadz Safrizal, pondok pesantren harus mampu menyiapkan santri berdaya saing. “Santri-santri yang berdaya saing itu harus dibekali sedikitnya tiga kemampuan utama, yaitu agama, sosial, dan kemandirian ekonomi. Oleh karena itu, pendidikan soft-skill kewirausahaan atau entrepreneurship menjadi fokus tambahan ponpes MBS Darul Falah,” katanya.

Keberadaan ponpes MBS Darul Falah sudah tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Cakru. Ini mendorong ponpes MBS Darul Falah melakukan pemberdayaan berbasis kemitraan dengan para pemuda sekitar pesantren.

Pemberdayaan itu dilakukan dengan cara membentuk kelompok budidaya lele yang diberi nama Songot Manis. Secara sederhana, Songot Manis adalah sebuah kelompok budidaya lele yang bermitra dengan ponpes MBS Darul Falah. “Di dalam kelompok ini terdapat 12 peternak lele muda yang rutin melakukan pertemuan untuk sharing perihal budidaya lele,” kata ustadz Safrizal.

Dengan pola kemitraan tersebut, ponpes MBS Darul Falah memberikan edukasi dan juga bibit kepada masing masing anggota. Setiap anggota kelompok memiliki kemampuan budidaya pembesaran lele yang variatif. Mulai dari 500 ekor lele hingga 4 ribu lele. Apabila ponpes mendapatkan pesanan dalam jumlah besar, maka para anggota kelompok lah yang akan menyediakan kemudian ponpes membelinya dengan harga normal,” katanya.

Kewirausahaan atau entrepreneurship menjadi aktivitas vital bagi pesantren MBS Darul Falah. Selain mendidik santrinya belajar wirausaha, pesantren MBS Darul Falah juga bermitra dengan masyarakat sekitarnya untuk mengawal kemandirian ekonomi. (as/why)


Share to